Sifat seseorang bisa berubah drastis saat sedang sakit - Auraliv.
...༻∅༺...
Adi dapat mendengar adanya cekcok di antara Zerin dan Kinar. Dia lantas menanyakan apa yang terjadi.
Zerin mengatakan semuanya kepada Adi. Meskipun begitu, dia tidak mengatakan mengenai kedok Zidan sebenarnya. Zerin lagi-lagi memberi alasan mengenai firasat buruknya.
"Apakah salah jika aku khawatir dengan Kinar? Aku benar-benar merasa kalau Zidan tidak sebaik yang Kinar kira," jelas Zerin.
Adi berusaha menenangkan. Ia menyentuh lembut jari-jemari Zerin. "Itu tidak salah. Asal kau melakukannya tidak berlebihan. Mungkin Kinar jadi marah karena kau terus saja membicarakan Zidan. Jika aku menjadi dia, aku juga akan merasakan hal sama," tuturnya.
Zerin terkesiap. Kini dia sadar bahwa perkataan Adi ada benarnya.
"Kau benar. Mungkin aku berlebihan. Sebaiknya mulai sekarang aku biarkan saja," ucap Zerin seraya tersenyum tipis. Dia balas menggenggam tangan Adi. "Makasih..." sambungnya tulus.
"Makasih buat apaan sih? Aku kan cuman kasih masukan." Adi mengusap puncak kepala Zerin. "Lagian kalau Zidan memang lelaki yang nggak baik, nanti pasti ketahuan. Terlebih Kinar kan teman dekat kamu. Kalau ada apa-apa, aku yakin dia pasti akan cerita ke kamu," ujarnya lagi.
Zerin mengangguk. Dia sangat senang terhadap segala perhatian Adi. Lelaki itu sangat dewasa dan lembut. Zerin yakin Adi adalah orang yang tepat untuk dijadikan suaminya kelak.
Ketika baru saja tiba di mall, Zerin mendapatkan telepon dari Amira. Dia menyuruh Zerin untuk pergi ke rumah keluarga Dirgantara.
"Kenapa, Mir? Apa ada acara penting lagi?" tanya Zerin. Dia tentu sangat malas untuk pergi. Mengingat dirinya ingin berkencan bersama Adi.
"Bukan begitu. Nyonya Arni sama Pak Wira ada pekerjaan mendesak ke luar kota. Ibu juga lagi demam. Aku nggak tega biarin Ibu pergi bekerja malam-malam. Lagian katanya cuman mengurus Tuan Zidan. Dia kebetulan juga sedang sakit." Amira memberitahu dari seberang telepon.
"Apa?! Emangnya nggak ada pembantu lain? Kan keluarga Dirgantara kaya raya?!" Zerin semakin dibuat kesal. Dia merasa heran kenapa dirinya tidak bisa berpisah terlalu lama dengan Zidan. Seolah takdir tidak pernah membiarkan.
'Zidan sakit? Perasaan pas di kampus tadi dia sehat-sehat aja,' batin Zerin yang merasa aneh.
"Mereka kebetulan sudah pada pulang. Tapi kalau Kak Zerin nggak mau, biar aku saja deh yang ke rumah keluarga Dirgantara. Terus Kak Zerin yang jaga--"
"Enggak! Biar aku saja. Kau jaga ibu di rumah ya," potong Zerin. Setelah Kinar, dia tentu tidak akan membiarkan adiknya juga dekat dengan lelaki seperti Zidan.
"Kenapa?" tanya Adi.
Zerin menundukkan kepala. Lalu menatap Adi dengan perasaan tidak enak. Dia segera mengatakan bahwa dirinya harus pulang. Zerin beralasan pulang karena ibunya yang jatuh sakit.
"Maaf ya, Sayang... Kita batal lagi kencannya. Malam besok saja bisa kan?" Zerin menatap penuh harap. Ia menggigit bibir bawahnya.
"Iya, nggak apa-apa. Kita bisa lakukan besok saja. Toh kesehatan ibumu yang terpenting." Adi mencoba memahami. Dengan berat hati dia dan Zerin beranjak dari parkiran mall.
Mobil Adi perlahan berhenti. Tepat di depan rumah mewah yang sama sekali bukan rumah Zerin.
"Ibumu dirawat di rumah saja? Dia sakit apaan sih?" tanya Adi seraya memperhatikan ke rumah mewah di sampingnya.
"Dia cuman demam. Tapi nggak terbiasa sendirian. Jadi harus ditemani. Kebetulan adikku belum pulang les," jawab Zerin. Tanpa menatap Adi. Dia langsung keluar dari mobil begitu saja. Kemudian menyuruh Adi bergegas untuk pergi.
Adi awalnya menolak. Karena dia ingin melihat Zerin masuk ke rumah terlebih dahulu. Namun karena perempuan tersebut memaksa, Adi otomatis menjalankan mobil.
Zerin mendengus kasar. Dia segera berlari ke seberang jalan. Menghampiri ojek online pesanannya yang sedari tadi menunggu.
Dalam perjalanan, Zerin mendapat telepon dari Arni. Dia diberitahu kalau dirinya harus bersabar dalam menghadapi Zidan.
"Kenapa memangnya, Nyonya?" Zerin sontak penasaran.
"Buatkan Zidan bubur dan jangan lupa berikan obat penurun demam. Dia agak menyebalkan saat sedang sakit. Aku berjanji akan memberimu uang saku serta menambahkan bonus untuk gaji ibumu. Tapi jangan tinggalkan Zidan sampai kami datang ya, Rin. Maaf merepotkan. Nanti Bi Ranti akan datang sekitar jam sepuluhan." Begitulah penjelasan yang diberikan oleh Arni dari seberang telepon.
"Iya, Nyonya." Zerin tentu tidak bisa menolak. Mengingat dia hanyalah orang suruhan bagi keluarga Dirgantara.
Walaupun begitu, Zerin tak peduli. Dia yakin bisa menghadapi Zidan dengan baik. Dalam selang sekian menit, Zerin sampai ke rumah Zidan. Perempuan itu membayar ojek terlebih dahulu, kemudian masuk ke rumah.
"Dia pasti cuman pura-pura sakit. Aku yakin!" gerutu Zerin sambil melangkah menaiki tangga. Hingga dia tiba di depan pintu kamar Zidan. Tanpa basa-basi Zerin langsung membuka pintu.
Zerin tertegun, kala menyaksikan Zidan tampak telentang di ranjang. Lelaki itu meringkuk dalam balutan selimut.
Sebelum bicara, Zerin menengok keadaan sekitar. Memastikan tidak ada orang. Selanjutnya, barulah dia menghampiri Zidan.
"Eh! Laki biadab! Aku tahu kamu lagi pura-pura sakit. Kamu sengaja kan? Biar aku datang ke sini?" tukas Zerin seraya berkacak pinggang. Dahinya berkerut dalam.
Zidan yang sejak tadi terpejam, segera membuka mata. Dia menatap tajam Zerin yang berdiri di hadapannya.
"Kau! Siapa yang suruh kau datang ke sini?! Pergi sana!" omel Zidan. Dia berbalik membelakangi Zerin.
Zerin berhenti berkacak pinggang. Wajahnya juga perlahan memudarkan semburat kebencian. Sebab dia dapat melihat wajah pucat Zidan. Dari sana Zerin menyimpulkan kalau lelaki tersebut benar-benar sakit.
"Aku bikinkan bubur ya. Terus minum obat!" ujar Zerin.
"Bacot! Pulang sana!" usir Zidan sambil menutup telinga dengan bantal. Dia benci ketika dirinya terlihat lemah. Apalagi di hadapan Zerin. Perempuan yang sekarang terus menjadi rivalnya dalam banyak keadaan.
"Eh! Aku ke sini tuh gara-gara dipaksa juga tahu nggak!" geram Zerin. Dia menarik selimut Zidan.
Karena merasa kesal, Zidan bangkit dari tempat tidur. Lalu mencengkeram pergelangan tangan Zerin.
"Kalau begitu, kau bisa pergi sekarang!" tegas Zidan dengan nada penuh penekanan.
"Aku nggak bisa. Aku sudah terlanjur janji sama ibumu kalau aku akan pulang saat dia datang!" sahut Zerin.
Zidan berdecak kesal. Dia melepaskan tangan Zerin. Kemudian kembali telentang ke ranjang.
"Aku akan buatkan bubur." Zerin segera beranjak ke dapur. Tetapi Zidan sama sekali tidak merespon.
Tak lama kemudian Zerin kembali. Namun dia tidak menemukan Zidan ada di kamar.
"Zidan?" panggil Zerin seraya mengedarkan pandangan ke segala arah. Nihil, dia tidak melihat keberadaan Zidan. Bahkan di kamar mandi atau ruang rahasianya.
"Dia kemana?" gumam Zerin. Dia meletakkan bubur ke atas nakas terlebih dahulu. Lalu mencari Zidan ke ruangan lain.
Saat memeriksa balkon, barulah Zerin menemukan Zidan. Lelaki itu terlihat rebahan di lantai. Menggulung badannya dengan selimut.
"Astaga, Nyonya Arni benar. Zidan semakin menyebalkan saat sedang sakit," keluh Zerin seraya geleng-geleng kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Kristina Sinambela
tumben jm segini blm up Thor?
2022-10-16
1
zeaulayya
Dichh .. paan sih zidan dah kyk bocil aja klo lagi sakit😁
2022-10-16
1
hana
malming crazy up thor😝
2022-10-15
1