Pepatah itu benar. Harta, tahta, dan wanita adalah sesuatu yang mengancam - Auraliv.
...༻∅༺...
Dengan pelan Zidan memagut kuping Zerin. Ulahnya sukses membuat Zerin memejamkan mata. Zidan melu-mat daun telinga Zerin sampai memerah. Puas melakukannya, bibir lelaki itu turun ke leher.
Satu tangan Zidan segera melepas tali handuk kimono Zerin. Lalu menanggalkan pakaian tersebut tanpa harus melepaskan cumbuannya.
Zerin menggigit bibir bawahnya. Terutama ketika handuk kimono sudah tak lagi menutupi badannya. Kini dia sudah telanjang bulat. Pasrah dengan sentuhan Zidan yang begitu membelenggu. Zerin bahkan mulai kesulitan menelan ludahnya sendiri.
Zidan berhenti mencumbu. Ia mengamati tampilan perempuan di hadapannya. Lelaki tersebut tidak menatap mata Zerin. Atensinya terpaku pada anggota badan perempuan tersebut. Dari mulai bibir, leher, dada, dan semuanya.
Sedangkan Zerin masih dalam keadaan posisi duduk. Matanya sudah terlihat sayu.
Zidan menyunggingkan senyuman. Ia melepaskan celananya terlebih dahulu. Lalu menyambar bibir Zerin dengan liar. Sementara tangannya asyik mere-mas buah dada perempuan itu secara bergantian.
Suara pergulatan lidah Zerin dan Zidan memecah kesunyian. Belum lagi bunyi hembusan nafas yang membuat suasana semakin memanas.
Luma-tan yang terjadi pada mulut Zidan dan Zerin berlangsung cukup lama. Zidan yang berusaha mendorong Zerin ke ranjang, merasa tertahan dengan pertahanan perempuan itu.
Zidan lantas melepas tautan bibirnya dari mulut Zerin. Kemudian barulah dia mendorong perempuan tersebut telentang ke ranjang.
Zerin reflek mengangakan mulut saat Zidan melahap salah satu buah dadanya. Lelaki itu memberikan kecupan ganas. Membuat Zerin melekukkan tubuhnya ke depan. Kedua kaki perempuan itu bergerak tidak karuan. Hingga suara lenguhan mulai diperdengarkan olehnya.
Mendengar Zerin mulai mende-sah, Zidan segera membuka lebar kedua kaki perempuan tersebut. Ia tidak melakukan penyatuan, melainkan memainkan lidahnya di antara dua kaki Zerin.
"Eumhh..." Zerin mencengkeram kepala Zidan. Ia sudah sangat terangsang. Terlebih Zidan sangat lihai memberikan cumbuannya. Belum lagi dengan keadaan sekitar yang dihamburi uang ratusan ribu rupiah. Hal itu membuat hasrat Zerin kian membara.
Tubuh langsing Zerin kembali melekuk ke depan. Kepalanya mendongak sambil menggigit bibir bawahnya. Sebab dia hampir mencapai puncak. Padahal penyatuan bahkan belum dilakukan.
"Akhhh!" Zerin mengerang saat telah mencapai puncak pertamanya. Dahinya berkerut dalam. Dengan wajah yang memerah padam. Saat itulah Zidan mengangkat kepalanya. Menatap Zerin yang tampak kewalahan.
"Kau sudah kebanjiran, Rin..." lirih Zidan yang puas dengan ulahnya. Ia sangat suka melihat ekspresi wanita yang sedang terangsang.
Zerin hanya diam. Gairah yang sedang dirasakannya membuat dia tidak bisa berkata-kata.
Zidan akhirnya melakukan penyatuan. Membuat lenguhan Zerin kembali terdengar. Di iringi oleh erangan Zidan sendiri.
Di atas ranjang yang dihamburi oleh lembaran uang ratusan ribu rupiah itu, Zidan memaju mundurkan badannya. Membuat tubuh Zerin menggelinjang hebat.
Semakin Zidan bergerak laju, maka tambah menjadi-jadi pula lenguhan Zerin. Perempuan tersebut sudah mencapai puncak kenikmatan untuk kali kedua. Dan itu terus dirasakannya berangsur-angsur saat Zidan masih melakukan pergerakan.
Erangan Zerin terus terdengar sebelum Zidan berhenti melakukan pergerakan. Zerin rasanya hampir mati karena kenikmatan yang terus menggerogoti dirinya.
"Akh! Akh! Akh! Zidan!" seru Zerin di tengah-tengah lenguhannya. Jika kemarin dirinya tidak bisa terpuaskan oleh lelaki dewasa bernama Fadli, kini Zidan memberikan kepuasan yang melebihi batas.
Mungkin waktu baru saja berjalan dua puluh menit. Akan tetapi terasa sangat lama bagi Zerin. Meskipun begitu, lubuk hati terdalamnya mengakui kalau dirinya menikmati kegiatan intim yang terjadi.
Zidan memang pandai memberikan pemanasan. Dia juga bisa memancing gairah saat melakukan penyatuan. Sesekali lelaki itu menggoyangkan pinggul agar penyatuan yang terjadi bisa dirasakan lebih dalam. Terutama untuk perempuan yang sedang digaulinya.
Ketika Zidan menindih kuat tubuh Zerin, maka saat itu pula dia telah mencapai puncak. Hingga organ intimnya mengeluarkan cairan yang sukses menghangatkan rahim Zerin.
Zidan dan Zerin sama-sama memejamkan mata. Keduanya belum saling melepaskan diri.
"Aku lupa pakai kon-dom..." lirih Zidan seraya melepaskan penyatuan dengan pelan.
Zerin membisu. Dia terlalu sibuk mengatur nafas. Dirinya benar-benar kewalahan dengan persenggamaan yang tadi terjadi.
"Aku akan memberikanmu obat pencegah hamil. Kebetulan perusahaan farmasi ayahku memiliki obat seperti itu," ujar Zidan. Kini dia merebahkan diri ke sebelah Zerin.
"Lain kali kau harus pakai pengaman. Aku tidak mau terlalu sering mengkonsumsi obat..." jawab Zerin dengan suara seraknya. Erangan yang tadi dilakukannya telah menguras tenaga pita suara.
"Oke..." Zidan mengangguk. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan Zerin. Tanpa sadar keduanya tertidur bersama.
Kala waktu menunjukkan jam satu dini hari, Zerin membuka mata. Ia terbangun karena merasa kedinginan. Mata Zerin membola ketika menyaksikan Zidan duduk di depan sambil memegangi kamera.
Zerin menemukan dirinya berada di tengah ranjang. Tanpa selimut dan dikelilingi oleh lembaran uang ratusan ribu rupiah. Sialnya dia masih dalam keadaan tanpa busana.
"Zidan! Kau mengambil fotoku lagi?!" timpal Zerin. Dua tangannya mengepalkan tinju. Ia menyalangkan mata ke arah Zidan dengan penuh amarah.
"Tubuhmu sangat indah. Bagaimana kau merawatnya sampai bisa sebersih dan semerah muda itu? Padahal kau hanya anak seorang pembantu rumah tangga bukan?" tukas Zidan. Mengangkat salah satu alisnya. Ia bertanya dengan santai. Seolah apa yang dilakukannya adalah hal biasa.
Zidan terlihat sudah mengenakan celana pendek. Memakai kemeja dengan kancing yang terbuka.
Zerin terperangah. Dia bergegas mengenakan handuk kimono. Zerin mencoba merebut kamera Zidan. Ia jelas berupaya menghancurkan benda itu.
"Serahkan kepadaku!" ujar Zerin memaksa.
Zidan dapat mempertahankan kameranya dengan baik. Tangannya segera mencengkeram ribuan helai rambut Zerin. Hingga perempuan itu meringis kesakitan.
"Aarkkhh!" erang Zerin. Membuat Zidan langsung melepaskannya.
"Kau tenang saja. Selama kau tidak berbuat ulah, aku tidak akan menyebarkan fotomu. Lihatlah sekarang. Fotomu masih terjaga dengan baik," ujar Zidan.
"Apa kau gila?! Kenapa kau sangat kecanduan dengan foto wanita telanjang?!" timpal Zerin.
"Apa kau gila?! Kenapa kau sangat kecanduan dengan uang?" balas Zidan.
Zerin langsung tertohok. Dia bergegas masuk ke kamar mandi.
Zidan yang telah lebih dulu membersihkan diri, segera pulang. Seperti sebelumnya, dia lagi-lagi pergi tanpa sepengetahuan Zerin.
Pintu kamar mandi terbuka. Zerin muncul dari balik pintu. Dia tentu mencari keberadaan Zidan. Sebab lelaki itu sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.
"Sepertinya pulang lebih dulu adalah kebiasaannya. Dasar lelaki tidak tahu malu. Yang dia tahu hanyalah memainkan pisang panjangnya itu. Aku yakin dia tidak akan bisa menjalani hubungan serius dengan wanita," gerutu Zerin panjang lebar. Ia mendengus kasar sebentar dan melanjutkan, "aku pasti akan sangat kasihan pada wanita yang sudah ditakdirkan berjodoh dengan Zidan."
Zerin mengganti pakaian. Dia juga tidak lupa memunguti uang yang berhamburan. Dengan senyuman lebar, Zerin pulang sambil menyeret uang yang bernilai 1,6 milyar rupiah tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Adila Ardani
nanti kamu hamil zerin..
2022-10-12
1
hana
cepet tobat aja Zerin...
pegi jauh dari Zidan😒
Zidan lebih psycho dari pada Yudha😝
2022-10-11
1
Listia Julianti
seperti nya kamu itu jodoh untuk zidan dari author rin. auto jadi milyader tu zerin dapat bayaran fantastis dari zidan.
2022-10-10
1