Segala hal pasti memiliki efek tersendiri. Baik itu masalah kecil maupun besar - Auraliv.
...༻∅༺...
Zerin memasang sabuk pengaman. "Ayo kita pergi! Sebelum ada orang kampung yang memergoki," ujarnya seraya mengedarkan pandangan ke segala arah.
"Pergi? Kau pikir aku bersedia mengantarmu pulang?" tanggap Zidan gamblang.
Zerin menganga tak percaya. Bisa-bisanya lelaki itu menyuruhnya pulang sendiri di pagi-pagi buta.
"Dasar keparat! Fu*ck you!" maki Zerin. Sebelum keluar dari mobil.
"Ya! Your fu*cking me all night!" balas Zidan. Membuat kemarahan Zerin kian memuncak. Perempuan itu segera memukul kuat kepala Zidan.
"Aa!" Zidan memekik kesakitan.
"Kau lebih baik keluar dari mobilku sekarang!" kata Zidan sembari mencengkeram kuat tangan Zerin. Mendekatkan wajah ke hadapan perempuan itu. Zidan memasang tatapan tajam.
Zerin meringiskan wajah saat Zidan memelintir tangannya. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena tangan Zerin yang satunya sigap melayangkan tamparan.
Akibat tamparan, Zidan otomatis melepas cengkeramannya. Dia langsung memegangi pipi yang terasa sakit. Saat itulah Zerin keluar dengan cara membanting keras pintu mobil.
Zidan mendengus kasar. Dia segera pergi sambil melajukan mobil dalam kecepatan tinggi.
"Bajingan!!!" Zerin memekik keras. Saking kesalnya, tubuhnya gemetar karena merasa gemas. Wajah Zerin juga terlihat memerah padam. Perempuan mana yang tidak kesal saat ditinggal di jalanan.
Kini Zerin hanya bisa mengamuk sendiri. Di bawah rintik hujan yang masih belum reda. Meskipun begitu, hujan yang terjadi tidak begitu lebat.
Dengan langkah cepat, Zerin menyusuri jalanan trotoar. Ia bisa saja menelepon ojek atau seseorang untuk menjemput. Namun sekarang masih sangat pagi. Jalanan bahkan masih sangat sepi.
Zerin hanya bisa mengkomat-kamitkan mulut. Dia sibuk merutuki Zidan dengan kata-kata kasar.
Ponsel Zerin mendadak berbunyi. Dia tidak mendapatkan panggilan dari seseorang. Melainkan alarm peringatan. Pupil mata Zerin membesar tatkala menyadari kalau waktu kuliah hari ini adalah jam tujuh pagi.
"Aarggghhh..." Zerin menggeram sebal. Dia mengusap kasar wajahnya sambil berlari secepat mungkin.
Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk menemukan angkot yang sudah beroperasi. Zerin mendengus lega ketika sudah berada di angkot. Dia menyandar tenang sembari menatap kosong keluar jendela.
'Hidupmu gini amat sih, Rin." Zerin bermonolog pada dirinya sendiri. Ia mengencangkan jaket yang dikenakannya. Zerin merasa badannya kedinginan sekaligus lengket. Mengingat tadi malam dia bertindak sangat liar bersama Zidan.
Sesampainya di rumah, Zerin berlari masuk ke kamar. Mengabaikan Lia yang hendak mengajaknya bicara.
"Nanti ya, Bu! Aku udah telat!" ucap Zerin sembari masuk ke kamar. Dia mengambil handuk dan pakaian, kemudian beranjak ke kamar mandi.
Di sisi lain, Zidan baru saja sampai ke rumah. Dia langsung masuk ke kamar. Membersihkan diri terlebih dahulu. Lalu melompat ke atas ranjang. Zidan ingin segera tidur karena merasa sangat kelelahan.
Belum sempat tertidur, suara ketukan terdengar dari pintu. Arni terdengar memanggil. Ibu kandung Zidan itu mengajak untuk sarapan bersama.
"Nanti, Mah..." lirih Zidan dengan nada malas.
Bukannya pergi, Arni justru membuka pintu. Dia memaksa sang putra untuk bangun dan sarapan.
"Cepat! Kamu tuh ya! Kebiasaan sarapan telat mulu. Bagusnya itu makan bareng keluarga. Nanti kalau Mamah sama Papah mati, pasti kamu bakalan menyesal!" omel Arni seraya berkacak pinggang. Dia mengguncang tubuh Zidan dengan kuat. Hingga putranya tersebut terpaksa bangkit dari tempat tidur.
Zidan berjalan gontai menuju meja makan. Dia segera duduk sambil mengusap matanya berulang kali. Mencoba melawan rasa kantuk sebisa mungkin. Sekarang lelaki itu duduk sambil menopang kepala dengan satu tangan.
"Zidan? Leher kamu kenapa?" tegur Wira. Atensinya tertuju ke leher Zidan yang tampak agak memar dan kemerahan.
Mata Zidan langsung terbelalak. Dia reflek menutup tanda gigitan yang ada di leher. Zidan sontak dirundung perasaan panik.
"I-ini karena tadi malam!" jawab Zidan tergagap. Matanya meliar ke segala arah. Berusaha menemukan alasan yang kuat.
"Emang kamu ngapain tadi malam? Coba Mamah lihat." Arni menghampiri Zidan. Mencoba melihat leher sang putra lebih dekat.
Zidan tidak mengizinkan Arni memeriksa lehernya. Dia menutupi bekas gigitan Zerin dengan kerah baju.
Arni memaksa. Dia bersikeras melihat leher Zidan. Hingga akhirnya sang putra tak bisa berkutik.
"Ini kayak bekas gigitan," duga Arni dengan kening yang mengernyit.
"Hahaha! Aku digigit vampir, Mah." Zidan tertawa hambar. Dia sengaja bercanda agar bisa mengulur waktu. Hal itu karena dirinya masih belum bisa menemukan alasan yang tepat.
Plak!
Arni langsung menggeplak bagian belakang kepala Zidan. Dia tentu tidak percaya dengan pernyataan putranya.
"Yang benar kamu!" desak Arni.
Zidan berhenti tertawa. Ia berucap, "Ini bukan apa-apa. Tadi malam aku tanding tinju sama temanku di gym. Kebetulan orang yang jadi lawanku tiba-tiba menggigit karena nggak mau kalah."
"Sampai gigit segala? Seram banget," komentar Wira sambil geleng-geleng kepala. Walaupun begitu, dia dan Arni mempercayai perkataan Zidan.
"Terus kamu nggak kalah kan?" tanya Arni. Dia terlihat sudah duduk ke kursi. Siap menyantap hidangan di meja.
"Ya iyalah. Mana mungkin aku kalah," sahut Zidan. Dia kini bisa mendengus lega.
...***...
Zerin baru saja tiba di kampus. Dia berlari sambil memegang sebuah buku tebal berjudul Anatomi Manusia. Baru kali ini Zerin datang terlambat.
Saat tiba di kelas, Zerin merasa lega. Sebab dosen yang mengajar belum masuk. Padahal waktu masuk kelas sudah lewat sepuluh menit.
"Tumben telat. Kecapekan ya?" ucap Gita.
"Eh, Zerin hari ini punya mata panda. Kamu bergadang ya tadi malam?" Astrid ikut menimpali.
"Aku cuman kecapekan." Zerin menjawab singkat. Dia segera menempati tempat duduknya. Lalu merebahkan kepala di atas dua tangan yang terlipat. Matanya langsung terpejam rapat.
Astrid dan kawan-kawan mencoba memahami. Mereka kembali mengobrol. Membicarakan perihal Kinar yang sudah berhasil menarik perhatian Zidan ketika di gym.
"Ah... Sayang banget tadi malam aku nggak ikut. Harusnya aku nggak usah ikut pergi ke rumah nenek!" keluh Astrid. Tadi malam dia memang tidak ikut ke gym. Itu karena Astrid memiliki acara keluarga yang harus dihadiri.
Tak lama kemudian, Pak Ferry selaku dosen yang mengajar datang. Semua mahasiswa bergegas kembali ke tempat duduk. Kinar juga tidak lupa untuk membangunkan Zerin.
Dengan terpaksa, Zerin membuka lebar matanya. Ia memaksakan diri untuk memperhatikan materi yang diberikan Pak Ferry.
Namun ketika di tengah-tengah pelajaran berlangsung, rasa kantuk kembali menyerang. Zerin akhirnya memejamkan mata lagi. Dia jatuh ke dalam lelap.
Sialnya Pak Ferry berhasil memergoki Zerin. Karena kebetulan sekali perempuan itu duduk di baris kedua dari depan.
"Sepertinya ada teman kita yang asyik jalan-jalan di dunia mimpi," ungkap Pak Ferry sambil berjalan menghampiri Zerin. Melambaikan satu tangan ke depan wajah perempuan tersebut.
Semua orang di kelas cekikikan. Terlebih Zerin sama sekali tidak bergeming. Dia tertidur sangat nyenyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Kristina Sinambela
tumben jm segini blm up Thor?
2022-10-14
1
Nur Adam
lnjut
2022-10-14
1
Adila Ardani
zerin sadar donk jgn mau di mampaatin Zidan lebih menjauh
2022-10-14
1