Di dunia ini tidak hanya Tuan Krab yang gila akan uang. Coba lihatlah orang disekitarmu - Auraliv.
...༻∅༺...
Zerin baru saja melakukan makan malam di cafe bersama Adi. Sekarang dia di antar lelaki itu tepat di depan sebuah rumah mewah. Zerin sendiri mengaku kalau rumah tersebut adalah kediamannya. Adi yang tidak tahu apapun, percaya saja.
"Terima kasih untuk hari ini, Kak. Sampai ketemu besok," ujar Zerin sembari tersenyum tipis. Dia segera membuka pintu mobil.
"Rin!" Adi mencegat kepergian Zerin. "Mulai sekarang jangan panggil aku kakak lagi. Bagaimana kalau sayang?" sambungnya. Memberi usul.
"Iya," sahut Zerin. Mengangguk setuju.
Adi menarik Zerin lebih dekat ke hadapan. Lalu menempelkan bibirnya ke mulut Zerin. Meskipun begitu, ciuman yang terjadi sangatlah singkat.
Ketika Zerin baru membuka mulut, Adi sudah menjauh. Perempuan itu lantas mencoba bersikap normal. Jika dia terlalu berlebihan, kemungkinan Adi akan menganggapnya sebagai wanita yang tidak-tidak.
"Sampai ketemu besok ya, sayang..." ujar Adi seraya mengusap pelan puncak kepala Zerin.
"Iya, sampai ketemu besok!" Zerin keluar dari mobil. Ia sengaja berdiri di depan gerbang untuk melepas kepergian Adi.
Disertai lambaian tangan dan senyuman, Adi pergi dengan mobilnya. Kini Zerin membeku di depan rumah mewah yang selalu diakuinya sebagai rumah sendiri.
Ponsel Zerin bergetar. Dia melihat banyak pesan di grup chat pertemanannya. Kebetulan malam itu Zerin dan tiga temannya ada jadwal untuk belorahraga di gym.
Zerin segera berlari menuju rumah. Bukan rumah mewah yang ada di depannya, melainkan memasuki gang kecil. Di sanalah rumah asli Zerin berada. Sebuah rumah sederhana yang hanya memiliki dua kamar.
Ketika masuk ke rumah, Zerin melihat ibu dan adiknya asyik menonton televisi. Lia dan Amira langsung menoleh ke arah Zerin yang baru datang.
"Kuliahnya memang sampai malam begini, Rin?" tanya Lia.
"Enggak. Tadi aku jalan sama teman dulu," jawab Zerin. "Oh iya. Habis ini aku mau pergi lagi. Aku mau olahraga di gym," lanjutnya sambil berjalan memasuki kamar.
"Kamu memangnya punya uang untuk bayar? Jangan merepotkan teman-temanmu terus, Rin. Kalau kamu nggak bisa bayar, mending nggak usah ikut saja." Lia bangkit dari tempat duduk. Ucapannya sukses membuat langkah Zerin terhenti.
"Ibu tenang saja. Aku punya uang kok. Uang beasiswaku masih banyak," jawab Zerin santai. Dia segera masuk ke kamar. Menutup pintu dengan rapat.
Lia mengerutkan dahi. Ia hanya merasa aneh. Sebab dirinya tahu uang beasiswa Zerin tidak sebanyak itu. Tetapi hingga sekarang uang tersebut belum juga habis.
"Ibu kenapa?" Amira yang melihat raut wajah ibunya tampak masam, menegur.
"Nggak apa-apa." Lia menjawab singkat. Dia kembali duduk. Mencoba membuang rasa anehnya terhadap sang anak sulung.
Sementara di dalam kamar, Zerin mengeluarkan koper dari kolong tempat tidur. Dengan senyuman lebar, dia membuka koper tersebut. Puluhan gepok uang ratusan ribu rupiah terpampang nyata.
"Rasanya aku tidak sanggup memakai kalian. Tapi mau bagaimana lagi. Ada banyak hal yang ingin aku beli." Zerin menyatukan tangan ke depan dada. Bola matanya mengarah ke kanan atas. Jelas dia sedang berkhayal. "Aku ingin satu unit apartemen, segala perlengkapan bermerek, LV, Chanel, Gucci. Semuanya!" sambungnya sambil terkekeh senang. Zerin merebahkan kepala ke atas susunan uang di dalam koper.
Tak lama kemudian, terdengar keributan dari arah pintu depan. Zerin sontak gelagapan. Dia bergegas memasukkan beberapa gepok uang ke dalam tas. Lalu kembali menyembunyikan koper ke bawah ranjang.
Zerin bergegas keluar. Dia menyaksikan Lia tampak memohon kepada seseorang di depan pintu.
"Siapa yang datang?" Zerin bertanya kepada Amira.
"Itu Kak. Pak Bayu, kayaknya dia mau nagih hutang Ibu," sahut Amira dengan mimik wajah takut.
Zerin mendengus kasar. Dia segera bergabung bersama Lia dan Bayu ke depan pintu.
"Saya mohon beri waktu lagi. Saya tidak mungkin bisa mengumpulkan uang lima puluh juta dalam waktu cepat," ujar Lia dengan ekspresi memelas.
"Tidak bisa! Aku sudah memberimu kesempatan tiga kali! Dan sekarang kau tidak bisa menunggak lagi! Aku yakin kau pasti punya tabungan untuk membayar walau hanya sedikit!" tukas Bayu sambil mengacungkan jari telunjuk ke wajah Lia.
"Aku akan bayar!" imbuh Zerin. Lia dan Bayu sontak menoleh ke arahnya.
"Zerin?" Lia tentu heran. Namun Zerin tak hirau. Perempuan tersebut segera mengambil uang ke kamar. Membawakan uang bernilai lima juta untuk membayar hutang kepada Bayu.
"Nah begini dari tadi! Aku tidak perlu membuang tenaga untuk memarahimu! Ingat minggu depan aku akan datang lagi!" Bayu menyambut uang pemberian Zerin. Dia langsung pergi menggunakan motor.
Lia menatap Zerin dengan nanar. Air mata merembes di pipinya. "Rin, harusnya kau simpan saja uang beasiswanya untuk keperluanmu," tuturnya lembut.
"Bu, aku sebenarnya baru saja mendapat rezeki dari kampus. Aku dibayar untuk menjadi model universitas. Anggap saja ini sebagai hadiah dan kasih sayangku sama Ibu," balas Zerin sembari menghapus air mata yang ada di wajah Lia. "Berhentilah menangis..." mohonnya yang merasa tidak tega.
Zerin sebenarnya bisa saja melunasi semua hutang Lia kepada Bayu. Akan tetapi dia tidak sebodoh itu untuk menggunakan uang. Zerin tentu memikirkan kemungkinan kecurigaan Lia dan Amira terhadapnya. Tidak heran dia hanya mengeluarkan uang lima juta saja untuk membayar hutang. Semuanya dilakukan Zerin agar tidak terlalu kentara.
"Ibu sangat bersyukur memiliki anak sepertimu. Terima kasih ya, Rin..." ungkap Lia penuh haru. Dia segera saling berpelukan dengan Zerin.
Dari dalam rumah, Amira mengamati. Ia perlahan menundukkan kepala. Entah kenapa dirinya selalu merasa iri kepada Zerin. Amira merasa kalau kakaknya tersebut sangat sempurna. Dan dia selalu bermimpi agar bisa menjadi seperti Zerin.
Di sisi lain, tepatnya di sebuah gym mewah. Zidan baru saja bergabung bersama Ernest dan Jaka.
"Gimana, Dan? Bagus kan tempatnya. Ini rekomendasi dari kenalanku sih," ucap Ernest.
"Lumayan. Mulai hari ini kalian harus olahraga bareng aku di sini. Kalau mau jadi dokter itu harus punya badan yang sehat," ujar Zidan. Dia segera melepas jaketnya. Kini tampilan lelaki itu hanya mengenakan celana boxer hitam dan baju tanpa lengan. Memperlihatkan otot bisep dan beberapa tato kecil di tubuhnya. Zidan memiliki tubuh yang atletis. Bajunya yang ketat memperlihatkan lekukan abs-nya.
"Parah, Dan! Berapa tahun kau bisa bikin badan begitu?" tanya Jaka. Dia dan Ernest berdecak kagum menyaksikan badan Zidan.
"Sejak SMP aku selalu disuruh berolahraga sama ayahku. Dia akan mengamuk jika aku tidak melakukannya." Zidan menyahut sambil memegang alat pull down. Dia mulai berolahraga.
"Menurut sama orang tua itu sebenarnya selalu memiliki dampak yang baik," komentar Ernest. Dia tampak kesulitan mengangkat barbel seberat sepuluh kilo. Wajahnya bahkan memerah.
Zidan dan Jaka tergelak melihat wajah Ernest. Namun Ernest tiba-tiba melepaskan barbel karena melihat Zerin dari kejauhan.
"Astaga! Ada Zerin di sini!" seru Ernest. Memberitahukan kepada Zidan dan Jaka.
"Itu Zerin?" Jaka ikut terkejut. Dia dan Ernest langsung berhenti berolahraga. Keduanya tampak antusias. Tetapi tidak untuk Zidan. Lelaki itu terlihat tak peduli dan hanya fokus berolahraga.
Zerin terlihat datang bersama Gita dan Kinar. Mereka memang rutin berolahraga ke gym selama dua kali seminggu.
"Oh my god!" Gita membelalakkan mata sambil membekap mulut. Atensinya tertuju ke arah Zidan yang sedang berolahraga.
Kinar otomatis mengalihkan pandangan ke arah yang sama dengan Gita. Dia jadi ikut-ikutan terpaku melihat Zidan.
"Kenapa?" tanya Zerin. Dia masih belum menyadari keberadaan Zidan. Zerin lantas menoleh ke tempat yang sama dengan Gita dan Kinar.
'Sial! Kenapa dari saking banyaknya tempat gym, dia malah memilih tempat ini?' keluh Zerin dalam hati. Dia lekas membuang muka. Tidak seperti kedua temannya. Zerin justru kesal saat melihat Zidan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
zeaulayya
Lanjut thor ,knp berasa dikit banget bab nya🤭 semangat thor🫶🏻💪🏻🥰
2022-10-12
1
Nunu
lanjut Thor ..
2022-10-12
2
hana
lanjut thor
2022-10-12
1