Setiap manusia punya monster tersembunyi dalam diri masing-masing. Hanya saja, monter itu tidak terbangun di setiap waktu - Auraliv.
...༻∅༺...
Zerin menatap Zidan. Entah kenapa dia berharap lelaki itu untuk mendekat.
"Temui aku di mobil setelah ini!" titah Zidan sembari beranjak dari hadapan Zerin.
"Mobil?" Zerin menuntut jawaban.
"Apa aku perlu menjelaskannya? Aku yakin kau mengerti," sahut Zidan. Tanpa menoleh ke belakang.
Zidan kembali bergabung bersama teman-temannya. Ia tentu tidak lupa membawakan minuman yang dirinya janjikan.
Tidak lama setelah itu, Zerin muncul. Dia saling mengobrol sebentar dengan Gita dan Kinar. Lalu barulah pergi lebih dulu meninggalkan gym.
Zidan melangkah senada bersama Ernest dan Jaka. Ernest lagi-lagi membicarakan tentang Zerin.
"Aku tahu Zerin itu cantik banget. Tapi tahap suka kamu itu sudah berlebihan tahu nggak," tukas Jaka.
"Lagian Zerin nggak semenarik itu kok," sahut Zidan sinis.
"Oke! Jadi kalian berdua fix nggak suka Zerin ya? Setidaknya aku nggak punya saingan di lingkaran pertemanan ini," cetus Ernest seraya menatap Zidan dan Jaka secara bergantian.
"Ya! Lewatkan aku. Zerin bukan tipeku!" tegas Zidan dengan raut wajah tak acuhnya.
"Aku suka sih sama Zerin. Tapi cuman sekedar kagum biasa. Jadi aku relakan dia buatmu saja, Nest." Jaka menepuk pundak Ernest.
"Siap! Kalian the best!" Ernest kegirangan. Dia merangkul Zidan beserta Jaka sekaligus. Mereka segera pulang dengan menggunakan mobil masing-masing.
Zerin masih belum pulang. Ia berbohong kepada Gita dan Kinar bahwa dirinya dijemput oleh sopir. Padahal dia ingin menemui Zidan.
Selepas memastikan semua orang pergi, Zerin mendatangi Zidan. Ia langsung masuk ke dalam mobil. Sedangkan Zidan sendiri tampak duduk tenang di depan kemudi.
"Mau ngapain?" tanya Zerin dengan mata yang mendelik.
Zidan hanya diam. Dia menjalankan mobil untuk meninggalkan area gym. Dirinya memberhentikan mobil di pinggiran jalan sepi. Dimana hanya ada pepohonan rindang dari sisi kiri maupun kanan.
"Jangan bilang kau beneran psikopat? Mau bunuh aku?!" timpal Zerin dalam pose menghindar waspada.
Zidan tergelak kecil. Dia lagi-lagi hanya diam. Kemudian melepas pakaian atasan.
"Sekarang kau sebaiknya juga lepas baju," saran Zidan.
Zerin mematung. Meski Zidan tidak mengatakan apapun. Namun dia mengerti dengan apa yang ingin dilakukan lelaki tersebut.
"Kau mau membuatku menunggu semalaman?!" Zidan mendesak.
Zerin memutar bola mata jengah. Ia segera menanggalkan pakaian satu per satu.
"Aku ingin kau membelikanku apartemen," ucap Zerin. Ia sudah melepaskan bra serta celana legging. Kini hanya menyisakan celana da-lamnya yang berwarna hitam.
"Belilah dengan uang satu milyarmu itu!" sahut Zidan.
"Itu untuk simpanan kuliahku. Aku tidak ingin memakainya."
"Ya sudah. Maka aku akan menyebarkan fotomu ke internet."
Zerin terkekeh. "Kalau begitu aku juga akan melakukannya," ujarnya. Balas mengancam.
"Aku serius!" geram Zidan.
"Aku juga--"
"Diamlah! Aku tahu kau juga menginginkanku," potong Zidan. Dia langsung menyambar bibir Zerin. Ciuman panas seketika terjadi.
Di sisi lain, Lia sedang menunggu kepulangan Zerin. Waktu sudah menunjukkan jam dua belas malam. Tetapi putri sulungnya itu belum juga pulang dari gym. Lia sontak dirundung perasaan khawatir.
"Aku coba telepon Kak Zerin ya, Bu." Amira berujar sambil mengambil ponsel. Lalu mencoba menghubungi sang kakak. Namun dia tidak mendapatkan jawaban sama sekali.
"Gimana, Mir?" tanya Lia.
"Nggak dijawab, Bu. Mungkin Kak Zerin ada tugas kuliah mendadak seperti biasa." Amira berusaha keras untuk menenangkan Lia. Mengingat dia sudah sering menemui kakaknya pulang larut malam. Tetapi tidak untuk Lia.
"Ibu sebaiknya tidur. Aku yakin Kak Zerin pasti pulang," usul Amira sembari memegang lembut pundak Lia.
"Kamu aja yang tidur. Ibu akan menunggu Zerin di sini. Soalnya nggak biasanya kakakmu itu pulang larut malam," ujar Lia. Dia memutuskan menunggu kepulangan Zerin. Wanita itu bahkan rela tidur di sofa lusuh depan televisi.
Saat ponsel berdering, Zerin justru sibuk mende-sah bersama Zidan. Keduanya sibuk bercinta di kursi belakang. Kegiatan intim yang terjadi membuat mobil bergerak seolah hidup.
Zidan yang baru saja mencapai puncak, segera melepaskan diri dari Zerin. Keduanya saling beristirahat.
Zerin memeriksa ponsel. Dia panik ketika mendapat banyak panggilan dari Amira serta pesan dari Adi. Zerin segera memberitahukan Amira kalau dirinya menginap di rumah teman. Sementara itu, dia juga tidak lupa membalas semua pesan dari Adi.
Senyuman mengembang di wajah Zerin. Terutama saat menerima perhatian dari Adi yang hanya berupa pesan. Lelaki itu sangat manis dan baik. Besok bahkan Adi mengajaknya berbelanja. Sebagai perempuan, Zerin tentu sangat senang.
"Kenapa senyum-senyum nggak jelas? Gila ya?" tukas Zidan.
Zerin tidak menggubris teguran Zidan. Dia terlalu asyik berbalas pesan dengan Adi.
"Aku akan memberimu apartemen. Kebetulan aku punya tiga unit yang kebetulan tidak terpakai." Zidan kembali bersuara. Namun Zerin lagi-lagi mengabaikan.
Kesal terhadap sikap Zerin, Zidan merebut ponsel perempuan itu. Dia segera membaca semua percakapan pesan Adi dan Zerin.
"Hei!" Zerin tak terima. Ia mencoba mengambil ponselnya kembali. Akan tetapi Zidan sigap mengapit lehernya dengan siku. Zerin sontak tidak bisa bergerak.
"Saat bersamaku, kau tidak boleh berhubungan dengan lelaki lain!" kata Zidan dengan dahi yang berkerut.
"Apa urusanmu?! Siapa kau yang berani mengatur hidupku!" balas Zerin yang masih mencoba merebut kembali ponselnya.
"Aku bilang tidak boleh! Jika kau tidak bersamaku, terserah kau mau apa dengan lelaki lain! Asal jangan nekat berhubungan intim!" tegas Zidan lagi.
Kesal dengan kekangan tangan Zidan, Zerin menggigit lengan lelaki itu. Zidan sontak melepaskan. Namun dia masih belum mengembalikan ponsel Zerin.
Dengan cepat Zidan menyudutkan Zerin ke sandaran kursi. Ia menenggelamkan wajah ke leher Zerin. Melu-mat kulit putih perempuan tersebut. Kemudian menggigitnya sampai Zerin berteriak.
"Zidan! Kau menggigitku!" protes Zerin sambil memukul punggung Zidan sekuat tenaga. Namun lelaki itu tak bergeming.
Gigitan Zidan memang kuat.Tetapi tidak berlangsung lama. Dia kembali memberi kecupan lembut, lalu segera melepaskan Zerin.
Saat itulah Zerin balas mendorong. Sampai Zidan telentang ke kursi. Perempuan tersebut tidak tahu apa yang terjadi kepada dirinya. Namun dia berniat melakukan hal serupa seperti Zidan.
Gigitan di tempat yang sama diberikan Zerin. Zidan hanya bisa mengangakan mulut sambil memejamkan mata.
Zerin mengangkat kepalanya. Posisinya sekarang berada di atas badan Zidan. Keduanya saling bertukar pandang sejenak.
"Sial!" rutuk Zerin. Ia membenci Zidan. Akan tetapi tak bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir lelaki tersebut. Untuk kali kedua, persenggamaan terjadi. Bahkan ada aksi saling dorong-mendorong dari Zerin dan Zidan. Gairah mereka sama-sama memuncak.
Zidan membiarkan Zerin duduk di atas pangkuan. Perempuan itu bergerak naik turun dengan intens. Memperdengarkan lenguhan serta tepukan daging. Sesekali Zerin dan Zidan saling menyatukan mulut untuk melakukan pergumulan lidah.
Baik Zerin dan Zidan, wajah mereka sama-sama memerah. Keduanya tidak bicara lagi dan hanya asyik bercumbu.
Kala melepaskan penyatuan, Zerin dan Zidan memanfaatkan waktu dengan saling memanjakan tubuh satu sama lain secara bergantian. Mereka melakukannya sampai puas. Hingga ronde ketiga kembali dilakukan saat waktu menunjukkan jam empat pagi.
Mobil kembali bergoyang. Ditemani oleh derasnya hujan yang baru saja turun. Suara erangan Zerin dan Zidan menjadi tersamarkan karena suara hujan. Keduanya mengakhiri kegiatan intim ketika sadar kalau langit sudah mulai terang.
Sekarang Zerin dan Zidan sudah mengenakan pakaian masing-masing. Mereka juga telah duduk ke kursi depan.
Zerin mengarahkan kaca spion ke arahnya. Dia memasamkan wajah saat melihat bekas gigitan Zidan terlihat jelas di lehernya.
"Gigitanmu mengganggu penampilanku!" imbuh Zerin. Melirik tajam ke arah Zidan.
"Kau pikir punyamu tidak?!" balas Zidan. Ia memperlihatkan gigitan Zerin yang juga membekas jelas di kulit putihnya.
"Kau monster!" cibir Zerin. Jujur saja, matanya dan Zidan tampak mengantuk. Hal itu akibat aktifitas yang mereka lakukan semalaman.
Zidan terperangah. "Kau pun sama!" sahutnya. Tak ingin kalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
NatalieLaurentRenes
bab ini yg terakhir sumpah lucu rasaku
2022-11-29
1
Adila Ardani
lanjut
2022-10-13
1
Kristina Sinambela
alah blnglh Zidan kmu cinta sama Zairin 😁
jdi penasaran klw konflik Zairin foto nya disebarkan terus Zairin drop,terus dia frustasi dan menghilang pasti zidan merasa kehilangan 😭
2022-10-13
3