Memanfaatkan peluang terlalu lama adalah keuntungan besar. Tetapi terkadang ada yang akan dirugikan - Auraliv.
...༻∅༺...
Zerin segera memutuskan pandangannya dari Zidan. Terutama saat Gita memberikan senggolan secara tiba-tiba.
"Tuh Kak Adi datang. Dia pasti cari kamu lagi," bisik Gita. Astrid dan Kinar lantas mengangguk. Keduanya setuju dengan dugaan Gita.
Zerin mengembangkan senyuman tipis. Apalagi ketika lelaki yang dibicarakan teman-temannya benar-benar mendekat. Adi membawakan kotak berisi makanan untuk Zerin.
"Nih! Aku bawain salad. Biar sehat dan makin cantik," ujar Adi sembari tersenyum lebar. Ia merupakan dokter koas yang sengaja datang ke kantin kampus hanya untuk bertemu Zerin. Rumah sakit Wijaya Dirgantara sendiri berada tidak jauh dari lokasi Universitas.
"Makasih, Kak. Kenapa repot-repot banget? Aku jadi nggak enak." Zerin berdiri untuk menerima salad pemberian Adi. Dia tidak pernah melewatkan keuntungan dari kecantikan serta kepopulerannya di kampus.
"Santai aja, Rin. Nanti aku chat ya. Dan balasnya jangan lama-lama!" kata Adi yang langsung direspon dengan anggukan kepala oleh Zerin. Lelaki tersebut segera beranjak dari kantin.
Usai Adi pergi, Zerin segera membagikan salad untuk ketiga temannya. Astrid dan kawan-kawan tentu dengan senang hati menerima.
"Setelah ini, pasti Erik yang datang. Ayo kita taruhan, laki-laki mana yang akan dekatin Zerin habis ini," cetus Kinar sembari menikmati salad pemberian Zerin.
"Ernest kayaknya yang paling dekat tuh." Astrid melirik ke arah meja dimana Ernest duduk. Saat itulah atensinya tertuju pada Zidan.
"Eh, aku hampir lupa bahas tentang Zidan! Dari dekat ternyata dia lebih keren. OMG..." Astrid melanjutkan dengan nada berbisik. Ia menangkup wajah seraya melirik ke arah Zidan.
"Ernest sama Jaka kayaknya udah jadi teman dekatnya." Gita balas berbisik. Ia menopang dagu dengan satu tangan. Ikut-ikutan memandangi Zidan.
Jika Zerin menjadi pusat perhatian banyak lelaki, hal yang sama juga terjadi kepada Zidan. Lelaki itu tengah mencuri banyak pasang mata para kaum hawa.
Zerin yang mendengar pembicaraan teman-temannya, menghembuskan nafas berat. Dia selalu malas mendengar pembahasan tentang Zidan. Terlebih teman-temannya terlalu berlebihan.
Di sisi lain, Zidan merasakan hal serupa dengan Zerin. Karena kedua temannya tidak berhenti membicarakan Zerin. Terutama Ernest yang terkesan seakan sudah jatuh cinta.
"Apa menariknya Zerin sih? Kalian ngomongin dia mulu. Bosan tahu nggak," keluh Zidan dengan dahi yang berkerut.
"Jangan ngomong begitu, Dan. Ernest emang sejak awal sudah masuk daftar lelaki yang nggak menyerah kejar-kejar Zerin," sahut Jaka menjelaskan.
"Sorry ya, Dan. Kalau topik tentang Zerin ngebosenin. Tapi aku udah jatuh hati sama dia pas pertama kali lihat," ucap Ernest sambil mencuri pandang ke arah Zerin.
Plak!
Zidan menggeplak jidat Ernest. "Kalau suka kenapa nggak ditembak?" tukasnya sebal.
"Udah, Dan! Ernest sudah berapa kali nembak Zerin. Cuman selalu ditolak. Katanya sampai sekarang nggak ada lelaki yang pernah diterima Zerin buat jadi pacar," tanggap Jaka.
"Oh... Pantas pada banyak orang yang antri dekatin dia." Zidan menyimpulkan sambil menyeringai remeh. Dia semakin kagum dengan kelakuan Zerin. Zidan dapat menduga kalau perempuan tersebut sengaja melakukan itu. Dengan tujuan agar bisa mendapat keuntungan lebih banyak.
'Dia seperti rubah yang licik,' batin Zidan berkomentar. Matanya lagi-lagi bersibobrok dengan Zerin. Namun itu tidak berlangsung lama. Sebab Zerin buru-buru membuang muka.
Tak lama kemudian, lelaki bernama Vino menghampiri Zerin. Kebetulan dia salah satu lelaki yang juga tidak pernah menyerah mendekati Zerin.
"Rin! Chatku kenapa nggak pernah dibalas? Tega banget kamu ya," timpal Vino sembari menarik kursi ke sebelah Zerin. Lalu mendudukinya.
"Maaf ya, Vin. Aku sibuk banget. Nanti aku balas deh." Zerin berkilah. Dia tentu hanya membalas pesan dari lelaki tertentu. Terutama yang disukainya dan memiliki banyak uang.
"Haish! Tega sih..." protes Vino dengan eskpresi memelas. Memandangi Zerin tanpa henti. Lelaki tersebut jelas sudah terang-terangan mengakui rasa sukanya.
"Eh, kita habis ini ada kelas Pak Erman kan? Mending kita ke kelas sekarang," imbuh Zerin sembari bangkit dari tempat duduk. Dia merasa tidak nyaman dengan gangguan Vino.
"Maaf ya, Vin. Aku sama yang lain pergi dulu." Zerin mengajak teman-temannya pergi. Mereka mendatangi meja kasir terlebih dahulu.
Bertepatan dengan itu, Ernest juga mengajak Zidan dan Jaka untuk ke meja kasir. Zidan dan Jaka menurut saja. Keduanya mengekori Ernest dari belakang.
"Seperti biasa. Ernest bakalan bayarin makanan dan minuman yang dimakan Zerin," cicit Jaka ke telinga Zidan.
Senyuman meremehkan terukir di wajah Zidan. Ia mengamati Zerin dari belakang. Perempuan tersebut terlihat merespon baik traktiran Ernest.
Sebuah ide jahil muncul dalam benak Zidan. Dengan sengaja dia menabrak Zerin dari belakang. Perempuan itu sontak hampir terhuyung ke depan. Minuman gelas yang dipegangnya sedikit tumpah ke kaos baju.
"Eh, sorry!" ucap Zidan dengan mimik wajah seolah menyesal. Dia bergegas mengambil tisu dan mencoba mengeringkan baju Zerin yang basah.
Zidan sebenarnya sengaja memancing amarah Zerin. Sebab perempuan tersebut selalu terlihat baik dan murah senyum saat di depan banyak orang.
Zerin sempat mendelik. Namun ketika sadar ada banyak orang yang melihat, dia memaksakan diri untuk tersenyum. Lalu berusaha menghentikan tindakan Zidan yang sibuk mengeringkan bajunya. Akan tetapi Zidan tidak membiarkan. Lelaki itu bersikeras ingin mengusap baju Zerin yang basah.
"Nggak apa-apa. Biar aku saja," ujar Zerin berpura-pura. Padahal hatinya merutuk Zidan berulang kali. Terlebih Zidan mengusapkan tisu ke area yang mendekati buah dadanya.
"Aku pikir itu sudah cukup." Zerin melangkah mundur untuk mejauhi Zidan.
"Sekali lagi maaf." Zidan mengukir senyuman singkat. Kemudian beranjak pergi lebih dulu. Lalu di iringi oleh Jaka dan Ernest.
"Sampai ketemu nanti ya, Rin. Dan maafin teman baruku itu. Namanya Zidan!" Ernest menyempatkan diri untuk bicara dengan Zerin. Selanjutnya, barulah dia menyusul Zidan dan Jaka.
Interaksi yang terjadi di antara Zidan dan Zerin sempat menarik perhatian banyak orang. Terutama dari teman-teman dekat mereka.
"Astaga... Kenapa yang beruntung Zerin terus sih. Aku juga mau ditabrak sama Zidan," cetus Gita yang merasa iri.
"Apalah kita yang cuman remahan peyeknya Zerin," sahut Astrid.
"Kalian kenapa ngomong gitu sih. Lagian tadi kan Zidan katanya nggak sengaja." Zerin membantah. Dia selalu tidak enak jika mendengar teman-temannya merasa iri.
"Santai aja, Rin. Kami nggak bisa bantah sih sama kecantikanmu. Yuk kita ke kelas!" Astrid merangkul Zerin. Meski seringkali merasa saling iri, pertemanan mereka tetap berlanjut.
Sebelum ke kelas, Zerin pergi ke toilet terlebih dahulu. Dia ditemani oleh Kinar yang kebetulan juga ingin buang air kecil. Saat itulah Zerin mendapat pesan dari Zidan. Pupil matanya langsung membesar.
'Bisa ketemu sekarang? Aku kebetulan juga lagi di toilet.' Begitulah bunyi pesan yang dikirim Zidan.
Zerin sudah bermain jari untuk membalas pesan. Namun belum sempat mengirim, sebuah foto tiba-tiba dikirim oleh Zidan. Foto telanjang Zerin yang diambil Zidan saat di hotel tempo hari.
Deg!
Zerin langsung menyimpan ponsel ke saku celana. Karena Kinar baru saja keluar dari bilik toilet.
"Kenapa, Rin? Kelihatan tegang banget?" tukas Kinar heran.
"Nggak apa-apa." Zerin mencoba bersikap normal. "Eh, kamu duluan aja ke kelas. Aku kayaknya mau setor lebih banyak. Tolong bilangin ke dosen ya," sambungnya.
"Ya ampun, kayaknya salad Kak Adi benar-benar bikin kau sehat," komentar Kinar. Dia pergi ke kelas lebih dulu.
Merasa keadaan aman, Zerin diam-diam keluar dari toilet. Lalu menghubungi Zidan.
Bunyi nada dering langsung terdengar dari toilet sebelah. Sosok Zidan keluar dan menarik tangan Zerin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
zeaulayya
Dichh malesssin banget nih zidan 😏
2022-10-08
1
Elisa Damayanti
licik banget si Zidan....
2022-10-08
1
Nunu
lanjut Thor ... 😀😀
2022-10-08
1