Medina Al-Akhmaar
Baghdad Irak, 780 M.
"Hey, bangun! kami akan menutup tempat ini!" seru seseorang yang sayup-sayup terdengar dikuping gadis yang sedang tertelungkup diantara buku-buku tebal di atas meja itu.
Medina menggerakkan otot-ototnya yang terasa sangat lelah setelah berkeliling desa mengantarkan kue-kue kering yang telah ibunya buat.
Perlahan ia membuka kelopak matanya dan mendapati dirinya sedang tertidur di dalam sebuah tempat dengan rak-rak tinggi berisikan banyak buku dan kitab.
"Dimana aku?" Tanyanya pada dirinya sendiri sembari memandang sekeliling tempatnya tertidur.
"Tempat apa ini?" tanyanya lagi dengan dahi mengernyit. Cahaya matahari yang tepat berada di atas kepalanya membuat matanya silau belum lagi keringat yang membasahi seluruh wajah dan lehernya.
"Kenapa bisa ada darah disini?" tanyanya lagi dengan wajah bingung. Ia menyentuh pergelangan tangannya dimana nadinya seperti baru saja terpotong.
"Apa aku mencoba membunuh diriku hanya karena tidak ingin lagi menderita berada di dalam istana?" gumamnya dengan suara pelan. Dan merasakan lehernya juga terasa sakit.
"Tapi tunggu, dimana aku sekarang ini?" Medina mulai bangun dan melihat lagi keadaan sekelilingnya. Satu tulisan besar di hadapannya membuatnya kaget luar biasa.
Perpustakaan Baitul Hikmah yang sangat terkenal di Baghdad.
"Baghdad Irak, Negeri seribu satu malam?" Apa aku sedang berada di Baghdad?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Tapi bagaimana mungkin?" Aku tidak pernah keluar istana terlalu jauh selain di Granada Andalusia," ujarnya pelan sembari melihat keadaan sekelilingnya kembali.
"Medina!" Panggil seorang gadis berkerudung panjang pada dirinya dari arah sekitar 15 meter.
"Apa gadis itu mengenalku? Tapi aku tidak mengenalnya," ujarnya lagi pada dirinya sendiri sembari menajamkan penglihatannya. Semakin dekat gadis itu kepadanya ia baru mengenal kalau gadis itu adalah sahabatnya yaitu Zarah binti Abdullah, pelayannya di Istana.
"Syukurlah Medina, kamu ada di sini, ibumu mencarimu karena sudah 2 hari kamu tidak pulang ke rumah," ujar Zarah yang semakin membuatnya bingung. Ibunya kan sudah meninggal.
"2 hari aku tidak pulang ke rumah?" Aku selalu berada di rumah Zarah,"
"Iya, kamu lupa ya kalau kamu keluar untuk menjual kue-kue itu di Pasar. Dan kenapa kamu malah tidak pulang dan berakhir di sini," lanjut Sarah sembari menarik Medina untuk pulang.
Gadis cantik itu akhirnya mengikuti sahabatnya untuk pulang dengan segala pikiran yang berkecamuk dalam hatinya.
Jalanan yang ia lewati begitu sangat asing baginya. Tapi ia terus saja berjalan mengikuti gadis itu untuk pulang dan bertemu ibunya.
"Assalamualaikum bibi, ini putrimu sudah aku temukan di Depan Perpustakaan Baitul Hikmah.
"Waalaikumussalam Warahmatullahi. Alhamdulillah. Medina kamu sudah pulang nak, padahal ibu sudah berpikir yang tidak-tidak tentangmu." Ujar ibunya sembari memeluk tubuh putrinya itu yang masih kelihatan bingung.
"Iya ibu, Alhamdulillah aku baik-baik saja," jawab gadis itu masih dengan wajah bingungnya.
"Ada apa sayang? Kenapa kamu memandang rumahmu seperti kamu belum pernah kemari?" tanya ibunya dengan pandangan menyelidik. Perempuan paruh baya itu heran dengan tingkah putrinya.
"Ah ibu, aku hanya sedikit lupa dimana kamarku,"
"Ya ampun Medina, kamu hanya pergi dari rumah selama beberapa jam dan itu sering kamu lakukan bersama ayahmu dulu."
"Lalu Kenapa kamu jadi seperti orang yang tidak pernah pergi dari rumah?"
"Ah iya ibu, maafkan aku. Entahlah tapi aku sedikit bingung."
"Kalau begitu kamu istirahat lah di dalam kamarmu nak. Karena masih ada paket kue yang harus kamu antar keliling beberapa saat lagi." Umayma membawa putrinya yang masih nampak bingung itu ke dalam kamarnya.
"Darimana saja itu si Medina, katanya gadis baik-baik tetapi kenapa berani menghabiskan malam di luar rumah?" tanya Salma kepada Umayma saat baru saja keluar dari kamar.
Istri pertama dari suaminya itu tiba-tiba saja muncul di dalam rumah mereka.
Rumah yang tidak begitu luas dan hanya dipisahkan oleh sebuah dinding tembok, sehingga mereka sangat mudah untuk saling mengunjungi.
Umayma tidak memperdulikan kata-kata sindiran dari Salma. Ia lebih baik ke dapur untuk membuat makanan agar usahanya bisa menghasilkan dan bisa menyekolahkan Medina sampai ke perguruan tinggi.
"Kamu tidak memarahi putrimu itu Umayma?" Cibir Salma tetapi sekali lagi Umayma tidak ingin membuat masalah dengan istri kedua dari suaminya itu
"Kalau kamu tidak memarahinya izinkan aku yang melakukannya!" ujar Salma dan melangkah ke dalam kamar Medina yang hanya dibatasi tirai tebal dengan dapur rumah kecil itu.
"Hey apa yang kamu lakukan Salma!" kamu sebaiknya kembali ke rumahmu sendiri. Dan jangan pernah memasuki rumahku," ujar Umayma dengan meninggikan suaranya.
Selama ini ia sudah terlalu bersabar dengan perbuatan istri kedua suaminya itu tetapi jika itu berhubungan dengan Medina maka ia akan melawan.
"Hey kenapa kamu melarangku Umayma? Aku hanya ingin memberikan nasehat untuk putrimu yang sangat kamu bangga-banggakan itu." Salma tidak menggubris perkataan Umayma. Ia terus saja masuk menerobos ke dalam kamar Medina.
"Bangun kamu Medina! dan jelaskan darimana saja kamu selama satu hari satu malam ini? Apa kamu pergi mencari uang tambahan belanjamu dengan menjual tubuhmu, hah?!"
"Apa yang kamu katakan hah? Dan siapa kamu? Mau mencampuri urusanku?!" tanya Medina Dengan pandangan mata tajam pada Salma.
Perempuan itu tersentak tidak percaya dengan keberanian gadis itu padanya. Sedangkan Medina juga merasa heran dengan dirinya yang tiba-tiba berani melawan padahal selama ini ia selalu lemah tak berdaya.
Dengan cepat Salma menjambak rambut Medina karena marah.
"Kamu berani sama ibumu hah?" Meskipun aku ibu tirimu tetapi aku berhak atas hidupmu anak sialan!"
"Lepaskan aku ibu tiri yang baik, atau kamu tidak akan ingat kalau pernah mempunyai tangan!" Sentak Medina dengan keras sehingga tangan perempuan itu terlepas dari rambut panjangnya.
"Anda keluar dari sini!" Ini rumah ibuku dan kami berdua tidak pernah mengizinkan perempuan jahat seperti kamu berada di sini." Medina mendorong tubuh perempuan itu keluar dari rumahnya.
Umayma menatap putrinya dengan wajah melongo tidak percaya. Putrinya yang selama ini selalu diam saja dan lebih memilih menangis ketika diperlakukan kasar oleh Salma dan juga Thania kini kenapa jadi aneh seperti itu.
"Awas kalian! Jika ayahmu pulang aku akan sampaikan perbuatan kalian ini padaku!" teriak Salma dengan tatapan benci pada Medina dan ibunya..
"Sampaikan saja karena aku tidak takut!" jawab Medina kemudian menatap ibunya yang masih tampak bingung dengan perubahan sifat dirinya.
"Medina? Apa kamu benar-benar medina putriku?" tanya Umayma pada sang putri. Medina terdiam sejenak kemudian tersenyum.
"Aku putrimu ibu."
🍀
Bersambung
Like dan komentarnya dong 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Dewi Kasinji
ijin baca kak... diawal kasih bingung , tapi kyk e cerita transmigrasi ya. tapi kok nama dan org nya sama
2024-09-22
0
Hudiawan Permana
maantaap ka
2022-10-25
1
TikaPermata
Sukses selalu kak, ❤️🙏
2022-10-19
0