Putri Medina Al-Akhmaar dibantu oleh Zarah binti Abdullah memakai pakaian besi yang biasa digunakan untuk berperang. Hari ini adalah pertarungannya dengan seorang pria yang mengaku bernama putra Al-Hasan.
"Zarah ini rahasia kita bertiga, meskipun aku sudah melapor kepada ayahanda raja Lukman Al-Akhmaar." Zarah tersenyum. Ia tidak menyangka tuan putri Medina yang ia kenal sangat cerdas dalam berpikir bisa tertipu oleh pangeran ElRasyid Al Hasan.
"Baik tuan putri, saya akan mengikuti semua yang tuan putri perintahkan."
"Tapi bolehkah saya tahu apa kata paduka raja dengan keputusan anda ini?" tanya Zarah mulai penasaran.
"Ayahanda menyetujui keinginanku karena paduka juga sangat menginginkan menantu yang ahli bertarung seperti pria itu."
"Apa latar belakang keluarganya tidak ditanyakan oleh paduka raja tuan putri?"
"Ah iya. Aku juga heran Zarah. Baru kali ini raja tidak banyak bertanya dan sepertinya cepat setuju. Tapi sudah bagus kan?"
"Betul sekali tuan putri. Saya juga setuju saja," jawab Zarah dengan berusaha menahan senyumnya.
Setelah putri Medina Al-Akhmaar selesai bersiap. Mereka berdua pun menuju ruangan khusus untuk berlatih itu.
Pedang yang masih berada dalam sarungnya itu sudah dipegang oleh putri Medina Al-Akhmaar kemudian melangkah ke arah pangeran ElRasyid Al-Hasan yang juga sedang memegang pedangnya.
"Assalamualaikum warahmatullahi tuan putri. Apakah kabar anda baik hari ini?" sapa pangeran ElRasyid Al-Hasan dengan wajah menunduk. Sungguh ia tidak sanggup memandang mata indah putri Medina Al-Akhmaar dibalik nikobnya.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh ya Sayyidul Hassan. Alhamdulillah aku sehat dan siap melawan anda sekarang." putri Medina menjawab kemudian mengatur kuda-kuda untuk menyerang.
Cling
Cling
Cling
Bunyi senjata tajam dari baja itu saling bertentangan dan menimbulkan suara yang cukup nyaring memenuhi ruangan itu.
Putri Medina Al-Akhmaar merasa bahwa Sayid Hasan sepertinya tidak berusaha menyerang. Pemuda itu hanya menggunakan sistem mempertahankan diri sehingga Medina merasakan kesal. Akhirnya ia menghentikan serangannya.
"Apa maksud anda sebenarnya ya Sayyid?" tanya putri Medina Al-Akhmaar sembari mengarahkan ujung pedangnya yang tajam ke arah leher pemuda itu.
"Anda sengaja mengalah untuk apa hah?" tanyanya lagi dengan nafas memburu. Tatapannya tajam ke mata elang pemuda Granada itu untuk pertama kalinya karena sangat kesal dan marah. Nafasnya saja sudah memburu tidak sabar. Putri Mahkota AlHambra itu merasa dipermainkan padahal ia sangat bersemangat.
"Karena aku mendengar kalau tuan putri sudah dikhitbah oleh pangeran ElRasyid Al-Hasan dari kerajaan Al Amin. Aku tentunya tidak ingin menyalahi aturan agama kita dengan menikahi seseorang yang sudah dilamar oleh orang lain." pangeran ElRasyid Al-Hasan menjawab dengan suara tenangnya.
"Putuskan dulu perjodohan itu dengannya tuan putri." saran pangeran ElRasyid Al-Hasan dengan mimik wajah yang masih sama. Sangat tenang.
Cling
Putri Medina Al-Akhmaar melempar pedangnya ke lantai hingga menimbulkan bunyi nyaring.
"Anda pecundang! Katakan saja sejak awal kalau anda berniat seperti ini ya Sayyid sehingga aku tidak perlu mempersiapkan diri seperti ini."
"Aku bisa saja mengalahkanmu tetapi bukan itu yang aku inginkan tuan putri. Temuilah dulu Pangeran ElRasyid Al-Hasan untuk membuat segalanya jadi lebih mudah."
"Baiklah. Aku akan menemuinya tetapi setelah itu kita masih akan bertarung."
"Apa anda sangat ingin aku menjadi suamimu tuan putri?" tanya pangeran ElRasyid Al-Hasan dengan senyum khasnya.
Putri Medina Al-Akhmaar baru menyadari kalau ia sudah lama menatap pemuda itu.
Seketika jantung Putri Medina Al-Akhmaar berdebar kencang. Ia lalu menarik pandangannya dan menunduk.
"Anda terlalu banyak bicara ya Sayyid. Sekarang pergilah. Aku sudah malas bertemu dengan anda." ujarnya dengan perasaan berubah tidak bersemangat.
Ia pikir dengan cara seperti ini ia bisa lepas dari perjodohan dengan pangeran ElRasyid Al-Hasan tetapi sepertinya ia harus bertemu sendiri dengan pangeran itu dan membatalkannya.
Pangeran ElRasyid Al-Hasan tersenyum samar dengan keputusannya. Sesungguhnya ia ingin berhadapan sendiri dengan calon istrinya itu dengan kepala dingin dan membicarakan apa masalahnya hingga ia menolak menikah dengannya.
Hari itu mereka berdua berpisah untuk bertemu kembali dalam suasana yang berbeda.
Zarah binti Abdullah melepaskan pakaian sang putri mahkota dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya.
"Apa ada hal yang lucu Zarah hingga wajahmu tampak sangat gembira?" tanyanya pada pelayan pribadinya itu.
"Tidak tuan putri. Saya hanya merasa sayyid Hasan itu adalah pemuda yang baik hati dan sungguh takut akan azan Tuhan jatuh padanya."
"Tapi aku sangat kesal dan marah Zarah. Aku berlatih sangat keras beberapa hari ini hanya untuk pertarungan hari ini. Jadi seharusnya kan aku tidak dikecewakan."
"Sabar tuan putri. Ketika anda bertemu dengannya lagi saya yakin sekali pertarungan sebenarnya pasti akan terjadi. Jadi siapkan mental anda." Zarah merapikan pakaian sang tuan putri kemudian mengundurkan dirinya lalu menunduk.
"Ah iya. Berikan pesan kepada Abu Zubair pengawal pangeran ElRasyid Al-Hasan kalau aku ingin bertemu dengannya besok di Ambajadores." titah sang putri agar segera dilaksanakan oleh Zarah binti Abdullah pelayannya.
Zarah binti Abdullah pun segera meminta diri dan melanjutkan pesan penting itu kepada pengawal kepercayaan Pangeran ElRasyid Al-Hasan.
Seperti biasa Abu Zubair ketika mendapat pesan penting dari putri mahkota maka ia pasti akan langsung bergerak cepat. Tetapi kali ini ia tidak perlu berangkat ke bagian lain dari Granada untuk mencari pangeran ElRasyid Al-Hasan karena pria itu ada du dalam lingkungan istana kerajaan AlHambra.
"Assalamualaikum warahmatullahi, mohon paduka izinkan hamba menyampaikan kabar baru dari putri mahkota Medina Al-Akhmaar."
"Waalaikumussalam warahmatullahi. Katakanlah Abu Zubair!" titah pangeran ElRasyid Al-Hasan dengan senyum diwajahnya.
Ia sudah bisa menebak berita apa yang akan disampaikan oleh pengawalnya itu tetapi ia ingin prasangkaannya itu benar adanya.
"Putri Mahkota Medina Al-Akhmaar ingin bertemu dengan anda di aula istana ini besok setelah matahari terbit." lapor Abu Zubair dan langsung membuatnya semakin gembira.
"Terimakasih banyak Abu Zubair. Katakan padanya kalau aku pangeran ElRasyid Al-Hasan bersedia bertemu dengannya."
"Baiklah pangeran akan saya sampaikan padanya. Permisi. Assalamualaikum warahmatullahi."
"Waalaikumussalam warahmatullahi." pangeran ElRasyid Al-Hasan memandang punggung pengawalnya itu dengan senyum diwajahnya.
Meskipun ia baru saja bertemu dengan gadis itu tetapi entah kenapa ia sudah tidak sabar menunggu hari esok tiba.
Ia harus mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin agar putri mahkota itu terkesan padanya.
🍀
Bersambung
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sahabat Novel
Pertarungan yang ditunggu tunggu tapi diluar hayalan
2022-10-11
2
Susilawati Rela
lah mereka yg mo ketemuan....kok aku yg deg-deg plas....🤭🤭🤭
2022-10-10
3
Palma077
pangeran gak mau melawan, ada apa ya🤔
2022-10-09
4