Thania memberontak tidak terima kalau Medina lebih dikenal oleh orang-orang daripada dirinya. Ia menyalahkan ayahnya yang telah memberi izin pada gadis itu untuk belajar di Universitas.
"Ayah, kenapa kamu mengizinkan Medina untuk belajar?" tanya Thania dengan kesal setelah mendengar kabar bahwa Medina mahasiswi yang sangat terkenal di Universitas Nizamiyyah. Semua orang membicarakannya dimana-mana.
"Kenapa kamu menyalahkan ayah? belajar di Universitas Nizamiyyah adalah keinginan Medina dari dulu."
"Tapi aku tidak rela ayah. Aku tidak suka Medina lebih dikenal orang daripada diriku." balas Thania tidak mau menerima.
"Kalau begitu belajarlah dengan rajin agar kamu bisa mengikuti jejaknya." timpal Hasan dengan nada suara tegas. Pria paruh baya itu kemudian keluar dari rumah Salma istri keduanya.
"Mau kemana?" tanya Salma dengan cepat-cepat menarik tangan pria itu agar tidak keluar dari sana.
"Aku ingin menemui Medina. Ada banyak hal yang ingin aku katakan padanya."
"Baiklah, katakan pesanku ini padanya. Jangan sampai ia terlalu sombong karena sudah dikenal di Kota ini. Ilmunya itu tidaklah seberapa dibandingkan dengan Thania adiknya." Hasan tidak menjawab ia hanya berusaha melepaskan tangannya dari pegangan sang istri kemudian keluar dari rumah itu.
Hanya sekitar sepuluh langkah ia sidah sampai di rumah istri pertamanya yaitu Umayma..Pria itu mengetuk pintu rumah sederhana itu kemudian masuk setelah dibukakan oleh istrinya.
"Dimana Medina?" tanya Hasan tanpa ada kata basa-basi pada istrinya sendiri. Umayma tersenyum karena baru melihat suaminya itu mencari dan ingin bertemu dengan putrinya setelah sekian lama.
"Medina masih belajar di Nizamiyyah. Biasanya ia akan pulang saat sore hari tiba."
"Kalau begitu aku pergi. Aku hanya ingin bertemu dengan anak itu."
"Hey kenapa langsung pergi? kamu bahkan tidak pernah lagi tidur di rumah ini. Kamu tidak adil suamiku." Hasan menatap istrinya yang sedang menyentuh tangannya itu.
"Aku sudah adil dengan tidak berada di sini. Karena aku tidak yakin akan memberimu bahagia jika berada lama disini. Salma pasti mencariku." Umayma terdiam. Ia sadar kalau mungkin suaminya sudah tidak ada rasa cinta padanya sehingga bisa mengatakan hal seperti itu dengan ringan.
"Baiklah, pergilah. Aku dan Medina sudah sangat bahagia. Kami berdua tidak akan mengharapkan kamu lagi." ujar Umayma kemudian berlari ke kamarnya.
Hasan merasa sangat bersalah dengan kata-katanya sendiri tetapi ia bisa apa, Salma sudah menguasai hidupnya. Pria itu mengikuti Umayma ke dalam kamar istrinya.
"Umayma, maafkan aku." ujar Hasan sembari meraih istri pertamanya itu kedalam pelukannya. Umayma semakin menangis dalam perlakuan lembut Hasan. Ia juga pernah merasakan kasih sayang seperti ini dari suaminya sebelum pria itu menikahi Salma.
Mereka berdua saling bertatapan dengan rasa cinta yang masih ada. Hasan mulai mendekatkan wajahnya untuk mencium istrinya tetapi tiba-tiba saja suara ketukan di depan pintu rumah itu membuat mereka berjauhan kembali.
Tok
Tok
"Umayma, keluar kamu!" teriak Salma dengan nada tinggi. Umayma segera melepaskan dirinya dari pelukan sang suami. Hasan merasa tidak enak hati. Setiap ia datang ke rumah ini maka Salma atau Thania pasti akan datang mengganggunya.
"Aku akan membuka pintunya," ujar Umayma dan segera keluar dari kamarnya.
"Ada apa Salma? Apa kamu tidak malu berteriak-teriak seperti itu di depan rumahku?" tanya Umayma dengan wajah kesal.
"Kenapa? kamu marah karena aku mengganggumu hah? dimana suamiku Umayma? Suruh ia keluar atau aku akan masuk dan membawanya keluar sekarang juga." Salma menatap wajah Umayma dengan perasaan marah dan jijik.
"Tunggulah di sini. Aku akan memanggilnya untukmu." jawab perempuan itu sembari melangkahkan kakinya ke kamar dimana Hasan masih ada disana menunggunya.
"Kamu pasti bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Salma. Pergilah dan tidak perlu kembali ke rumah ini." ujar Umayma dengan tegas. I bergeser dari depan pintu agar suaminya itu bisa keluar.
"Maafkan aku Umayma," ujar Hasan kemudian mencium pipi istrinya dan segera keluar dari rumah itu. Umayma menyentuh pipinya dengan hati bagai diiris sembilu, sakit tapi tak berdarah.
🍀
Sementara itu di Universitas Nizamiyyah, Medina Al Hasan mendapatkan undangan khusus ke kerajaan Khalifah Harun Al-Rasyid.
Zubaidah isteri khalifah sangat ingin bertemu dengannya setelah mendengar kabar tentang kejeniusannya dengan ilmu-ilmu baru yang belum pernah dipelajari sebelum ini.
Di masa Khalifah ini, ilmu pengetahuan sangat dihargai tinggi.
Peradaban Islam dibangun dengan ilmu pengetahuan. Meski pada masa awal tidak ada tempat khusus untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan budaya, Rasulullah membentuk kelompok belajar di Masjid.
Setelah Islam menyebar ke berbagai penjuru dunia, majelis-majelis ilmu turut digelar di istana khalifah dan rumah para menteri. Area kerja dan pertanian diubah menjadi pusat ilmiah, budaya, dan sastra. Tradisi keilmuan Islam melahirkan banyak ilmuwan hebat.
Budaya belajar umat Islam mengakar tanpa strata sosial. Tuan maupun budak sibuk belajar. Beberapa tuan bahkan mengajari budaknya sastra, sejarah, dan berbagai cabang ilmu lain.
Zubaidah, istri Harun Ar-Rasyid, memiliki ratusan budak perempuan dan semuanya hafal Al-Qur’an. Dipagi hari mereka membaca Al-Qur’an, hingga suara mereka terdengar hingga ke sudut-sudut istana.
Kemudian pada tahap berikutnya, sekolah Islam, universitas, dan pusat penelitian didirikan. Beberapa sejarawan seperti Ibnu Al-Hakam percaya bahwa Universitas Nizamiyah di Baghdad merupakan perguruan tinggi pertama bagi umat Islam. Universitas itu didirikan oleh Nizam al-Mulk, Wazir atau Perdana Menteri dari Sultan Malik Syah, Khalifah dari Dinasti Seljuk.
Sejarawan juga mencatat pendirian Bayt Al-Hikmah pada masa Harun Ar-Rasyid. Tempat itu merupakan perpustakaan yang menjadi pusat aktivitas ilmiah.
Baca Juga: Bayt Al-Hikmah, Jejak Kemajuan Sains di Masa Keemasan Islam
Kendati begitu, banyak sejarawan yang percaya, sebelum Nizamiyah ada banyak perguruan tinggi dan universitas yang didirikan oleh umat Islam.
Sebuah kutipan dari British Encyclopedia menyatakan, "Ketika Ma'mun menjadi putra mahkota, dia mendirikan sebuah universitas di Khurasan dan untuk kuliah, dia mengundang profesor-profesor yang berpengalaman dan berpendidikan dari berbagai negara."
Chambers Encyclopedia menulis bahwa pada masa Ma'mun, universitas-universitas penting didirikan di Baghdad, Basrah dan Kufah.
Pada tahun 400 H, Hakim, Khalifah Fatimiyah, mendirikan sebuah perguruan tinggi besar di Mesir. Dia menyumbangkan banyak buku serta menunjuk ahli hukum dan profesor untuk mengajar.
Khalifah Mahmud dari Ghaznavi menyumbangkan sebagian besar hartanya untuk pendirian universitas yang megah. Dia juga membangun perpustakaan besar yang dipenuhi dengan buku-buku berharga.
"Aku akan mengantarmu ke istana Khalifah jika kamu tidak keberatan Medina?" ujar Ali Ahmed Ameer pada gadis itu yang ia temui di Perpustakaan seperti biasa.
"Terimakasih banyak tuan muda," jawab Medina tersenyum. Ali ikut tersenyum bahagia, pria itu berharap setelah undangan khusus dari Khalifah ini ia akan melamar dan menikahi Medina.
🍀
Bersambung
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Jangan bosan ya, kisah ini adalah roman sejarah, jadi yah kita banyak-banyak belajar hehehehe Piss✌️✌️✌️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sahabat Novel
tambah seru nih, apalagi Medina dapat undangan dari Zubaidah istri Khalifah Harun Ar Rasyid
2022-10-09
3
Palma077
Thana si bawang merah
2022-10-07
2
Fadlan
Masya Allah
2022-10-07
2