Hari-hari di dalam istana semakin membuat Permaisuri dan Putri Medina Al-Akmaar menderita. Berbagai macam tuduhan dan fitnah sering mereka dapatkan dari para selir-selir paduka raja.
Mental Permaisuri Sabrina semakin terpuruk dan akhirnya mengidap penyakit parah. Tak lama kemudian istri pertama dari raja Lukman Al Akhmaar itu pun meninggal dunia dalam penderitaan.
Putri Mahkota Medina ikut terpuruk. Kesedihan demi kesedihan semakin mengisi hari-harinya. Tubuhnya semakin kurus dan tak bertenaga. Perpustakaan dan buku adalah tempatnya untuk melarikan diri dari setiap masalah yang dihadapinya.
Zahrah, pelayan pribadinya, yang selama ini selalu mendampingi dan melayaninya ikut bersedih. Setiap hari gadis itu menemani Medina dan membuatkan makanan yang enak-enak agar putri Medina berselera untuk makan.
Hari ini gadis itu baru saja mengantarkan ramuan herbal yang diracik oleh putri Medina sendiri. Pewaris tahta AlHambra itu sudah bisa meracik banyak obat herbal setelah banyak membaca kitab-kitab tentang kesehatan dari berbagai ilmuan hebat.
"Putri, bersiaplah karena pangeran ElRasyid dan iring-iringan kerajaan sudah hampir sampai di gerbang istana. Hari ini anda akan menjadi isteri dari pangeran tampan itu." ujar Zarah berusaha menggoda sang putri.
Kedekatan mereka bukan lagi sebagai seorang putri dan juga pelayan. Mereka berdua bagaikan sahabat.
"Jangan pernah menyebut nama pangeran menyebalkan itu di depan hidungku Zarah, aku tak suka."
"Tapi perjodohan anda dan pangeran ElRasyid sudah ditentukan oleh paduka raja. Mau tak mau anda harus melakukannya putri," ujar Zarah memberi alasan.
"Aku tetap tidak mau. Aku akan pergi dari istana ini Zarah," ucapnya dengan pandangan mata tajam.
"Astagfirullah, jangan pernah berkata seperti itu putri, anda akan mempermalukan kerajaan kalau seperti itu."
"Sudahlah, keluar kamu dari sini. Aku masih mau membaca buku ini." usir putri Medina sembari mengangkat sebuah buku fiksi yang ada ditangannya. Zarah pun meninggalkan ruang perpustakaan itu dengan perasaan khawatir. Ia pasti akan terkena kemarahan sang paduka raja kalau tidak berhasil membuat putri cantik itu bersiap.
Putri Medina kembali menekuni buku fiksi yang ia baca tentang seorang gadis biasa di sebuah kota di Baghdad Irak. Hingga ia mendapatkan seorang tamu yang sangat tak diharapkan itu berdiri di hadapannya.
"Kamu sebaiknya jangan memaksakan diri jadi Putri mahkota kalau kamu tak sanggup." sindir Putri Jasmine yang selalu saja mengeluarkan ejekan dan kata-kata yang menyakiti perasaannya.
Putri Jasmine yang tahu kalau saudara tirinya itu selalu berada di Perpustakaan, mendatanginya hanya untuk memberikan ucapan jahat.
Apalagi saat ini pangeran ElRasyid baru saja sampai di dalam istana dan siap untuk menikahi kakak tirinya itu. Gadis itu yang menawarkan dirinya untuk membawa putri Medina ke ruang Aula istana.
Putri Jasmine tak rela itu terjadi sehingga ia datang untuk merusak mental putri Medina agar menolak menikah dan ia lah yang akan menjadi penggantinya.
"Kalau kamu yang mampu menjadi Putri mahkota maka ambillah. Aku ikhlas karena aku lebih memilih jadi rakyat biasa asalkan hatiku bahagia." jawab Medina Alkmaar dengan senyum diwajahnya.
Ia sudah bosan menjadi putri mahkota dan tidak pernah bisa menikmatinya karena pandangan dan cemoohan orang-orang seperti Jasmine dan ibu tirinya.
Kalau ia bisa memilih ia ingin menjadi seorang rakyat miskin biasa bersama dengan almarhumah ibunya.
Putri Jasmine mencibir. Andai ia bisa memiliki hak untuk seperti itu tentu saja ia sangat ingin. Tetapi ia harus melenyapkan Medina terlebih dahulu dan bertekad untuk menggantikannya suatu saat nanti.
Gadis itu kemudian meninggalkan putri Medina sendirian di ruang perpustakaan itu, yang tiba-tiba saja berpindah ke dimensi lain.
Keinginannya menjadi rakyat biasa terjadi juga dan ia telah masuk ke dalam sebuah kisah fiksi 1001 malam yang sedang dibacanya.
🍁
Embajadores, Aula kerajaan AlHambra.
"Mohon waktu anda paduka raja," pinta Abu Ubaid selaku kepala pelayan di kerajaan AlHambra itu.
Pelayan yang sudah berumur itu sangat tidak berani mengganggu atau menyita waktu pimpinan tertinggi kerajaan itu kalau tidak ada hal yang sangat penting. Apalagi sekarang akan berlangsung pernikahan antara putri mahkota dan pangeran dari raja Al Amin.
Raja Lukman mengangguk pelan. Ia meninggalkan pangeran ElRasyid Al Hassan dan menghampiri kepala pelayan itu.
"Ada hal penting apa hingga kamu harus mengganggu waktuku bersama dengan pangeran ElRasyid?!" tanya sang paduka raja dengan pandangan tajam.
"Ampun paduka, tapi informasi ini sangatlah penting untuk paduka raja ketahui."
"Cepat katakan dan segera kamu keluar dari ruangan ini!"
"Putri mahkota Medina Al-Akhmaar ditemukan tidak sadarkan diri di dalam Perpustakaan, paduka."
"Apa yang kamu katakan?! dan kapan kalian menemukannya?" mata tajam Raja Lukman Al-Akhmaar rasanya ingin melompat dari kelopaknya.
Bagaimana mungkin ini bisa tejadi disaat pernikahan sebentar lagi akan terjadi?
"Tadi pagi saat para pelayan akan membersihkan tempat itu. Dan mereka menemukan tuan putri sedang tidak baik-baik saja."
"Dan dimana putri mahkota sekarang berada?"
"Permaisuri meminta kami membawa putri ke kamar pribadinya paduka," jawab Abu Ubaid dengan wajah menunduk.
"Baiklah, kami akan segera kesana," ujar Paduka raja Lukman Al Akhmaar.
Raja tersebut kemudian memberi tahu kepada pangeran ElRasyid sebagai calon suami dari putrinya itu agar segera menuju kamar sang putri.
Pangeran ElRasyid memandang wajah pucat putri Medina Alkmaar dengan perasaan tak terbaca.
Pangeran tampan itu meminta izin untuk menyentuh calon istrinya untuk memeriksa keadaan gadis itu.
"Apa kata tabib?" Tanyanya pada pelayan pribadi putri Medina Alkmaar.
"Putri mahkota sepertinya telah meminum sebuah ramuan yang sangat berbahaya hingga membuatnya tidak sadarkan diri seperti ini pangeran." Jawab Tabib istana yang sedang berdiri di samping ranjang putri Medina Alkmaar. Ia menggantikan Zahrah untuk menjawab.
Pangeran ElRasyid meraba pergelangan tangan perempuan cantik itu dan bisa merasakan denyut nadinya bagus dan normal.
"Siapa yang memberinya ramuan itu?" tanyanya lagi dan langsung membuat Zarah tersentak kaget. Tubuh gadis itu gemetar ketakutan.
"Ampun pangeran. Saya yang telah memberikannya tetapi kami bahkan masih sempat berbicara setelah putri meminumnya. Dan juga putri sendiri yang meracik ramuan itu," jawab Zarah dengan suara gemetar takut diiringi tangisan.
Pangeran ElRasyid hanya tersenyum menenangkan. Ia perlu bicara secara pribadi dengan pelayan pribadi calon istrinya itu.
"Apa ada penawar dari obat yang telah diminumnya?" tanya ElRasyid lagi pada sang tabib.
"Sayangnya belum ada pangeran, dan ternyata ramuan yang putri minum adalah sama dengan yang pernah diminum oleh Permaisuri Sabrina sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir pangeran."
ElRasyid tersentak kaget. Ia belum pernah mendengar kalau meninggalnya permaisuri pertama adalah karena kecelakaan seperti ini.
Dan sekarang sejarah itu berulang pada putrinya sendiri yang merupakan calon pewaris kerajaan AlHambra ini.
Sekali lagi ia memandang wajah cantik yang sudah tampak pucat itu dengan pandangan tak terbaca. Ia bertekad akan mencari tahu ada apa sebenarnya yang terjadi di dalam kerajaan besar ini.
Apa mungkin putri Medina sebenarnya tidak menginginkan perjodohan ini dan lebih memilih mengakhiri hidupnya? Ujarnya membatin.
Tapi Sampai kemanapun akan kukejar kamu Medina Alkmaar. lanjutnya dengan seringaian di wajahnya.
🍀
Bersambung
Like dan komentarnya ya para readers tersayang 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sahabat Novel
saLut pada Putri Medina, ketika dia smakin terpuruk maka dia lari ke hal hal yang positif
2022-10-08
3
Fadlan
apalah artinya hidup di kerajaan kLo hati tak pernah damai...
2022-10-06
4
Palma077
ramuan apami itu diminum oleh Putri Medina...
2022-10-05
4