"Kenapa ibu? Apakah ibu tidak percaya kalau aku putrimu?" Umayma tidak menjawab tetapi malah memeluk putrinya itu dengan airmata yang sudah menganak sungai.
"Aku tidak tahu kenapa baru kali ini kita berani melawan perempuan jahat itu sayang, setelah sekian lama mereka bersikap sewenang-wenang pada kita."
"Kita akan melawan ibu, jangan mau lagi diinjak-injak oleh perempuan berhati ular itu."
"Tapi bagaimana dengan ayahmu? Ia selalu mempercayai fitnah-fitnah dari mereka berdua nak," ujar Umayma ragu. Perempuan paruh baya itu selalu takut kalau suaminya marah padanya. Medina terdiam.
"Jangan khawatir ibu, kita akan bersama-sama menunjukkan pada ayah tentang sifat mereka yang sebenarnya." Umayma tersenyum dengan rencana Medina. Meskipun hatinya sendiri tidak yakin karena suaminya itu lebih cinta Salma daripada dirinya.
Sementara itu, di rumah Salma yang cuma berbataskan dinding dari batu bata itu.
"Thania apa saja yang kamu lakukan pada Medina kemarin? Kenapa ia masih kembali ke rumah ini?" tanya Salma saat Thania sang putri baru pulang dari sekolahnya.
"Maksud ibu apa?" Aku sudah menyuruh orang menculiknya. tidak mungkin anak itu kembali ke mari."
"Dia ada di rumahnya. Dan sekarang sudah berani melawan ibumu ini."
"Ah tidak mungkin ibu. Aku tidak percaya kalau Medina melawanmu. Gadis itu gadis lemah dan penyakitan. Ia tidak akan punya tenaga dan juga keinginan untuk melawanmu ibu."
"Thania, kamu tidak percaya perkataan ibu?" tanya Salma dengan perasaan kesal.
"Sekarang ayo kita kerumahnya dan kamu akan melihat sendiri. Kalau apa yang kamu lakukan kemarin padanya justru membuatnya berubah," lanjut Salma dengan tatapan tajam.
"Tidak perlu ibu. Aku percaya padamu lagipula aku malas sekali melihat wajahnya." jawab Thania dengan mencebikkan bibirnya.
"Aku sangat benci Medina karena semua orang menyukainya."
"Kalau begitu aturlah rencana yang lebih besar agar ia dan ibunya tidak pernah lagi muncul dihadapan kita. Dan kalau bisa untuk selama-lamanya." Salma menyeringai dengan senyum liciknya.
"Rumah itu harus jadi milik kita Thania. Ini terlalu sempit kalau kita bertiga dengan ayahmu."
"Baik Bu. Aku punya ramuan yang aku beli di pasar beberapa hari yang lalu dan sudah aku persiapkan untuk Medina dan Ibunya." Thania segera melangkah ke kamarnya dan memperlihatkan dua buah botol kecil pada ibunya.
"Katanya ini bagus untuk membuat orang untuk tidur lebih lama, hahahaha," ujar Thania dengan mata berbinar. Ia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika ramuan ini sampai ke tubuh bibi Umayma dan Medina.
"Tapi bagaimana caranya Thania, sedangkan mereka sudah melarang ibu untuk ke rumahnya.
"Dengarkan aku ibu. Kamu bisa mencampurkannya pada adonan kue bibi Umayma. Dan pelan-pelan semua langganannya akan tertidur sampai di akhirat. Dan kamu tahu apa yang selanjutnya terjadi ibu?"
Salma tersenyum senang. Perempuan paruh baya itu langsung meraih satu botol kecil dari tangan putrinya. Dengan langkah ringan ia ingin mendatangi lagi rumah istri dari suaminya itu. Ia langsung menuju rumah Umayma yang hanya dibatasi oleh dinding itu.
Tanpa mengucapkan salam. Perempuan itu melangkah ke arah dapur dan membuka wadah adonan yang sudah tersedia di atas meja. Ia tidak tahu kalau Medina sedang berdiri di balik tirai dan melihatnya melakukan hal yang mencurigakan.
"Hey apa yang kamu lakukan?!" teriak Medina dari arah kamarnya dan langsung membuat Salma tersentak kaget.
Botol kecil yang ada ditangannya langsung terjatuh ke bawah meja. Dengan wajah kaget karena ketahuan ia berbalik dan ingin segera keluar dari dapur itu.
"Hey berhenti kamu!" teriak Medina dan berusaha memburu perempuan paruh baya itu tetapi Umayma berhasil menarik tangannya.
"Sudahlah sayang, biarkan saja. Ibu yakin ia tidak akan menganggu kita lagi."
"Tapi Bu, biarkan aku membalasnya. Orang seperti itu akan selalu melakukannya lagi dan lagi kalau tidak kita hentikan sekarang juga."
"Sudahlah sayang, sudah dua kali ia berusaha melakukan hal keji padamu hari ini, aku yakin ia sudah mulai takut. Kamu lihat kan ia tidak berani muncul di hadapanmu lagi," Umayma berusaha menenangkan putrinya.
"Tapi ibu, sekali saja, izinkan aku mematahkan tangannya itu." Umayma menggeleng.
"Tidak baik memelihara dendam sayang, cukup ia tahu kalau kita bisa melawannya."
"Astagfirullah ibu. Mereka pantas dibalas. Karena mereka selalu merencanakan hal jahat pada kita."
Umayma tersenyum kemudian meminta Medina untuk makan terlebih dahulu.
"Makanlah dulu, ibu sudah menyiapkan makanan kesukaanmu."
"Baik Bu, aku juga merasa sangat lapar." Medina akhirnya menuruti perkataan ibunya. Ia segera melangkah ke dapur untuk makan.
"Bagaimana dengan rencanamu untuk melanjutkan sekolah di Universitas?" tanya sang ibu saat putrinya itu sedang menyuap roti isi daging yang sudah diawetkan.
Medina tersenyum maklum. Ia sangat mengerti kalau keadaan mereka sangat miskin dan tidak mungkin meraih cita-citanya itu.
"Tidak apa ibu, aku akan membantu ibu untuk berjualan. Ibu tidak perlu memikirkan itu." jawab Medina dan melanjutkan makannya. Mungkin cita-citanya itu akan ia kubur dalam-dalam.
🍀
Bersambung.
Jangan lupa jempolnya dong tekan like dan ketik komentar trus krim ke sini 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sahabat Novel
jaga hatimu Thania jangan terlalu benci pada Medina, bagaimanapun juga dia saudara sedarahmu
2022-10-09
1
Sahabat Novel
tak perlu takut jika itu memang kebenaran, karena kebenaran mengalahkan semua kejahatan
2022-10-09
1
Fadlan
kaya' di cerita cerita... yg punya sodara dan ibu tiri tuh harus kuat mentalnya...
2022-10-06
2