Matahari bersinar cerah pagi itu di Bukit La Sabica tempat kerajaan AlHambra berada dengan bangunan-bangunan yang kurang teratur. Pagi itu kebahagiaan masih menyelimuti perasaan pangeran ElRasyid Al-Hasan sang pengantin baru.
Pria muda dan tampan itu tak berhenti menatap dengan penuh cinta istrinya yang masih tertidur dibawah selimut.
Semalaman berdiskusi tentang visi dan misi kerajaan AlHambra kedepan membuat putri mahkota itu baru merasakan kantuk yang luar biasa. Ia tertidur setelah melaksanakan sholat subuh bersama dengan imam barunya.
Pangeran ElRasyid Al-Hasan berdiri dari tempatnya setelah puas memandangi wajah cantik rupawan milik penerus kerajaan AlHambra itu. Pria muda itu ingin keluar kamar untuk berjalan-jalan di sekeliling istana.
Bibirnya ia sentuhkan pada kening sang putri sangat lama hingga ia merasa menghirup aroma tubuh putri cantik itu yang memenuhi seluruh jiwanya. Setelah dari kening ia selalu turun ke kedua kelopak mata dengan bulu mata lentik itu.
Setelah itu ia kemudian berangkat ke luar kamar dengan senyum cerah diwajahnya. Abu Zubair menyambutnya di depan pintu kamar ketika ia keluar dari ruangan berbentuk segiempat itu.
"Assalamualaikum warahmatullahi tuan," sapa Abu Zubair sang pengawal setia dengan wajah menunduk.
"Waalaikumussalam warahmatullahi Abu Zubair, bagaimana kabarmu pagi ini?"
"Alhamdulillah. Rahmat Allah selalu tercurah untuk kita semua tuan." Pangeran ElRasyid Al-Hasan tersenyum kemudian melangkah ke arah keluar istana. Abu Zubair mengikuti dibelakangnya dengan taat dan patuh. Sedangkan di depan pintu kamar pintu kamar sang putri mahkota berganti pengawal baru dari kerajaan AlHambra sendiri.
Puteri Jasmine yang baru keluar dari kamarnya tersenyum miring saat melihat pangeran ElRasyid Al-Hasan itu keluar dari kamar putri mahkota. Ia sekarang ingin mendatangi pria tampan itu dan berniat menemaninya berbicara.
"Assalamualaikum warahmatullahi pangeran ElRasyid Al-Hasan kakak ipar ku." sapa putri Jasmine dengan senyum diwajahnya.
Gadis itu sengaja tidak menundukkan wajahnya karena ingin bertemu pandang dengan pria tampan yang sudah memperistri kakak tirinya itu.
"Waalaikumussalam warahmatullahi tuan putri Jasmine," jawab Pangeran ElRasyid Al-Hasan dengan menundukkan matanya. Baginya hanya putri Medina Al-Akhmaar lah seorang yang akan ia pandang.
Putri Jasmine merasa kecewa karena sang pangeran dari kerajaan Al Amin itu tidak menyambutnya dengan antusias. Tetapi ia tidak merasa putus asa.
Tekadnya sejak semalam adalah ia akan meraih hati pangeran tampan itu seperti ibunya yang hanya seorang pelayan tetapi berhasil menjadi permaisuri menggantikan permaisuri Sabrina.
"Pangeran ElRasyid Al-Hasan sudah pernah berkeliling di istana ini?" tanyanya mulai berbasa-basi.
"Saya sudah tuan putri." jawab pangeran ElRasyid Al-Hasan.
"Ooh, bolehkah aku tahu dimana kakakku putri Medina Al-Akhmaar sekarang berada? kenapa ia membiarkanmu berjalan sendirian seperti ini pangeran?"
"Putri Medina Al-Akhmaar sedang istirahat. Dan aku sengaja berjalan-jalan bersama dengan Abu Zubair jadi anda tidak perlu khawatir tuan putri Jasmine,"
"Bolehkah aku menemanimu pangeran? aku sedang tidak ada kesibukan penting saat ini." putri Jasmine tersenyum manis dan menawarkan dirinya. Tetapi sepertinya pria itu sedang tidak ingin berjalan-jalan dengan perempuan selain istrinya.
"Mohon maafkan aku tuan putri. Tapi saat ini aku sedang ada urusan yang sangat penting dengan pengawal pribadiku Abu Zubair."
"Baiklah. Aku menantikan waktu anda nanti, pangeran."
"Insyaallah kalau Allah mengizinkan, Assalamualaikum warahmatullahi tuan putri."
"Waalaikumussalam warahmatullahi." jawab putri Jasmine tidak bersemangat. Mereka pun berpisah dan melanjutkan rencana mereka masing-masing.
Sementara itu di dalam kamar pribadinya, putri Medina Al-Akhmaar menggerakkan otot-ototnya yang terasa kaku karena tertidur dengan berbantalkan telapak tangannya yang ia gunakan untuk menyanggah pipinya.
Putri Mahkota itu membuka matanya kemudian berusaha mengumpulkan nyawanya. Matanya ia edarkan mencari sesosok pria tampan yang ia temani berdiskusi sepanjang malam.
Ternyata pangeran ElRasyid Al-Hasan adalah pria yang sangat cerdas.
Aku sangat suka berdiskusi dengannya. ujarnya membatin.
Tanpa sadar ia tersenyum malu saat membayangkan bagaimana pria itu memperlakukannya dengan sangat manis tadi malam. Hatinya tiba-tiba berdebar sangat kencang.
Aku pikir ia adalah pria yang sangat kasar dan tak beradab.
Tetapi dimana pangeran itu sekarang berada?
Kenapa aku sangat ingin berjumpa dengannya pagi ini?
Ia terus bermonolog sendiri sampai Zarah binti Abdullah muncul di samping tempat tidurnya.
"Ada yang bisa saya lakukan untuk anda tuan putri?" tanya Zarah binti Abdullah dengan senyum diwajahnya. Ia yakin telah terjadi sesuatu pada tuan putrinya semalam dengan sang pangeran. Bibir putri mahkota itu tidak berhenti tersenyum sendiri.
"Aku ingin mandi Zarah, tolong siapkan air mandi untukku."
"Baiklah tuan putri, permintaanmu adalah perintah buatku." Zarah binti Abdullah mengundurkan dirinya dan segera menuju ruang mandi untuk sang putri mahkota.
Putri Medina Al-Akhmaar keluar dari tempat tidurnya masih dengan wajah berseri-seri.
Di luar sana pangeran ElRasyid Al-Hasan sedang melangkah ke Aula Ambajadores istana untuk bertemu dengan raja Lukman Al-Akhmaar sang ayah mertua.
Ia ingin meminta izin pada pimpinan tertinggi kerajaan AlHambra itu untuk membawa putrinya untuk mengunjungi kota Cordoba.
Cordoba sebagai kota penting di Al Andalus, merupakan kota termegah, terkaya dan salah satu yang terbesar di dunia pada abad pertengahan.
Hal ini sangat berbeda dengan kota-kota di Eropa lainnya, di mana bangsa Eropa saat itu tengah dilanda kegelapan dan kebodohan.
Apa yang menjadi kemajuan barat saat ini adalah kontribusi besar kemajuan peradaban yang ditumbuhkan masyarakat Islam di Eropa saat itu.
Seorang ahli ilmu politik W.E. Hocking dalam bukunya The Spirit of World Politics berkomentar tentang kemajuan yang dicapai barat masa kini, “Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa pada pertengahan abad ke 13 Islamlah pembawa segala apa yang tumbuh dan dibanggakan oleh dunia barat”.
Demikian pula seorang sejarawan barat W. Montgomery Watt dalam bukunya tentang Sejarah Islam di Spanyol, “Peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi motor penggeraknya, Barat bukanlah apa-apa.”
"Maafkan aku paduka raja jika aku berniat membawa putri mahkota berjalan-jalan ke kota Cordoba." ujar pangeran ElRasyid Al-Hasan memulai niatnya untuk meminta izin pada ayah kandung dari istrinya itu.
"Itu bagus sekali pangeran. Aku setuju saja dengan niatmu itu. Karena sesungguhnya lebih sering melihat dan mendengar kemajuan suatu kota maka akan baik untuk kerajaan kita ini."
"Terimakasih banyak paduka raja. Kalau begitu aku akan memberi tahu tuan putri Medina Al-Akhmaar kalau anda merestui perjalanan kami ini."
"Ya silakan pangeran. Sesungguhnya kamu tidak perlu meminta izin padaku jika ingin membawa istrimu untuk keluar dari kerajaan. Ia adalah tanggung jawabmu sekarang."
"Terimakasih banyak paduka."
🍀🍀🍀
Bersambung
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Susilawati Rela
asyiiik jelong jelong lagi kita...kali ini ke Cordoba....🥰🥰🥰 ikut dong ..patungan yuk yg mo ikut....nih aku patungan ya..🌹🌹🌹. cukup ga cukup harus boleh ikut...😁😁😁
2022-10-12
4
Palma077
Apa yg dirasa rasa Putri Medina? 😁
2022-10-12
2
Sahabat Novel
Putri Jasmine memang gak tau diri yah, taunya Pangeran ElRasyid sudah menjadi suami kakaknya dia masih CCM
2022-10-12
3