Pagi itu Medina sangat bahagia. Seorang pelayan dari rumah tuan Ahmed Ameer membawakannya surat panggilan untuk belajar di Universitas Nizamiyyah dengan biaya ditanggung oleh keluarga kaya itu.
"Ibu lihat ini, akhirnya aku bisa belajar di sana." ujar Medina sembari menyerahkan sebuah surat resmi dari Universitas Nizamiyyah yang sangat terkenal di Baghdad.
"Alhamdulillah nak, ibu bersyukur. Akhirnya cita-citamu bisa terwujud."
"Iya ibu, keluarga tuan Ahmed Ameer itu sangat baik. Semoga Allah membalas mereka dengan balasan yang baik."
"Aamiin."
"Kalau begitu aku akan segera bersiap ibu, karena aku akan segera mengurus administrasinya."
"Jangan lupa mampir di rumah tuan Ahmed Ameer nak. Ucapkan terimakasih pada mereka."
"Tentu saja ibu, aku akan melakukannya. Tapi Bu, kenapa mereka tahu kalau aku sangat ingin belajar di universitas Nizomiyyah?"
"Tanyakan saja pada mereka. Ibu hanya pernah mengatakan kalau kamu suka belajar dan ingin melanjutkan pendidikan tinggi." Medina terdiam kemudian tersenyum.
"Doakan aku ibu. Aku akan membuatmu bangga." ujar gadis itu dan segera memasuki kamarnya. Ia memakai Khimarnya dan meminta pamit pada ibunya dan segera pergi ke rumah tuan Ahmed Ameer.
"Terimakasih banyak tuan dan nyonya, belajar di Nizomiyyah dan bertemu dengan para ilmuwan hebat adalah cita-citaku sejak dulu." ujar Medina dengan wajah berseri-seri bahagia.
Kedua orang itu ikut bahagia dengan kabar yang dibawa oleh Medina. Mereka sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi karena ini pasti perbuatan putranya.
Ali Ahmed Ameer adalah salah satu dosen di universitas itu.
"Saya permisi pamit dan akan segera berangkat ke universitas itu tuan nyonya," lanjut Medina masih dengan senyum di wajahnya.
"Hati-hati Medina. Dan semoga kamu sukses." ujar nyonya Ahmed Ameer sembari memeluk gadis cantik itu. Ia sangat berharap gadis itu bersedia menjadi menantunya suatu saat nanti.
"Iya nyonya terimakasih banyak. Ibuku juga menitip salam padamu."
"Ah iya. Sampaikan salam kami kembali pada ibumu. Dan mungkin dalam waktu dekat kami akan ke rumahmu. Kami sungguh ingin menjalin hubungan kekerabatan yang lebih erat sayang," ujar perempuan paruh baya itu sembari tersenyum.
Medina mengernyit bingung tetapi ia segera tersenyum. Ia tidak mau perduli dengan urusan para orang tua itu.
Gadis itu pun pergi dari sana dan menuju ke Universitas Nizamiyyah.
"Apa kamu setuju sayang, kalau Medina jadi menantu kita?" tanya perempuan paruh baya itu pada suaminya yang sejak tadi diam saja.
"Apa kamu sudah menanyakannya pada putramu? kalau ia setuju. Aku ikut setuju."
"Tentu saja Ali setuju, kamu tidak lihat bagaimana ia berpura-pura masih sakit pada waktu itu? padahal aku tahu ia pasti sudah lama sembuh." nyonya Ahmed Ameer itu tersenyum samar sembari membayangkan wajah putranya yang sudah kembali bekerja.
"Kalau Ali sudah setuju dan gadis itu juga mau, mereka harus segera kita nikahkan. Aku tidak mau Ali terganggu pikirannya dan jadi tidak serius bekerja."
"Dengan senang hati akan aku lakukan. Aku akan segera mengirimkan kabar untuk anak itu. Ia pasti akan senang sekali."
🍀
Universitas Nizamiyyah Baghdad.
Proses Pendirian Universitas Nizamiyah
Nizam al-Mulk memiliki tekad kuat untuk menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas.
Untuk mencapai cita-cita itu, dia membangun beberapa sekolah di desa-desa. Ia menghabiskan 6 ribu dinar emas untuk pembangunan sekolah tersebut.
Dia mewakafkan sepersepuluh dari kekayaannya untuk mendirikan perpustakaan dan perguruan tinggi Islam. Capaian tertinggi dari wakaf pendidikan itu adalah pendirian Universitas Nizamiyah di Baghdad.
Pembangunan universitas tersebut dimulai pada 487 H menelan biaya 200 ribu dinar emas. Pembangunan berlangsung hingga dua tahun yang selesai pada 489 H.
Peresmian dilakukan secara besar-besar. Masyarakat Baghdad hingga keluarga khalifah menghadiri peresmian tersebut. itu menggambarkan antusiasme umat Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi.
Abu Ishaq lalu ditunjuk sebagai rektor di universitas itu. Awalnya ia menolak. Namun permintaan datang bertubi-tubi kurang lebih sebulan tanpa henti. Ia akhirnya menerima jabatan itu. universitas itu sudah melahirkan banyak ulama terkemuka.
Ulama dan ilmuwan pada saat itu merasa sangat terhormat jika bisa menjadi dosen di Nizamiyah. Selama 200 tahun, dosen diseleksi secara ketat. Dosen harus berasal dari kalangan yang menguasai satu bidang keilmuan secara mendalam.
Abu Zakaria Tabrizi, seorang penulis terkenal pada masa itu, ditunjuk sebagai direktur perpustakaan pusat Nizamiyah.
Pada 589 H, Nasiruddin membangun perpustakaan besar di Baghdad. Ia menyumbang banyak buku. Ia juga memberikan tunjangan bulanan kepada para mahasiswa. Tunjangan bulanan ini menjadi salah satu keunggulan universitas tersebut.
Selain itu, orang miskin dan orang kaya bisa menyekolahkan di universitas ini. Tidak ada perbedaan. Kemudian ribuan mahasiswa lulus dengan sistem kualifikasi tinggi.
Medina benar-benar belajar dengan tekun sebagai rasa syukur dan terimakasihnya pada keluarga tuan Ahmed Ameer. Ia tidak ingin mengecewakan keluarga itu dan ingin segera sukses.
Abu Hassan, ayahnya sendiri tidak pernah perduli kalau ia sangat ingin belajar karena pria itu lebih mengutamakan Thania daripada dirinya yang juga merupakan anak kandung dan anak pertama di keluarganya.
Medina ingin menjadi seorang ilmuwan hebat atau menjadi seorang dokter. Selama belajar di Universitas itu semua dosen pengajar sangat kagum padanya. Karena bisa menguasai banyak ilmu yang orang lain tidak tahu.
"Medina darimana kamu mendapatkan referensi seperti itu?" tanya Aminah teman kelasnya di Universitas itu. Gadis itu sangat bingung dengan keanehan teman barunya itu.
Ia bisa menjelaskan teori dari Al-Farabi dan Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi / Razes yang bahkan belum lahir pada masa itu.
"Medina kamu tidak gila kan?" tanya Aminah saat mereka berdiskusi banyak hal tentang teori kimia dan medicine.
"Tentu saja tidak. Aku sehat dan baik-baik saja." jawab Medina tersenyum. Ia sendiri merasa sangat bingung pada dirinya sendiri karena bisa menemukan semua teori-teori itu.
Ilmuan yang ia sebut-sebut itu bahkan ada yang belum lahir.
Desas-desus itu sudah sampai dibanyak telinga orang-orang.
Semua teman-temannya yang menganggapnya gila dan aneh sudah mencari sumber-sumber yang disebut oleh gadis itu di Perpustakaan Baitul Hikmah tetapi mereka tidak menemukan referensi yang dimaksud.
Hari itu Ali Ahmed Ameer menjumpai Medina yang sedang menikmati kitab-kitab tebalnya di Perpustakaan.
"Medina katakan padaku bagaimana perasaanmu saat ini?" tanya Ali dengan tatapan intens pada gadis itu.
"Aku baik, memangnya ada apa?"
"Kamu aneh, semua orang membicarakanmu karena kamu selalu membicarakan sesuatu yang sangat jauh ke depan. Yang belum pernah terjadi." Medina tersenyum kemudian melanjutkan membaca. Ia sendiri tidak tahu kenapa bisa seperti itu.
🍀
Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sahabat Novel
Universitas Mizamiyyah Baghdad luar biasa
2022-10-09
3
Palma077
lampu hijau dari kluarga Tuan Ali
2022-10-07
2
Fadlan
yess
2022-10-07
2