NovelToon NovelToon

Medina Al-Akhmaar

Bab 4 Kejahatan Ibu Tiri

Baghdad Irak, 780 M.

"Hey, bangun! kami akan menutup tempat ini!" seru seseorang yang sayup-sayup terdengar dikuping gadis yang sedang tertelungkup diantara buku-buku tebal di atas meja itu.

Medina menggerakkan otot-ototnya yang terasa sangat lelah setelah berkeliling desa mengantarkan kue-kue kering yang telah ibunya buat.

Perlahan ia membuka kelopak matanya dan mendapati dirinya sedang tertidur di dalam sebuah tempat dengan rak-rak tinggi berisikan banyak buku dan kitab.

"Dimana aku?" Tanyanya pada dirinya sendiri sembari memandang sekeliling tempatnya tertidur.

"Tempat apa ini?" tanyanya lagi dengan dahi mengernyit. Cahaya matahari yang tepat berada di atas kepalanya membuat matanya silau belum lagi keringat yang membasahi seluruh wajah dan lehernya.

"Kenapa bisa ada darah disini?" tanyanya lagi dengan wajah bingung. Ia menyentuh pergelangan tangannya dimana nadinya seperti baru saja terpotong.

"Apa aku mencoba membunuh diriku hanya karena tidak ingin lagi menderita berada di dalam istana?" gumamnya dengan suara pelan. Dan merasakan lehernya juga terasa sakit.

"Tapi tunggu, dimana aku sekarang ini?" Medina mulai bangun dan melihat lagi keadaan sekelilingnya. Satu tulisan besar di hadapannya membuatnya kaget luar biasa.

Perpustakaan Baitul Hikmah yang sangat terkenal di Baghdad.

"Baghdad Irak, Negeri seribu satu malam?" Apa aku sedang berada di Baghdad?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Tapi bagaimana mungkin?" Aku tidak pernah keluar istana terlalu jauh selain di Granada Andalusia," ujarnya pelan sembari melihat keadaan sekelilingnya kembali.

"Medina!" Panggil seorang gadis berkerudung panjang pada dirinya dari arah sekitar 15 meter.

"Apa gadis itu mengenalku? Tapi aku tidak mengenalnya," ujarnya lagi pada dirinya sendiri sembari menajamkan penglihatannya. Semakin dekat gadis itu kepadanya ia baru mengenal kalau gadis itu adalah sahabatnya yaitu Zarah binti Abdullah, pelayannya di Istana.

"Syukurlah Medina, kamu ada di sini, ibumu mencarimu karena sudah 2 hari kamu tidak pulang ke rumah," ujar Zarah yang semakin membuatnya bingung. Ibunya kan sudah meninggal.

"2 hari aku tidak pulang ke rumah?" Aku selalu berada di rumah Zarah,"

"Iya, kamu lupa ya kalau kamu keluar untuk menjual kue-kue itu di Pasar. Dan kenapa kamu malah tidak pulang dan berakhir di sini," lanjut Sarah sembari menarik Medina untuk pulang.

Gadis cantik itu akhirnya mengikuti sahabatnya untuk pulang dengan segala pikiran yang berkecamuk dalam hatinya.

Jalanan yang ia lewati begitu sangat asing baginya. Tapi ia terus saja berjalan mengikuti gadis itu untuk pulang dan bertemu ibunya.

"Assalamualaikum bibi, ini putrimu sudah aku temukan di Depan Perpustakaan Baitul Hikmah.

"Waalaikumussalam Warahmatullahi. Alhamdulillah. Medina kamu sudah pulang nak, padahal ibu sudah berpikir yang tidak-tidak tentangmu." Ujar ibunya sembari memeluk tubuh putrinya itu yang masih kelihatan bingung.

"Iya ibu, Alhamdulillah aku baik-baik saja," jawab gadis itu masih dengan wajah bingungnya.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu memandang rumahmu seperti kamu belum pernah kemari?" tanya ibunya dengan pandangan menyelidik. Perempuan paruh baya itu heran dengan tingkah putrinya.

"Ah ibu, aku hanya sedikit lupa dimana kamarku,"

"Ya ampun Medina, kamu hanya pergi dari rumah selama beberapa jam dan itu sering kamu lakukan bersama ayahmu dulu."

"Lalu Kenapa kamu jadi seperti orang yang tidak pernah pergi dari rumah?"

"Ah iya ibu, maafkan aku. Entahlah tapi aku sedikit bingung."

"Kalau begitu kamu istirahat lah di dalam kamarmu nak. Karena masih ada paket kue yang harus kamu antar keliling beberapa saat lagi." Umayma membawa putrinya yang masih nampak bingung itu ke dalam kamarnya.

"Darimana saja itu si Medina, katanya gadis baik-baik tetapi kenapa berani menghabiskan malam di luar rumah?" tanya Salma kepada Umayma saat baru saja keluar dari kamar.

Istri pertama dari suaminya itu tiba-tiba saja muncul di dalam rumah mereka.

Rumah yang tidak begitu luas dan hanya dipisahkan oleh sebuah dinding tembok, sehingga mereka sangat mudah untuk saling mengunjungi.

Umayma tidak memperdulikan kata-kata sindiran dari Salma. Ia lebih baik ke dapur untuk membuat makanan agar usahanya bisa menghasilkan dan bisa menyekolahkan Medina sampai ke perguruan tinggi.

"Kamu tidak memarahi putrimu itu Umayma?" Cibir Salma tetapi sekali lagi Umayma tidak ingin membuat masalah dengan istri kedua dari suaminya itu

"Kalau kamu tidak memarahinya izinkan aku yang melakukannya!" ujar Salma dan melangkah ke dalam kamar Medina yang hanya dibatasi tirai tebal dengan dapur rumah kecil itu.

"Hey apa yang kamu lakukan Salma!" kamu sebaiknya kembali ke rumahmu sendiri. Dan jangan pernah memasuki rumahku," ujar Umayma dengan meninggikan suaranya.

Selama ini ia sudah terlalu bersabar dengan perbuatan istri kedua suaminya itu tetapi jika itu berhubungan dengan Medina maka ia akan melawan.

"Hey kenapa kamu melarangku Umayma? Aku hanya ingin memberikan nasehat untuk putrimu yang sangat kamu bangga-banggakan itu." Salma tidak menggubris perkataan Umayma. Ia terus saja masuk menerobos ke dalam kamar Medina.

"Bangun kamu Medina! dan jelaskan darimana saja kamu selama satu hari satu malam ini? Apa kamu pergi mencari uang tambahan belanjamu dengan menjual tubuhmu, hah?!"

"Apa yang kamu katakan hah? Dan siapa kamu? Mau mencampuri urusanku?!" tanya Medina Dengan pandangan mata tajam pada Salma.

Perempuan itu tersentak tidak percaya dengan keberanian gadis itu padanya. Sedangkan Medina juga merasa heran dengan dirinya yang tiba-tiba berani melawan padahal selama ini ia selalu lemah tak berdaya.

Dengan cepat Salma menjambak rambut Medina karena marah.

"Kamu berani sama ibumu hah?" Meskipun aku ibu tirimu tetapi aku berhak atas hidupmu anak sialan!"

"Lepaskan aku ibu tiri yang baik, atau kamu tidak akan ingat kalau pernah mempunyai tangan!" Sentak Medina dengan keras sehingga tangan perempuan itu terlepas dari rambut panjangnya.

"Anda keluar dari sini!" Ini rumah ibuku dan kami berdua tidak pernah mengizinkan perempuan jahat seperti kamu berada di sini." Medina mendorong tubuh perempuan itu keluar dari rumahnya.

Umayma menatap putrinya dengan wajah melongo tidak percaya. Putrinya yang selama ini selalu diam saja dan lebih memilih menangis ketika diperlakukan kasar oleh Salma dan juga Thania kini kenapa jadi aneh seperti itu.

"Awas kalian! Jika ayahmu pulang aku akan sampaikan perbuatan kalian ini padaku!" teriak Salma dengan tatapan benci pada Medina dan ibunya..

"Sampaikan saja karena aku tidak takut!" jawab Medina kemudian menatap ibunya yang masih tampak bingung dengan perubahan sifat dirinya.

"Medina? Apa kamu benar-benar medina putriku?" tanya Umayma pada sang putri. Medina terdiam sejenak kemudian tersenyum.

"Aku putrimu ibu."

🍀

Bersambung

Like dan komentarnya dong 😍

Bab 5 Rencana Thania

"Kenapa ibu? Apakah ibu tidak percaya kalau aku putrimu?" Umayma tidak menjawab tetapi malah memeluk putrinya itu dengan airmata yang sudah menganak sungai.

"Aku tidak tahu kenapa baru kali ini kita berani melawan perempuan jahat itu sayang, setelah sekian lama mereka bersikap sewenang-wenang pada kita."

"Kita akan melawan ibu, jangan mau lagi diinjak-injak oleh perempuan berhati ular itu."

"Tapi bagaimana dengan ayahmu? Ia selalu mempercayai fitnah-fitnah dari mereka berdua nak," ujar Umayma ragu. Perempuan paruh baya itu selalu takut kalau suaminya marah padanya. Medina terdiam.

"Jangan khawatir ibu, kita akan bersama-sama menunjukkan pada ayah tentang sifat mereka yang sebenarnya." Umayma tersenyum dengan rencana Medina. Meskipun hatinya sendiri tidak yakin karena suaminya itu lebih cinta Salma daripada dirinya.

Sementara itu, di rumah Salma yang cuma berbataskan dinding dari batu bata itu.

"Thania apa saja yang kamu lakukan pada Medina kemarin? Kenapa ia masih kembali ke rumah ini?" tanya Salma saat Thania sang putri baru pulang dari sekolahnya.

"Maksud ibu apa?" Aku sudah menyuruh orang menculiknya. tidak mungkin anak itu kembali ke mari."

"Dia ada di rumahnya. Dan sekarang sudah berani melawan ibumu ini."

"Ah tidak mungkin ibu. Aku tidak percaya kalau Medina melawanmu. Gadis itu gadis lemah dan penyakitan. Ia tidak akan punya tenaga dan juga keinginan untuk melawanmu ibu."

"Thania, kamu tidak percaya perkataan ibu?" tanya Salma dengan perasaan kesal.

"Sekarang ayo kita kerumahnya dan kamu akan melihat sendiri. Kalau apa yang kamu lakukan kemarin padanya justru membuatnya berubah," lanjut Salma dengan tatapan tajam.

"Tidak perlu ibu. Aku percaya padamu lagipula aku malas sekali melihat wajahnya." jawab Thania dengan mencebikkan bibirnya.

"Aku sangat benci Medina karena semua orang menyukainya."

"Kalau begitu aturlah rencana yang lebih besar agar ia dan ibunya tidak pernah lagi muncul dihadapan kita. Dan kalau bisa untuk selama-lamanya." Salma menyeringai dengan senyum liciknya.

"Rumah itu harus jadi milik kita Thania. Ini terlalu sempit kalau kita bertiga dengan ayahmu."

"Baik Bu. Aku punya ramuan yang aku beli di pasar beberapa hari yang lalu dan sudah aku persiapkan untuk Medina dan Ibunya." Thania segera melangkah ke kamarnya dan memperlihatkan dua buah botol kecil pada ibunya.

"Katanya ini bagus untuk membuat orang untuk tidur lebih lama, hahahaha," ujar Thania dengan mata berbinar. Ia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika ramuan ini sampai ke tubuh bibi Umayma dan Medina.

"Tapi bagaimana caranya Thania, sedangkan mereka sudah melarang ibu untuk ke rumahnya.

"Dengarkan aku ibu. Kamu bisa mencampurkannya pada adonan kue bibi Umayma. Dan pelan-pelan semua langganannya akan tertidur sampai di akhirat. Dan kamu tahu apa yang selanjutnya terjadi ibu?"

Salma tersenyum senang. Perempuan paruh baya itu langsung meraih satu botol kecil dari tangan putrinya. Dengan langkah ringan ia ingin mendatangi lagi rumah istri dari suaminya itu. Ia langsung menuju rumah Umayma yang hanya dibatasi oleh dinding itu.

Tanpa mengucapkan salam. Perempuan itu melangkah ke arah dapur dan membuka wadah adonan yang sudah tersedia di atas meja. Ia tidak tahu kalau Medina sedang berdiri di balik tirai dan melihatnya melakukan hal yang mencurigakan.

"Hey apa yang kamu lakukan?!" teriak Medina dari arah kamarnya dan langsung membuat Salma tersentak kaget.

Botol kecil yang ada ditangannya langsung terjatuh ke bawah meja. Dengan wajah kaget karena ketahuan ia berbalik dan ingin segera keluar dari dapur itu.

"Hey berhenti kamu!" teriak Medina dan berusaha memburu perempuan paruh baya itu tetapi Umayma berhasil menarik tangannya.

"Sudahlah sayang, biarkan saja. Ibu yakin ia tidak akan menganggu kita lagi."

"Tapi Bu, biarkan aku membalasnya. Orang seperti itu akan selalu melakukannya lagi dan lagi kalau tidak kita hentikan sekarang juga."

"Sudahlah sayang, sudah dua kali ia berusaha melakukan hal keji padamu hari ini, aku yakin ia sudah mulai takut. Kamu lihat kan ia tidak berani muncul di hadapanmu lagi," Umayma berusaha menenangkan putrinya.

"Tapi ibu, sekali saja, izinkan aku mematahkan tangannya itu." Umayma menggeleng.

"Tidak baik memelihara dendam sayang, cukup ia tahu kalau kita bisa melawannya."

"Astagfirullah ibu. Mereka pantas dibalas. Karena mereka selalu merencanakan hal jahat pada kita."

Umayma tersenyum kemudian meminta Medina untuk makan terlebih dahulu.

"Makanlah dulu, ibu sudah menyiapkan makanan kesukaanmu."

"Baik Bu, aku juga merasa sangat lapar." Medina akhirnya menuruti perkataan ibunya. Ia segera melangkah ke dapur untuk makan.

"Bagaimana dengan rencanamu untuk melanjutkan sekolah di Universitas?" tanya sang ibu saat putrinya itu sedang menyuap roti isi daging yang sudah diawetkan.

Medina tersenyum maklum. Ia sangat mengerti kalau keadaan mereka sangat miskin dan tidak mungkin meraih cita-citanya itu.

"Tidak apa ibu, aku akan membantu ibu untuk berjualan. Ibu tidak perlu memikirkan itu." jawab Medina dan melanjutkan makannya. Mungkin cita-citanya itu akan ia kubur dalam-dalam.

🍀

Bersambung.

Jangan lupa jempolnya dong tekan like dan ketik komentar trus krim ke sini 😍

Bab 1 Penobatan Putri Mahkota

Assalamualaikum readers tersayang. Ini adalah karya ke empat Othor nih. Dan othor cuma mau mengingatkan agar sebelum membaca, tap favorit dulu ya setelah itu klik like dan ketik komentar supaya lebih afdhol.

Setting cerita ini adalah di Andalusia, Granada. Tahun 1400 M. Ingat, ini hanya karya fiksi hasil imajinasi othor sendiri. Kalau ada nama dan karakter yang sama, yakinlah bahwa itu hanyalah kebetulan semata.

Happy reading 😍

Ruang pribadi permaisuri Sabrina, Istana kerajaan Al Hambra.

“Lepaskan aku paduka, kumohon izinkan kami pergi dari sini," pinta permaisuri Sabrina dengan lelehan air mata dipipinya.

“Tidak akan pernah Sabrina!, sampai matipun, kamu tak akan aku biarkan pergi."

“Tapi kenapa?! Kumohon lepaskan aku saja. Anda sudah banyak membuatku menderita."

“Karena Itulah yang aku mau!”

“Anda sungguh zalim paduka raja!” teriak Sabrina dengan suara melengking keras, permaisuri itu sudah memohon dengan baik-baik tetapi tetap tidak mendapatkan yang ia inginkan.

“Kamu yang lebih jahat padaku Sabrina! Kamu telah bermain mata dengan pengawal pribadimu sendiri!”

“Itu tidak benar!” sangkal Sabrina dengan mata berkilat.

“Jangan menyangkal, pengawalmu itu sudah mengakui kalau ia sangat mencintaimu."

“Tetapi aku tidak paduka, aku selalu setia padamu. Anda yang mengkhianatiku, anda yang membagi cinta pada selir-selir itu, Paduka jahat!”

“Semua raja di dunia ini tidak ada yang beristrikan satu perempuan dan itu adalah hal yang wajar. Wajar kami mempunyai banyak selir untuk memperkuat posisi kami di kerajaan.” Ujar Raja Lukman Al Akhmaar dengan seringaian di wajahnya.

“Dan ya aku juga ingin mempunyai banyak keturunan untuk melanjutkan pemerintahan ini. Dan lihat! Kamu hanya bisa memberiku satu orang keturunan itupun anak perempuan yang tak berguna!” Permaisuri Sabrina meradang. Ia paling sakit hati kalau sang raja menyebut putrinya tak berguna.

“Anda raja dan ayah yang jahat! Putrimu sendiri kamu katakan seperti itu, kalau begitu biarkan kami pergi dari istana yang menyedihkan ini, kumohon, aku akan membawa putriku jauh dari kehidupan anda!” tangis Sabrina sembari bersujud dikaki sang paduka raja.

“Tidak akan pernah!” seru Raja sembari mengalihkan pandanganya ke arah lain.

“Kamu perempuan tak tahu berterima kasih, seharusnya kamu bersyukur menjadi permaisuri dan menjadi pendampingku di kerajaan ini. Karena sebenarnya hanya karena kebaikan hatikulah kamu masih berada di istana ini. Sesungguhnya kamu tak pantas berada di istana ini begitupun diseluruh tempat dimuka bumi ini!” sarkas raja Lukman Alkmaar dengan tajam. permaisuri Sabrina merasakan hatinya bagai teriris sembilu, sakit dan sangat perih.

"Paduka raja yang zalim. Kalau begitu ceraikan aku sekarang juga! Aku sudah tidak tahan tinggal di dalam penjara ini!”

“Sampai matipun kamu tak akan aku ceraikan atau lepaskan. Camkan itu!” Paduka raja Lukman Al Akhmaar meninggalkan sang permaisuri yang jatuh terduduk merenungi nasibnya yang sangat buruk. Tetapi kemudian sang raja berbalik dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi.

“Dan ya, siapkan dirimu dan putri Medina sekarang juga dengan penampilan terbaik.” Titah sang raja tanpa mau memandang permaisuri yang masih berada di lantai menangisi nasibnya.

“Jangan tampilkan wajahmu yang sangat menyedihkan itu karena sebentar lagi pelayan akan datang menjemputmu!” titahnya tanpa perasaan dan benar-benar menghilang dari kamar yang sangat luas itu.

“Ibu,” Sabrina tersentak dan segera menghapus air matanya. Ia menepuk-nepuk pipinya agar tampak segar kembali.

“Medina? Sejak kapan kamu berada di kamar ini, sayang?” tanya Permaisuri Sabrina pada putrinya yang sebentar lagi akan dinobatkan sebagai putri mahkota di Kerajaan Alhambra itu.

“Sejak ibu dan raja saling berteriak,” jawab gadis cantik itu dengan wajah sedih. Medina Al Akhmaar sejak tadi bersembunyi dibalik ranjang sang ibu dan melihat secara langsung pertengkaran kedua orang tuanya.

Rupanya putri cantik kerajaan Al Hambra itu sudah lama berada di dalam kamar permaisuri. Dan ini adalah pertengkaran yang kesekian kalinya ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

Kejadian yang cukup menyedihkan ini bagaikan hal yang sangat normal dalam hidupnya.

Dan merupakan hal yang sangat luar biasa kalau paduka Raja Lukman Al Akhmaar atau ayahnya sendiri itu bisa tersenyum padanya maupun kepada ibunya sepanjang hidupnya.

Ia seorang putri yang tidak diharapkan karena lahir sebagai perempuan sedangkan sang ayah menginginkan laki-laki sebagai penerus kepemimpinannya kelak.

Hingga sang paduka raja memutuskan untuk menikahi pelayan pribadi permaisuri sendiri untuk memperoleh seorang penerus laki-laki tetapi sayangnya anak yang lahir dari selir itu adalah perempuan lagi.

Begitupun untuk yang ketiga kalinya paduka Raja menikahi putri dari sebuah kerajaan lain dan berakhir sama yakni hanya perempuan lagi yang lahir.

“Ibu jangan bersedih karena ada aku di sini bersamamu.” bujuk Medina Al Akhmaar dengan airmata yang terus mengalir dari kelopak matanya yang indah.

“Iya putriku, demi dirimu ibu akan selalu tersenyum. Hingga kita punya kesempatan untuk meninggalkan istana ini.” Ujar Permaisuri Sabrina sembari menarik nafasnya. Berusaha memberi ruang pada dadanya yang sangat sesak.

Tidak lama kemudian, beberapa pelayan masuk ke kamar permaisuri dengan membawa banyak gaun cantik yang harus dipakai oleh permaisuri Sabrina dan juga putri mahkota Medina Al Akhmaar.

“Anda ternyata disini tuan putri padahal kami mencari anda di kamar anda.” Ujar pelayan pribadi Medina itu dengan membungkuk badannya rendah.

“Iya Zahrah, maafkan aku karena sudah merepotkan kalian.” jawab Medina tak enak hati.

Putri pewaris kerajaan Alhambra Andalusia itu pun dibawa ke dalam sebuah ruangan khusus untuk di dirias dan dipakaikan gaun yang indah karena akan bertemu dengan banyak orang-orang penting dari dalam maupun dari kerajaan tetangga yang menjalin kerjasama yang baik dengan Al Hambra.

Penobatannya sebagai putri mahkota tetap dilaksanakan meskipun para selir dan juga putri-putrinya yang lain sangat menolak keputusan mutlak sang paduka raja.

Tetapi tidak ada cara lain karena itu adalah aturan kerajaan. Bahwa keturunan dari Raja Lukman Al Akhmaar dari permaisuri Sabrina lah yang akan melanjutkan pemerintahan.

"Kita harus bertindak ibu, aku tak pernah setuju kalau putri Medina yang akan memerintah kita," bisik putri Jasmine pada Ibunya yang merupakan selir dari raja di kerajaan itu.

"Kamu bersabar saja putriku, karena hati dan pikiran paduka raja ada ditangan kita. Mereka tidak akan bertahan hidup di istana ini. Ibu dan anak itu akan terus memohon untuk bebas dari penderitaan yang mereka alami."

"Betul itu ibu, kita akan membuat istana ini jadi neraka bagi mereka hingga hanya kematianlah yang bisa menyelamatkannya hihihi," mereka berdua saling berbisik dengan rencana-rencana jahat yang akan mereka lakukan untuk membuat permaisuri dan putri mahkota itu menderita.

Setiap saat jika mereka ada kesempatan bertemu di dalam maupun diluar istana, maka mereka akan menyindir atau memberikan kata-kata yang sangat menyakitkan bagi permaisuri dan juga putrinya itu.

Berbagai macam cerita buruk mereka sebarkan untuk menghancurkan mental Permaisuri Sabrina dan juga putri Medina.

🍀

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!