Bab 17: Pelaku Teror

Mendengar kabar tentang teror yang dialami oleh ibunya. Membuat Ellena dan Kevin memutuskan untuk kembali ke Korea. Mereka berdua tidak bisa merasa tenang sama sekali, apalagi Nyonya Marissa belum menemukan siapa pelaku teror tersebut.

Tapi Kevin tentu tidak tinggal diam, dia meminta orang-orangnya yang ada di Korea untuk menyelidiki masalah yang menimpa ibu mertuanya. Dan mereka langsung menemukan siapa pelakunya.

Setelah mengudara selama 2 jam lebih. Jet pribadi yang ditumpangi oleh Ellena dan Kevin tiba di landasan pribadi milik keluarga Valerie. Ada dua jet pribadi di mansion mewah itu. Satu milik Kevin dan satu lagi milik Nyonya Marissa.

Dan kedatangan mereka berdua membuat Nyonya Marissa merasa tenang. "Ma, sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa kau mendapatkan teror? Siapa yang melakukannya?" Baru saja tiba. Ellena langsung menyerbu ibunya dengan berbagai pertanyaan.

Nyonya Marissa menggeleng. "Mama juga tidak tau, Ell. Mama sudah meminta Eric untuk menyelidikinya tapi belum menemukan siapa pelakunya." Jawab Nyonya Marissa.

"Papa, dialah yang mengirim teror itu!!" Sahut Kevin menimpali.

Sontak keduanya menoleh. Terlihat Kevin menghampiri ibu dan anak tersebut. Nyonya Marissa membelalakkan matanya melihat perban membebat sebelah wajah menantunya. "Key, apa yang terjadi pada wajahmu? Kenapa sampai diperban seperti ini?" Tanya Nyonya Marissa penasaran.

"Hanya luka kecil saja, Ma. Kau tidak perlu khawatir, dalam satu Minggu ke depan juga sudah membaik." Jawab Kevin.

Ellena menarik lengan Kevin membuat pria itu mau tidak mau menoleh padanya. "Kau bilang siapa?" Ia sekali lagi memastikan.

"Papa, aku sudah menyelidikinya dan anak buahku berhasil memperbaiki CCTV-nya. Dialah yang sudah meneror Mama," jelas Kevin.

Tangan Ellena dan Nyonya Marissa sama-sama terkepal kuat. Mereka berdua sama-sama tidak menduga jika Tuan Su-lah yang sudah mengirim teror itu. Pasti dia dendam karena Nyonya Marissa menceraikannya dan membuatnya menjadi gelandangan.

"Bajingan tua itu benar-benar cari mati rupanya!!" Geram Nyonya Marissa marah."Key, tapi bagaimana orang-orangmu bisa memperbaiki CCTV yang rusak? Jelas-jelas sudah terbakar."

Kevin menyeringai. "Ma, kau meragukan kemampuan orang-orangku? Mereka lebih cerdik dan mengerikan dari yang kau bayangkan. Dan aku sudah meminta mereka untuk mengurus Papa, sisanya aku serahkan pada Mama, terserah bagaimana kau akan menyelesaikannya!! Temui dia bangunan tua dibelakang Lotte World, mereka menahannya di sana!!"

Ellena menggeleng. "Jangan!! Aku tidak setuju jika Mama pergi sendirian tanpa ada yang menemaninya. Aku akan ikut dengan Mama, Papa adalah orang yang nekat. Meskipun tangan dan kakinya terikat, tapi dia bisa saja melakukan tindakan yang tak terduga." Ujar Ellena.

"Kali ini aku yang tidak setuju!! Biar aku saja yang pergi menemani Mama. Terlalu beresiko jika kau sampai pergi berdua saja dengan Mama. Kau tetaplah di rumah dan tidak perlu pergi kemana pun." Sahut Kevin menimpali.

"Tapi, Key~"

"Menurut saja padaku, ini semua demi kebaikanmu!!"

Ellena mengangguk. "Baiklah, kalau begitu. Tapi kalian berdua harus hati-hati, jangan sampai terluka,"

Kevin mengusap kepala Ellena dan mengangguk. "Itu pasti," ucapnya tersenyum. Dan sementara itu, Nyonya Marissa yang merasa seperti obat nyamuk memilih pergi dan meninggalkan mereka berdua. Nyonya Marissa tersenyum di tengah langkahnya.

"Dasar anak muda jaman sekarang, suka sekali menunjukkan kemesraan di depan orang lain. Bikin iri saja." Ucapnya sambil menggelengkan kepala.

-

-

Tubuh Ella tersentak-sentak saat pria gendut yang ada diatasnya menghujamkan senjata tempurnya lebih dalam dan lebih cepat. Bukannya menikmatinya, Ella malah tampak menitihkan air mata. Dia memang suka bermain, tapi bukan dengan paksaan seperti ini.

Pria gendut itu menyeringai sambil menatap Ella. Dia kemudian membenamkan bibirnya pada bibir Ella yang sudah agak membengkak dan menciumnya seperti tadi. Ella tak memiliki kesempatan untuk melawan karena tangan dan kakinya terikat. Yang bisa dia lakukan hanyalah pasrah.

"Kau begitu mengairahkan, Sayang. Andaikan saja kau tidak seliar singa betina. Pasti aku bisa lebih merasakanmu!!" Ucap pria itu.

"Jika bukan karena wanita itu yang memaksaku. Aku tidak Sudi melayanimu, apa kau tau jika senjata tempurmu yang kecil itu membuatku muak!!"

Mata pria itu membulat. "Apa kau bilang? Katakan sekali lagi!!" Pinta pria itu menuntut. Ia tersinggung mendengar ucapan Ella yang jelas-jelas menghinanya.

Wanita itu menyeringai sinis. "Aku hanya mengatakan sebuah kebenaran, kenapa kau harus marah. Diterima saja kenyataan jika senjata tempurmu memang sekecil milik anak TK, dan itu membuatku merasa muak untuk melayani pria sepertimu!!"

PLAKKK..

Dengan marah pria itu menampar wajah Ella, ucapannya benar-benar menyinggung perasaannya. Biarpun sekecil milik anak TK, tetapi berhasil melauncingkan tiga anak. Bahkan istrinya saja tidak pernah mengeluh apalagi melayangkan protesnya hanya gara-gara sosis beruratnya sangat kecil dan tidak mengairahkan sama sekali.

Wajah Ella menunjukkan ekspresi kesakitan ketika pria itu mencekik lehernya. "Bajingan, apa kau ingin membunuhku!!" Ucap Ella dengan suara tertahan.

"Ya, Aku tidak suka ada betina murahan berani menghina apalagi melukai harga diriku!!" Jawab pria itu menimpali.

Ella menyeringai sinis. "Dasar bandot tua, kenapa kau tidak bisa menerima fakta dan kenyataan. Kenapa kau harus marah dengan fakta yang sebenarnya, dan membunuhku sekalipun itu tak bisa merubah fakta jika milikmu hanya sebesar milik anak TK!!"

"DIAM KAU WANITA ******!!"

Dengan emosi pria itu meninju wajah Ella sebanyak dua kali membuat dua gigi depannya patah, mata kanannya membiru. Dia mengambil sabuk miliknya yang ada di lantai lalu mencambuki tubuh Ella. Namun aksi brutalnya harus terhenti karena anak buah si Madam segera menyeretnya keluar.

Madam itu menatap Ella yang penuh luka dan menghela napas berat. "Inilah akibatnya jika kau terlalu sombong dan arogan. Segera lepas ikatannya dan obati luka-lukanya."

"Baik, Madam."

-

-

Byurrr ..

Tuan Su gelagapan saat seember air menyiram wajahnya. Pria itu langsung sadar dari pingsannya dan mendapati Nyonya Marissa berdiri dihadapannya dengan seringai membunuh.

Pria itu mencoba untuk bergerak tapi tidak bisa. Karena tubuhnya terikat pada kursi yang ia duduki. "Apa-apaan ini?! Kenapa kalian mengikat dan menyekap ku di sini?! Lepaskan aku, Marissa jangan buat masalah denganku!!"

Nyonya Marissa menyeringa sinis. "Bukan aku yang mencari masalah denganmu, Su Hwan. Tapi Kau sendirilah yang mencari masalah denganku, Kau pikir aku tidak tahu jika kaulah orang itu. Orang yang telah mengirim teror padaku."

"Apa yang kau katakan, atas dasar apa kau menuduhku?! Memangnya bukti apa yang kau miliki jika memang aku adalah pelakunya?!" Tanya Tuan Su meminta penjelasan.

Kemudian Kevin menghampiri mantan ayah mertuanya itu, yang menunjukkan sebuah rekaman CCTV ketika tuan Su meletakkan kotak misterius di depan pagar mansion milik ibu mertuanya. Sebelumnya CCTV itu berhasil dirusak untuk menghilangkan jejak dan bukti, akan tetapi kemampuan anak buah Kevin yang sangat mumpuni, akhirnya CCTV itu berhasil diperbaiki.

"Bagaimana, Pa. Apa kau masih ingin mengelak lagi, jika orang di dalam rekaman CCTV ini bukan dirimu, apa mungkin dia adalah arwahmu?!" Ucap Kevin menyeringai.

Tuan Su membelalakkan matanya. Bagaimana bisa ada bukti CCTV ketika dirinya meletakkan benda misterius itu di depan pagar mansion mewah milik mantan istrinya. Seingatnya ia sudah merusak rekaman CCTV itu sebelum meninggalkan mansion mewah tersebut.

"Ini adalah yang akurat, jika memang kau adalah pelakunya!! Aku akan memberimu dua pilihan, masuk penjara atau aku siksa sampai mati di sini?! Soo, sekarang silakan pilih,"

Tuan Su menggeleng. "Aku tidak akan memilih keduanya. Aku tidak bersalah dan rekaman CCTV itu palsu, bisa kau sendiri yang telah merekayasa semuanya dan menjadikanku sebagai kambing hitam. Kau ingin menjatuhkanku bukan, kau sengaja fitnahku di depan Marissa. Marissa, jangan percaya padanya. Itu semua tidak benar, dia yang telah merekayasa semuanya. Aku mohon percayalah padaku!!"

Nyonya Marissa menggeleng. "Aku hanya mempercayai apa yang telah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Dan kepercayaanku padamu sudah lama mati sejak kau berani mengkhianati dan menipuku, Su Hwan. Sepertinya penjara adalah tempat yang paling pas untuk pria sepertimu. Dan selamat menikmati sisa hidupmu di dalam tempat terkutuk itu!!"

-

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

yuli Wiharjo

yuli Wiharjo

kasihannya

2022-11-23

1

Tuti Tyastuti

Tuti Tyastuti

lanjut

2022-10-23

1

WILUJENG TEPANG TAUN SUHU⁶⁹

WILUJENG TEPANG TAUN SUHU⁶⁹

bukannya ngerasa bersalah.. malah nuduh Kevin.. dasar ga tau diri

2022-10-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!