"Senyumnya lebih manis lagi. Bahunya agak ke bawah sedikit. Ya, pertahankan seperti itu," ucap Dirga saat memberikan arahan kepada Rahma saat sesi pemotretan outdoor berlangsung.
Pada akhirnya, negosiasi pemotretan yang diinginkan Rahma terjadi siang itu. Tidak peduli meski cuaca panas sedang melanda kota tersebut. Dirga mencari spot yang bagus dan tentunya tidak bisa dijangkau oleh sinar matahari. Beberapa kali pose anggun telah dilakukan oleh Rahma. Kesan feminin yang terlihat dari gestur tubuhnya, membuat Dirga jauh lebih mudah mengarahkan pose-pose yang telihat sangat elegan.
"Aku ingin melihat hasilnya," ucap Rahma setelah sesi pertama selesai. Pemotretan dadakan itu terlaksana di bawah pohon rindang yang ada di taman tersebut.
"Wah ... hasilnya sangat bagus ya, meski tempatnya di sini," gumam Rahma tanpa mengalihkan pandangan dari layar kamera. Dia sibuk melihat hasil jepretan pria manis yang bersikap sangat sopan kepadanya.
Dirga hanya tersenyum menanggapi pujian dari Rahma. Padahal, menurutnya pemotretan kali ini adalah yang paling buruk dalam sejarahnya selama menjadi fotographer freelance, Pasalnya, pria tersebut tidak membawa peralatan penunjang yang bisa membuat hasil pemotretan itu jauh lebih bagus. Karena desakan Rahma yang ingin melakukan sesi pemotretan saat ini juga, dengan terpaksa Dirga pun menyetujuinya.
"Wah, siapa ini? Cantik sekali!"
Dirga mengalihkan pandangannya ke samping setelah mendengar Rahma memuji potret seseorang yang tersimpan di sana. Dirga menatap layar kamera untuk sesaat. Wajah Beatrice yang sedang tersenyum manis terlihat di sana.
"Dia pacar saya, Ka.. Namanya Beatrice." Tanpa ragu, Dirga mengakui siapa sebenarnya gadis berambut cokelat tersebut.
"Oh, jadi kamu sudah punya pacar. Aku kira masih jomblo," celetuk Rahma dengan entengnya.
"Ya. Malah kami akan segera menikah." Sekali lagi Dirga mengakui kebenaran yang terjadi.
Rahma tertegun setelah mendengar jawaban dari Dirga. Ternyata, pria itu begitu jujur karena bersedia mengakui pasangannya, meski di hadapan wanita lain. Penampilannya Rahma tak kalah cantik dari Beatrice, akan tetapi tak sedikit pun Dirga menatap kagum saat melihatnya.
"Ah, andai si bapak mengakuiku seperti ini, pasti aku sangat bahagia," gumam Rahma dalam hati saat teringat bagaimana nasib asmaranya selama ini bersama sang pejabat.
"Milka! Kenapa hanya diam saja? Jangan melamun di sini. Nanti bisa kesurupan loh," Dirga heran saja setelah melihat Rahma yang termenung.
Rahma hanya bisa tersenyum tipis setelah mendengar pertanyaan tersebut. Hilang sudah bayang-bayang khayalan bisa go public bersama bapak pejabat yang menyimpannya selama ini. Ada rasa iri dalam hati, ketika tahu bagaimana rasanya sebahagia ini menjadi Beatrice saat berada di sisi Dirga. Dia merindukan sebuah pengakuan yang sah dari seorang pria.
"Gak! Jangan bodoh Rahma! Menjalin hubungan seperti yang dijalani Beatrice tidak akan membuatmu glowing dan kenyang!" ucap Rahma dalam hati saat menyangkal bayang-bayang manis yang sempat hadir dalam pikirannya.
"Bukannya kamu masih muda, kenapa mau menikah secepat ini?" selidik Rahma setelah kembali ke mode awal.
"Menikah tidak mengenal usia, Milka. Jika keduanya sudah saling mencintai dan ingin hidup bersama, lalu untuk apalagi mengulur waktu?" sahut Dirga. "Menikah bisa menghindarkan fitnah dunia," ucapnya lagi.
Jawaban simpel dari Dirga berhasil membuat Rahma kembali terdiam. Dia terus mencerna ucapan pria tersebut, "Menikah itu butuh kesiapan mental dan finansial. Jangan gegabah begitu saja." Entahlah pelakor tersebut dapat dari mana kata-kata manis yang baru saja terlontar dari bibirnya.
Dirga hanya tersenyum manis saat menanggapi pendapat Rahma. Ya, memang tak dapat dipungkiri jika menikah memang membutuhkan kondisi finansial yang cukup. Akan tetapi, jika tidak diimbangi dengan keberanian dan tekad yang kuat pun rasanya percuma. Pernikahan hanya akan menjadi angan.
"Pendapatmu memang benar, Milka. Sebagai pria sejati aku pun harus berusaha keras saat kekasihku menginginkan hubungan ini ke jenjang pernikahan. Aku tidak mungkin membiarkan dia menunggu lama kepastian dariku." ucap Dirga hingga membuat Rahma terbelalak.
Bukan tanpa sebab kelopak mata itu terbelalak sempurna, Rahma merasa tertampar karena pernyataan yang diucapkan oleh pria manis tersebut. Apa yang diucapkan oleh Dirga adalah yang dialaminya selama ini. Rahma hanya menjadi simpanan tanpa status yang jelas. Ya, memang ini adalah risiko yang harus diterima oleh wanita seperti dirinya.
"Huh, demi kehidupan yang sejahtera aku pun harus menjadi seperti ini," sesal Rahma dalam hatinya. Hanya helaian napas berat yang terdengar di sana.
Entah mengapa, berada di dekat Dirga rasanya jauh berbeda. Rasanya berkali-kali Rahma seperti tertampar akan pernyataan dari kekasih Beatrice ini, "Bea sangat beruntung memiliki pasangan seperti Dirga." Lagi dan lagi Rahma hanya bisa bergumam dalam hati.
Wanita tiga puluh lima tahun tersebut berpikir dengan semakin dalam. Dia baru sadar bahwa ternyata masih ada pria yang memiliki pemikiran seperti itu. Lalu, kenapa dirinya justru malah terjebak dengan seorang pria beristri? Ah, ya. Semua kembali lagi pada niat dan tujuan awal hidup.
Secara finansial, kehidupan Rahma setelah menjadi wanita simpanan memang jauh lebih dari sekadar cukup, bahkan terbilang wah. Dia memiliki koleksi tas dan sepatu branded yang dulu hanya ada dalam angan-angannya. Dengan bermodalkan wajah dan tubuh indah yang dibumbui rayuan-rayuan tanpa hati dan cinta, dia dapat membeli segala kemewahan yang dicarinya selama ini. Lalu, ke mana rasa cinta yang seharusnya menjadi pelengkap hidup wanita tiga puluh lima tahun tersebut.
"Aku doakan semoga niat suci kalian berdua bisa segera terlaksana dengan baik," ucap Rahma dengan tulus, setelah dirinya termenung selama beberapa saat.
"Terima kasih," balas Dirga diiringi senyuman. "Kamu sendiri sudah nikah belum?" dia balik bertanya.
"Belum," jawab Rahma, "mencari pria yang baik ternyata sangat sulit meskipun ternyata mereka masih ada," ujarnya lagi.
"Wanita yang baik pasti akan mendapatkan pria yang baik pula. Semua orang akan mendapat sesuatu yang sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Filosofi tanam dan tuai," tutur Dirga. "Maaf, bukan maksudku menggurui."
"Ngga apa-apa. Lagian, sudah lama aku ngga membahas sesuatu yang berfaedah. Terima kasih, ya. Aku suka foto-fotonya. Doakan aku semoga bisa mendapatkan cowok yang baik dan bijaksana seperti kamu," ujar Rahma dengan senyuman manisnya, "dan kaya tentu saja," gumam dia dalam hati. Tetap saja, uang dan kekayaan adalah yang utama.
"Baiklah, aku harus pergi dulu. Terima kasih, ya." Setelah mendapat sejumlah uang sebagai bayaran atas jasanya, Dirga pun pamit dan meninggalkan Rahma yang duduk termenung sendiri di bangku taman.
Beberapa saat kemudian, wanita simpanan pejabat itu merogoh ponsel dari dalam tas dan menghubungi Soraya. Rahma mengirimkan sebuah pesan singkat untuk janda kaya tersebut.
Mbak Ay, buruan kawinin si Bea sama pacarnya, keburu si Dirga diambil cewek lain. Aku yakin mbak bakal nyesel seumur hidup.
...🌹TBC🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Bunda dinna
Semua sahabat Soraya akhirnya mendukung hubungan Dirga sama Bea..
Karena Dirga pria baik
2022-11-16
0
Dwisya12Aurizra
Dirga lelaki y baik
2022-10-18
0