Misi Astrid Selesai

Wanita cantik yang biasa dipanggil Astrid itu terlihat tenang meski sempat terkejut setelah mendengar pertanyaan dari Dirga. Sebisa mungkin dia harus bersikap anggun seperti sebelumnya, tanpa menunjukkan keraguan yang bisa membuat Dirga curiga.

"Tidak jadi beli terong, Bu?" tanya Dirga setelah berdiri di dekat Astrid.

"Emm, iya. Tadi terongnya tidak sesuai dengan yang saya cari. Mungkin, besok saja saya kembali lagi," ucap Astrid sambil menatap Dirga untuk sesaat.

"Memangnya Ibu mencari yang seperti apa? Yang hijau kah?" Dirga merasa penasaran dengan sosok yang tak biasa itu. Menurut Dirga, wanita yang sedang melihat beberapa ikan hias di sana bukanlah orang yang biasa pergi ke pasar.

"Bang, memangnya saya udah kelihatan tua, ya?" Astrid mencoba mengalihkan pembicaraan dengan bertanya kepada bang Asis.

"Tidak dong!" jawab Asis dengan antusias, "Anda masih terlihat muda sekali. Ibarat daun pepaya, Anda ini yang ada di paling ujung tuh, yang warnanya ijo muda." Penjual ikan hias itu mulai melayangkan gombalan maut untuk Astrid.

"Hei Dirga! Lanjutkan pekerjaanmu! Biar ini menjadi urusanku!" titah bang Asis seraya memberikan kode agar Dirga menjauh dari mangsanya.

Dirga merasa risih dengan pria bernama Asisudin itu, karena pria yang memiliki perut buncit tersebut gemar sekali merayu wanita. Apalagi, jika ada wanita cantik dan bahenol seperti yang ada di dekatnya saat ini, pasti sinyal-sinyal di kepalanya akan hidup semua.

"Huuh! Untung saja dia cepat pergi!" Astrid membuang napasnya kasar sambil bergumam lirih. Dia melihat Dirga pergi ke depan untuk melakukan tugas yang diberikan pemilik toko itu.

"Jadi, Nona mau mencari ikan apa?" Kali ini Asis mengganti panggilannya kepada Astrid, "khusus untuk Nona ada diskon spesial," ucap Asisudin sambil menaik-turunkan satu alisnya.

Astrid bergidik ngeri melihat sikap Asisudin saat itu. Kalau bukan karena Soraya dan Beatrice, wanita peternak madu tersebut tidak akan mungkin sudi berlama-lama di tempat pria seperti Asisudin. Melihat ekspresi wajahnya saja sudah membuat Astrid menjadi mual. Namun, semua itu harus ditahannya untuk mendapatkan informasi tentang Dirga.

"Pria itu tadi siapa sih? Dari tadi manggil saya 'Bu' terus!" Astrid mencoba untuk memancing Asisudin agar menceritakan tentang Dirga kepadanya.

"Dirga itu memang masih muda, jadi dia masih labil. Belum bisa bersikap dewasa!" ujar Asisudin sambil menarik bagian bawah kaos oblong, yang terus naik karena perutnya terlalu buncit. Meskipun jawabannya tidak nyambung dengan pertanyaan dari Astrid, dia tetap saja menjawab, "tapi dia itu pekerja keras. Setiap hari gak ada waktu buat pacaran. Subuh di pasar, agar siang kerja di cafe, kadang kalau lagi ada job jadi potografer pun dia ambil." Asisudin memberitahu Astrid tentang kegiatan Dirga sehari-harinya. "Ya ... maklum saja, ibunya kan janda. Jadi dia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup," lanjut Assisudin seraya menatap pria manis yang sedang melakukan pekerjaannya.

"Memang rumahnya ada di mana sih?" Jiwa-jiwa kepo Astrid mulai meronta.

"Memangnya kenapa Nona bertanya tempat tinggal Dirga? Mau pijat ya?" selidik Assisudin.

"Sembarangan! Mana mungkin saya mau dipijat pria itu!" kilah Astrid sambil berkacak pinggang. Sepertinya dia mulai kesal menghadapi Asisudin.

"Eits! Jangan marah dulu, Nona cantik. Ibunya Dirga biasanya jadi tukang pijat capek-capek kalau di rumah. Udah terkenal itu satu kampung!" jelas Asisudin.

Astrid merekam dengan jelas informasi yang dia dapatkan dari penjual ikan hias itu. Sepertinya dia harus memberitahu Soraya dan Dena tentang informasi baru yang disampaikan oleh Asisudin tentang alamat rumah Dirga dan profesi ibunya. Astrid merogoh ponsel yang ada di dalam tas untuk membagikan kabar tersebut di grup warung remang-remang.

"Jadi, Nona ingin membeli ikan apa?" tanya Asisudin setelah melihat Astrid sibuk dengan ponselnya.

"Ikan cu•pang silangan!" ucap Astrid tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Jari-jemarinya sibuk mengetik pesan untuk ketiga temannya.

"Mau harga merakyat atau harga pejabat?"

"Yang paling bagus dan mahal!"

Mendengar hal itu, berhasil membuat Asisudin tersenyum lebar hingga deretan gigi kuning itu terlihat jelas. Segera pria yang memiliki perut buncit tadi mengambilkan ikan pesanan Astrid. Dia mendapatkan rejeki nomplok di saat matahari belum menampakkan kekuasaannya.

"Ini ikan yang Nona minta," ucap Asisudin setelah cukup lama menyiapkan ikan yang dipesan oleh Astrid.

Tanpa banyak bicara, Astrid membuka dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar rupiah untuk membayar ikan cu°pang itu. Dia sendiri bahkan tidak tahu mau dibawa ke mana ikan tersebut. Setelah menyelesaikan transaksi dengan penjual ikan hias yang terlihat seperti dukun cabul itu, Astrid segera keluar dari toko. Dia sempat melirik Dirga saat lewat di sampingnya. Pria manis itu fokus pada pekerjaannya hingga dia tidak tahu jika sempat diperhatikan oleh Astrid.

"Oh, astaga ...." Sambil bersandar pada mobil mewahnya, Astrid menyeka kening berkali-kali. Ini adalah pengalama pertama dirinya menginjakan kaki di pasar tradisional. Segera dilihatnya bagian bawah sepatu yang kotor dan membuatnya terlihat menjijikan. Astrid pun mengempaskan napas pelan. Dia lalu membuka pintu mobil dan segera duduk. Setelah itu, dibukanya sepasang sepatu yang tadi dia kenakan dengan kaki yang masih berada di luar mobil. Pandangan wanita itu pun bergerak lincah, menyapu tempat sekitar dia memarkirkan kendaraannya.

Tatapan Astrid kemudian tertuju pada satu-satunya orang yang dia lihat. Adalah seorang nenek-nenek yang sepertinya merupakan seorang pengemis. "Hei, Nek!" serunya. Dia melambaikan tangan, sebagai isyarat agar si nenek tadi menghampirinya. Dengan segera, nenek itu pun mendekat.

"Ada apa, Bu?" tanya nenek-nenek itu sopan.

Astrid kembali mengeluh pelan. Lagi-lagi, dia dipanggil dengan sebutan 'bu'. Namun, Astrid tak ingin berlama-lama berada di tempat itu. Dengan segera, dia menyodorkan sepasang sepatu mahal bermerk terkenal miliknya. "Ambil ini, Nek," suruhnya.

"Untuk apa ini?" tanya si nenek sambil mengernyitkan kening karena keheranan.

"Saya beritahukan sesuatu. Jika Nenek menjual sepatu ini, maka saya pastikan bahwa Nenek tidak perlu lagi mengemis untuk beberapa bulan ke depan," jelas Astrid terus menyodorkan sepatu hak tinggi dengan bagian bawahnya yang berwarna merah. Ciri khas dari sebuah sepatu keluaran merk terkenal dari negara Perancis.

"Wah, yang benar saja, Bu?" mata si nenek tampak berbinar.

"Ini sepatu baru saya beli beberapa hari yang lalu, tapi dusnya ada di rumah. Sudah, ambil saja. Sama ini ikannya juga," Astrid menyodorkan ikan hias yang baru dibelinya dari toko milik Asisudin.

Dengan senyuman lebar, si nenek tadi menerima barang-barang pemberian dari Astrid. Setelah berterima kasih, wanita tua itu pun segera berlalu dari hadapan si peternak madu.

Setelah nenek tadi tak terlihat, Astrid segera menarik masuk kakinya ke dalam mobil. Sebelum menyalakan mesin kendaraan mewah itu, dia menyempatkan diri untuk mengirim pesan pribadi kepada Soraya.

Misi hari ini sudah beres. Kamu harus mengganti sepatu baru yang aku korbankan tadi.

Astrid lalu mengambil foto kakinya yang dalam keadaan nyeker.

...🌹Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka 😍🌹...

...🌷🌷🌷🌷🌷🌷...

Terpopuler

Comments

Dyah Oktina

Dyah Oktina

😂😂😂😂😂😂😂

2023-08-08

0

Bunda dinna

Bunda dinna

Bang asis tau saja ada bohay..

2022-11-15

0

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

pas bilang gigi kuning, koq jadi mual ya

2022-10-13

1

lihat semua
Episodes
1 Permintaan Beatrice,
2 Jawaban yang sama,
3 Bertemu Dirga,
4 Meet up kaum sosialita,
5 Praduga Soraya,
6 Pembicaraan Ibu dan Anak
7 Tantangan dari Beatrice
8 Hanya sebuah mimpi,
9 Belum mendapat solusi,
10 Misi pengintaian,
11 Terong dan Tomat?
12 Lapak ikan hias,
13 Misi Astrid Selesai
14 Dena beraksi,
15 Kegagalan misi Dena
16 Buku spesial untuk Beatrice,
17 Takut Diabetes
18 Sikap anggun si Pelakor,
19 Kedamaian seorang ibu,
20 Bad Mood!
21 Kehangatan ibu dan anak,
22 Karena Reyhan baik,
23 Menemui Dirga,
24 Rayuan manja,
25 Pelakor Galau,
26 Kemarahan Soraya,
27 Petuah Mas Jambul
28 Sikap dingin Beatrice,
29 Bertengkar,
30 Rekaman di kala senja,
31 Berpikir dua kali,
32 Paella spesial,
33 Kehangatan keluarga,
34 Rencana Aborsi?
35 Cemburu,
36 Mual dan Muak!
37 Kuasa sang ratu lebah,
38 Sesi konseling,
39 Mabuk berat,
40 Alexandre Tobìas Forsberg,
41 Tempat yang berbeda,
42 Mpok Ijem yang meresahkan,
43 Mengurus Dokumen,
44 Spanyol,
45 Keresahan Dirga,
46 Pergi ke makam,
47 Keperdulian seorang Ibu,
48 Seorang Ibu yang terluka,
49 Menyambut kedatangan Agnez,
50 Keluh kesah istri pertama,
51 Kehampaan para single,
52 Mendadak Religius,
53 Sales Marketing??
54 Fors Automatic,
55 Harus Bedrest.
56 Sikap Manja Rahma,
57 Berpikir Tentang Masa Depan,
58 Senja Di Kampung Eropa.
59 Jangan Egois, Nak!
60 Menjenguk Rahma,
61 Rencana Dinner Romantis,
62 Mengeluarkan Keresahan,
63 Ruangan VVIP.
64 Pelepas Dahaga
65 Bersemu merah,
66 Segenggam Harapan,
67 Home Visite,
68 Keguguran.
69 Pertolongan dokter Richard,
70 Bunga Asmara,
71 Akhir Kisah Pelakor,
72 Malam Yang Damai,
73 Kartu Nama Meresahkan,
74 Rooftop,
75 Menemui Sudiro,
76 Permintaan Astuti
77 Pesta Kecil,
78 Akhirnya Dirga tahu,
79 Kebahagiaan Di Kala Senja
80 Pesta Ulang Tahun Yayuk
81 Rencana makan malam,
82 Dua keluarga bertemu,
83 Pernikahan Rahma
84 Pengantin Baru,
85 Pernikahan Dena
86 Sidang Perceraian
87 Pengukuhan Cinta
88 Pergi Ke Kanada(END)
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Permintaan Beatrice,
2
Jawaban yang sama,
3
Bertemu Dirga,
4
Meet up kaum sosialita,
5
Praduga Soraya,
6
Pembicaraan Ibu dan Anak
7
Tantangan dari Beatrice
8
Hanya sebuah mimpi,
9
Belum mendapat solusi,
10
Misi pengintaian,
11
Terong dan Tomat?
12
Lapak ikan hias,
13
Misi Astrid Selesai
14
Dena beraksi,
15
Kegagalan misi Dena
16
Buku spesial untuk Beatrice,
17
Takut Diabetes
18
Sikap anggun si Pelakor,
19
Kedamaian seorang ibu,
20
Bad Mood!
21
Kehangatan ibu dan anak,
22
Karena Reyhan baik,
23
Menemui Dirga,
24
Rayuan manja,
25
Pelakor Galau,
26
Kemarahan Soraya,
27
Petuah Mas Jambul
28
Sikap dingin Beatrice,
29
Bertengkar,
30
Rekaman di kala senja,
31
Berpikir dua kali,
32
Paella spesial,
33
Kehangatan keluarga,
34
Rencana Aborsi?
35
Cemburu,
36
Mual dan Muak!
37
Kuasa sang ratu lebah,
38
Sesi konseling,
39
Mabuk berat,
40
Alexandre Tobìas Forsberg,
41
Tempat yang berbeda,
42
Mpok Ijem yang meresahkan,
43
Mengurus Dokumen,
44
Spanyol,
45
Keresahan Dirga,
46
Pergi ke makam,
47
Keperdulian seorang Ibu,
48
Seorang Ibu yang terluka,
49
Menyambut kedatangan Agnez,
50
Keluh kesah istri pertama,
51
Kehampaan para single,
52
Mendadak Religius,
53
Sales Marketing??
54
Fors Automatic,
55
Harus Bedrest.
56
Sikap Manja Rahma,
57
Berpikir Tentang Masa Depan,
58
Senja Di Kampung Eropa.
59
Jangan Egois, Nak!
60
Menjenguk Rahma,
61
Rencana Dinner Romantis,
62
Mengeluarkan Keresahan,
63
Ruangan VVIP.
64
Pelepas Dahaga
65
Bersemu merah,
66
Segenggam Harapan,
67
Home Visite,
68
Keguguran.
69
Pertolongan dokter Richard,
70
Bunga Asmara,
71
Akhir Kisah Pelakor,
72
Malam Yang Damai,
73
Kartu Nama Meresahkan,
74
Rooftop,
75
Menemui Sudiro,
76
Permintaan Astuti
77
Pesta Kecil,
78
Akhirnya Dirga tahu,
79
Kebahagiaan Di Kala Senja
80
Pesta Ulang Tahun Yayuk
81
Rencana makan malam,
82
Dua keluarga bertemu,
83
Pernikahan Rahma
84
Pengantin Baru,
85
Pernikahan Dena
86
Sidang Perceraian
87
Pengukuhan Cinta
88
Pergi Ke Kanada(END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!