"Bea minta kawin!"
Ketiga wanita cantik itu saling pandang setelah mendengar penuturan Soraya. Mereka terkejut karena yang selama ini mereka tahu, Bea hanya gadis rumahan yang betah mengurung diri di kamar bersama tumpukan buku. Rasanya, tidak mungkin jika gadis pendiam itu minta menikah secepat ini.
"Kamu sudah tahu siapa pria yang dekat dengan Bea?" tanya Dena.
"Bagaimana dengan bibit, bobot dan bebetnya?" timpal Astrid.
"Pastikan pria yang menjadi suami Bea pria singel! Bukan pria beristri!" Rahma ikut berkomentar.
Kali ini justru Soraya yang heran melihat respon ketiga sahabatnya itu, "kenapa kalian pada heboh begini, sih?" tanya Soraya sambil menatap satu persatu wajah cantik yang terlihat shock itu.
Pada akhirnya, Soraya menceritakan bagaimana pembicaraannya dengan Beatrice. Dia tetap menganggap putrinya itu sedang berhayal atau mencari perhatian darinya. Akan tetapi, lain halnya dengan Astrid, justru wanita yang memiliki dua madu itu menganggap permintaan Beatrice adalah serius.
"Kalau memang sudah waktunya nikahkan saja deh!" usul Astrid setelah Soraya selesai bercerita.
"Kamu pikir menikah itu mudah?" Kali ini Dena tidak setuju dengan saran dari Astrid, "jangan gegabah, Aya! Kamu harus memikirkan permintaan putrimu itu!" Dena menatap Soraya penuh arti.
"Tapi ya, memang kalau di negara kita ini, gadis seusia Bea sudah waktunya menikah. Biasanya kalau lebih dari dua puluh lima tahun bisa dianggap perawan tua loh," ucap Rahma tanpa sadar hingga membuat Dena menajamkan pandangan ke arahnya.
"Hei Simpanan pejabat! Nyindir aku nih?" Dena tak melepaskan pandangan dari wajah cantik Rahma.
"Aiish!" Rahma hanya bisa mendesis pelan setelah sadar jika ucapannya justru menyindir Dena.
"Sudah! Sudah!" Soraya melerai kedua sahabatnya yang sedang membahas masalah tidak penting.
Soraya mengungkapkan jika dirinya belum siap apabila permintaan Beatrice serius. Dia tidak siap ditinggalkan putri kesayangannya itu. Rasanya waktu begitu cepat berlalu saat Soraya membayangkan Beatrice dibawa pergi oleh suaminya nanti.
"Udahlah, Aya! Kamu gak usah lebai dan membayangkan yang tidak-tidak! Lebih baik kamu tanya tuh si Bea, siapa pacarnya! Terus selidiki sana!" tutur Astrid setelah mendengar kegundahan hati Soraya.
"Eh, tapi bentar deh! Kalau Bea kawin terus hamil dan punya anak, berarti kamu jadi nenek dong, Aya." Rahma berseloroh setelah membayangkan Soraya menjadi seorang nenek, "kamu sibuk mengurus cucu dan jarang kumpul sama kita jadinya!" Rahma menatap Soraya dengan ekspresi wajah tanpa dosa.
Sungguh, siang ini komentar Rahma begitu menyebalkan bagi Soraya dan Dena. Tidak biasanya simpanan pejabat itu terlalu banyak berkomentar, tetapi hari ini bibir berwarna nude itu seperti mobil yang kehilangan rem.
Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Rahma nyatanya semakin membuat Soraya menjadi gundah. Pasalnya, apa yang dikatakan oleh Rahma memanglah benar. Cepat atau lambat Soraya akan mendapatkan gelar sebagai seorang nenek.
"Ah, sudahlah! Lebih baik kita membahas hal lain!" Akhirnya, Soraya menghentikan pembahasan tentang Bea. Mungkin, jika waktunya tepat, dia akan bicara serius dengan putri semata wayangnya itu.
Pada akhirnya, keempat kamu sosialita itu mengalihkan topik pembahasan. Mereka beralih membahas perhiasan keluaran terbaru dari perusahaan milik Soraya. Mereka semua tertarik dengan model-model yang ditunjukkan Soraya di ponselnya.
"Eh, aku harus balik duluan nih! Si Bapak sidak ke apartment dadakan nih!" ucap Rahma setelah membaca pesan yang baru masuk di ponselnya. Dia harus cepat sampai di Apartment untuk memanjakan bayi besarnya.
Setelah Rahma pergi, kini tinggallah Soraya, Dena dan Astrid di sana. Mereka kembali membahas masalah perhiasan yang sempat ditunjukkan oleh Soraya sebelumnya.
"Eh, udah minum dulu. Itu sudah aku pesankan minuman kesukaanmu. Jangan bilang kalau kamu lagi puasa," sorot mata juses milik Dena menunjuk pada secangkir capucino di hadapan Soraya.
"Baristanya baru di cafè ini. Cakep dan masih muda, tapi sayangnya aku nggak tertarik," lanjut pemilik dari usaha agen perjalanan itu. Selama ini, Dena menjalankan usaha yang merupakan peninggalan dari kedua orang tuanya yang menyediakan tiket perjalanan dalam dan luar negeri. Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini, Dena juga telah berhasil mengembangkan perusahaannya itu dengan merambah bisnis start up di bidang travel. Pundi-pundi rupiah pun terus mengalir ke dalam rekeningnya. Karena itulah Dena tidak merasa terbebani meskipun dia hidup melajang.
"Oh, iya. Sampai lupa," sahut Soraya seraya meneguk minumannya. "Ah, aku juga harus ke toilet dulu," wanita cantik yang telah menjalani beberapa kali operasi plastik itu beranjak dari duduknya. Tanpa banyak bicara, dia segera berlalu menuju toilet. Tanpa sengaja, ekor mata Soraya menangkap sosok pemuda di belakang meja tempat pemesanan. Itu memang wajah baru dan masih asing baginya. Namun, Soraya tidak terlalu memedulikannya. Rasa ingin buang air kecil membuat ibu satu anak tersebut terus mempercepat langkah.
Setelah beberapa menit berada di dalam kamar mandi, akhirnya Soraya kembali bergabung bersama Dena dan Astrid. Kali ini topik pembahasan mereka beralih pada bisnis yang dikerjakan oleh Dena. Perawan cantik tapi tua itu sedang meminta pendapat Soraya dan Astrid tentang program baru yang akan dia luncurkan bulan depan. Ketiga terlihat serius jika sudah membahas masalah pekerjaan.
Sementara itu, di balik meja pemesanan cafe, Dirga sedang berbicara dengan seseorang. Sepertinya seseorang itu adalah manager cafe ini. Pria berparas manis itu sedang meminta izin untuk pulang lebih cepat, mengingat satu jam ke depan ada job sampingan yang sudah menantinya.
"Terima kasih, Pak atas izinnya. Besok saya akan lembur sesuai permintaan Bapak," ucap Dirga dengan tutur kata yang sopan.
Dirga merogoh ponsel yang tersimpan di saku celananya setelah merasakan getaran di sana. Senyum manis terbit dari bibirnya setelah melihat siapa yang menghubunginya—Beatrice—suara manja itupun mulai terdengar setelah Dirga menerima panggilan tersebut. Dia mengayun langkah sambil mendengarkan suara manja sang kekasih.
"Iya Bea. Aku tidak akan melupakan pesananmu. Buku itu pasti aku dapatkan hari ini. Tenang saja, aku akan mencarikan buku itu sampai dapat. Besok pagi kamu pasti bisa membaca bukunya, Sayang," ucap Dirga saat melewati tempat ketiga wanita sosialita itu berada.
Soraya tertegun setelah mendengar pria yang baru saja berlalu itu menyebut 'Bea dan buku'. Sontak saja ketiga wanita tersebut saling pandang dan tak lama setelah itu mereka bertiga menatap punggung pria manis yang sudah keluar dari cafe.
"Ay, aku tidak salah dengar kan tadi?" Astrid meyakinkan apa yang baru saja didengarnya kepada Soraya.
"Jangan-jangan Barista itu calon mantumu, Ay! Apa dia kekasih Bea?" celetuk Dena seraya menatap Soraya yang sedang termangu.
Janda berusia empat puluh lima tahun itu hanya menggelengkan kepalanya. Bayang-bayang pria manis yang sempat dilihatnya sebelum ke toilet mulai menari-nari dalam pikiran, "tidak! Tidak mungkin Bea suka dengan pria itu!" Soraya berusaha menyangkal jika pria tersebut bukanlah kekasih putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Bunda dinna
Soraya jangan jadi gila deh..kok ngeri 🙊🙊
2022-11-14
1
🎤ImaEdg🎧
kek nya ga da yg bener tuh temennya Aya ya Mak 😂
2022-10-04
2