Takut Diabetes

Semilir angin pagi menuju siang, menerpa wajah cantik Beatrice yang tengah duduk manis pada salah satu bangku taman. Seperti biasa, dia selalu datang lebih dulu dari sang kekasih. Beatrice sudah tidak pernah protes atau merasa kesal lagi, andai Dirga datang terlambat. Dia tahu bahwa kekasihnya itu bukanlah seorang pria muda, yang menikmati waktu dalam sebuah kesenangan penuh kebebasan.

Dibukanya salah satu novel yang semalam diberikan oleh Soraya untuknya. Sambil menunggu kedatangan sang kekasih, gadis dua puluh dua tahun itu memilih untuk membaca.

"Astaga. Membosankan sekali kegiatan si Bea," bisik Rahma yang saat itu diam-diam menguntit Beatrice bersama Soraya.

"Itulah, Su. Makanya aku ngga yakin kalau dia bisa milih cowok dengan benar. Setiap hari, tiap detik dia cuma bergaul sama buku," sahut Soraya membenarkan pendapat sahabatnya tersebut.

"Sesekali ajaklah si Bea hangout bareng kita, Mbak," cetus Rahma lagi dengan entengnya. Wanita simpanan pejabat itu tak merasa bersalah sedikit pun saat memberikan ide gila itu kepada Soraya.

"Hush! Enak aja!" Soraya menepuk pundak Rahma saking tak setuju dengan ucapan anggota paling muda dalam grup warung remang-remang itu.

"Habisnya ya, aku ko kasian banget gitu liat si Bea. Menurut Mbak Ay, apa dia ngga kelihatan tertekan gitu?" celoteh Rahma lagi. Sesekali dia membetulkan letak kaca mata hitam yang dikenakannya.

"Aku harap sih ngga, Su. Aku sudah memenuhi semua kebutuhannya selama ini, tanpa kurang satu apapun," jawab Soraya menjelaskan.

"Ada satu yang kurang, Mbak," sanggah Rahma.

"Apa itu?" Soraya menoleh seraya menurunkan sedikit kaca mata hitamnya. Dia tampak begitu penasaran.

"Si Bea kurang papa. Makanya dia minta kawin buru-buru," celetuk Rahma yang kembali berbalas sebuah tepukan di pundaknya. Namun, baru saja Soraya akan menanggpi ucapan Rahma, dia segera mengurungkan niatnya karena melihat sosok Dirga yang telah muncul di sana.

"Aih, manis banget. Dia bawa kamera, Mbak," sanjung Rahma sambil senyum-senyum.

"Kantong dia tipis, Su. Aku yakin dia cuma bisa beliin kamu bedak tabur dalam plastik," cibir Soraya.

"Dih, sayang banget," sesal Rahma. Tak berselang lama, wanita tiga puluh lima tahun itu terdiam dan tampak fokus memperhatikan dua sejoli yang tengah asyik duduk berdua di bangku taman itu.

Dirga tersenyum manis setelah duduk di samping Bea. Dia meletakkan kamera digital di sisinya dan setelah itu Dirga menyilangkan kakinya, itu pun tanpa melepaskan pandangan dari wajah cantik sang kekasih.

"Bagaimana kabarmu, Sayang?" tanya Dirga dengan sikap manis yang selalu membuat Beatrice merasa nyaman.

"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja," ucap gadis berambut cokelat itu, "lihatlah! Mama membelikan aku novel limited edition dari empat penulis femes di Indonesia." Beatrice menunjukkan buku pemberian Soraya kepada Dirga.

"Hubungan dengan mamamu sudah membaik kah?" tanya Dirga setelah melihat binar bahagia dari sorot mata cokelat milik Beatrice.

Beateice hanya mengangguk pelan. Dia bercerita jika siang ini ada janji makan siang bersama Soraya. Tentu Dirga pun ikut bahagia mendengar kabar tersebut. Dirga tersenyum manis saat meraih tangan kanan Beatrice untuk digenggam. Mereka berdua saling melempar senyum karena merasa bahagia bisa bertemu dan saling berbagi kebahagiaan.

"Aduh, calon menantumu sweet banget sih, Mbak," celetuk Rahma ketika melihat semua yang terjadi di antara Beateice dan Dirga, "Bea gak takut kena diabetes kah jika duduk bersanding dengan kekasihnya?" tiba-tiba saja pertanyaan konyol itu terlontar dari bibir sexy Rahma.

"Hah? Diabetes?" Soraya terlihat bingung setelah mendengar pertanyaan dari Rahma.

"Ya. Diabetes. Sikap pacarnya si Bea kan manis banget tuh, Mbak Ay! Dia tersenyum manis, memperlakukan Bea dengan sopan dan dia sepertinya sangat mencintai Bea," ucap Rahma sambil senyum-senyum sendiri. Mungkin wanita simpanan pejabat itu sedang membayangkan berada di posisi Beatrice, "tapi ada satu hal yang kurang manis dari pria itu," lanjut Rahma tanpa mengalihkan pandangannya dari sepasang kekasih yang sedang tertawa lepas.

"Apa?" Soraya menaikkan satu alisnya.

"Dompetnya!" jawab Rahma penuh sesal.

"Ya. Kamu benar." Hanya itu saja jawaban Soraya. Dia sedang fokus mengamati putri semata wayangnya yang terlihat bahagia saat berada di samping Dirga.

Ada rasa iri dalam hati Soraya ketika melihat bagaimana sikap putrinya saat bersama Dirga. Padahal selama ini, Beatrice jarang sekali bersikap seperti itu jika bersamanya. Soraya pun tidak dapat mengingkari jika Dirga memang pria yang baik dan sopan. Dia melihat sendiri bagaimana Dirga memperlakukan Beatrice. Pada umumnya anak muda zaman sekarang jika berpacaran bukan seperti yang dilakukan mereka berdua.

"Eh, Su. Aku sekarang mau berangkat dulu ke restoran. Jangan lupa nanti setelah Bea pergi, lakukan tugasmu!" ujar Soraya setelah melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Oke, siap. Dengan senang hati aku akan melakukan tugas tersebut," jawab Dena sambil menyatukan jari telunjuk dengan ibu jarinya sebagai kode 'ok'.

Soraya segera pergi dari tempat persembunyiannya sebelum ketahuan Bea. Dia memakai masker dan kaca mata hitam agar tidak ada yang mengenalinya saat berjalan menuju mobil. Soraya harus sampai di restauran sebelum Beatrice tiba.

Hampir lima belas menit Rahma menunggu Beatrice pergi dari taman. Dia keluar dari tempat persembunyian setelah memastikan Beatrice benar-benar pergi. Dia mempercepat langkahnya saat melihat Dirga beranjak dari bangku taman.

"Mas ... Mas pakai jaket jeans! Hei, Mas yang bawa kamera!" teriak Rahma ketika melihat Dirga mulai pergi.

"Tunggu!" ucap Rahma setelah Dirga menghentikan langkah dan mengalihkan pandangan ke arahnya.

Napas Rahma tersengal ketika sampai di hadapan Dirga. Dia membenarkan rambutnya terlebih dahulu sebelum mulai bicara maksud dan tujuannya menghentikan Dirga. Tidak lupa dia pun memasang senyum manis di hadapan pria tersebut.

"Hay, aku Milka," ucap Rahma sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Dirga. Dia sengaja memakai nama samaran agar identitasnya tidak diketahui oleh Beatrice.

"Dirga." Uluran tangan Rahma disambut dengan baik oleh pria manis itu, "maaf, ada perlu apa, Nona?" tanya Dirga dengan sikap yang sopan.

"Ah, tidak usah memanggilku Nona. Cukup Milka saja," ucap Rahma dengan sikap yang manis, "Apakah kamu seorang potografer?" tanya Rahma sambil menatap kamera yang dikalungkan Dirga di lehernya.

"Ya. Terkadang aku mengambil job ini di saat lenggang," jawab Dirga dengan diiringi senyum manis.

"Bisakah kamu memotret aku sekarang? Aku pendatang di kota ini dan aku berniat ingin mengabadikan momen di taman ini. Bagaimana?" Senyum manis tak henti mengembang dari kedua sudut bibir Rahma.

Dirga mengajak Rahma duduk di bangku panjang yang ada di bawah pohon rindang untuk membahas masalah photo yang diminta oleh Rahma. Pandangan mata wanita itu tak lepas dari pria manis yang sedang berbicara dengan sikap yang manis.

"Aih, kenapa dia manis sekali sih," gumam Rahma dalam hati.

...🌹TBC🌹...

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Dirga memang sweet sampai meluber..Bea sampai di kerubuti gula

2022-11-16

0

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

soalnya pas emaknya hamil tuh ngidam air tebu jadi manis 😆😆

2022-10-18

0

lihat semua
Episodes
1 Permintaan Beatrice,
2 Jawaban yang sama,
3 Bertemu Dirga,
4 Meet up kaum sosialita,
5 Praduga Soraya,
6 Pembicaraan Ibu dan Anak
7 Tantangan dari Beatrice
8 Hanya sebuah mimpi,
9 Belum mendapat solusi,
10 Misi pengintaian,
11 Terong dan Tomat?
12 Lapak ikan hias,
13 Misi Astrid Selesai
14 Dena beraksi,
15 Kegagalan misi Dena
16 Buku spesial untuk Beatrice,
17 Takut Diabetes
18 Sikap anggun si Pelakor,
19 Kedamaian seorang ibu,
20 Bad Mood!
21 Kehangatan ibu dan anak,
22 Karena Reyhan baik,
23 Menemui Dirga,
24 Rayuan manja,
25 Pelakor Galau,
26 Kemarahan Soraya,
27 Petuah Mas Jambul
28 Sikap dingin Beatrice,
29 Bertengkar,
30 Rekaman di kala senja,
31 Berpikir dua kali,
32 Paella spesial,
33 Kehangatan keluarga,
34 Rencana Aborsi?
35 Cemburu,
36 Mual dan Muak!
37 Kuasa sang ratu lebah,
38 Sesi konseling,
39 Mabuk berat,
40 Alexandre Tobìas Forsberg,
41 Tempat yang berbeda,
42 Mpok Ijem yang meresahkan,
43 Mengurus Dokumen,
44 Spanyol,
45 Keresahan Dirga,
46 Pergi ke makam,
47 Keperdulian seorang Ibu,
48 Seorang Ibu yang terluka,
49 Menyambut kedatangan Agnez,
50 Keluh kesah istri pertama,
51 Kehampaan para single,
52 Mendadak Religius,
53 Sales Marketing??
54 Fors Automatic,
55 Harus Bedrest.
56 Sikap Manja Rahma,
57 Berpikir Tentang Masa Depan,
58 Senja Di Kampung Eropa.
59 Jangan Egois, Nak!
60 Menjenguk Rahma,
61 Rencana Dinner Romantis,
62 Mengeluarkan Keresahan,
63 Ruangan VVIP.
64 Pelepas Dahaga
65 Bersemu merah,
66 Segenggam Harapan,
67 Home Visite,
68 Keguguran.
69 Pertolongan dokter Richard,
70 Bunga Asmara,
71 Akhir Kisah Pelakor,
72 Malam Yang Damai,
73 Kartu Nama Meresahkan,
74 Rooftop,
75 Menemui Sudiro,
76 Permintaan Astuti
77 Pesta Kecil,
78 Akhirnya Dirga tahu,
79 Kebahagiaan Di Kala Senja
80 Pesta Ulang Tahun Yayuk
81 Rencana makan malam,
82 Dua keluarga bertemu,
83 Pernikahan Rahma
84 Pengantin Baru,
85 Pernikahan Dena
86 Sidang Perceraian
87 Pengukuhan Cinta
88 Pergi Ke Kanada(END)
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Permintaan Beatrice,
2
Jawaban yang sama,
3
Bertemu Dirga,
4
Meet up kaum sosialita,
5
Praduga Soraya,
6
Pembicaraan Ibu dan Anak
7
Tantangan dari Beatrice
8
Hanya sebuah mimpi,
9
Belum mendapat solusi,
10
Misi pengintaian,
11
Terong dan Tomat?
12
Lapak ikan hias,
13
Misi Astrid Selesai
14
Dena beraksi,
15
Kegagalan misi Dena
16
Buku spesial untuk Beatrice,
17
Takut Diabetes
18
Sikap anggun si Pelakor,
19
Kedamaian seorang ibu,
20
Bad Mood!
21
Kehangatan ibu dan anak,
22
Karena Reyhan baik,
23
Menemui Dirga,
24
Rayuan manja,
25
Pelakor Galau,
26
Kemarahan Soraya,
27
Petuah Mas Jambul
28
Sikap dingin Beatrice,
29
Bertengkar,
30
Rekaman di kala senja,
31
Berpikir dua kali,
32
Paella spesial,
33
Kehangatan keluarga,
34
Rencana Aborsi?
35
Cemburu,
36
Mual dan Muak!
37
Kuasa sang ratu lebah,
38
Sesi konseling,
39
Mabuk berat,
40
Alexandre Tobìas Forsberg,
41
Tempat yang berbeda,
42
Mpok Ijem yang meresahkan,
43
Mengurus Dokumen,
44
Spanyol,
45
Keresahan Dirga,
46
Pergi ke makam,
47
Keperdulian seorang Ibu,
48
Seorang Ibu yang terluka,
49
Menyambut kedatangan Agnez,
50
Keluh kesah istri pertama,
51
Kehampaan para single,
52
Mendadak Religius,
53
Sales Marketing??
54
Fors Automatic,
55
Harus Bedrest.
56
Sikap Manja Rahma,
57
Berpikir Tentang Masa Depan,
58
Senja Di Kampung Eropa.
59
Jangan Egois, Nak!
60
Menjenguk Rahma,
61
Rencana Dinner Romantis,
62
Mengeluarkan Keresahan,
63
Ruangan VVIP.
64
Pelepas Dahaga
65
Bersemu merah,
66
Segenggam Harapan,
67
Home Visite,
68
Keguguran.
69
Pertolongan dokter Richard,
70
Bunga Asmara,
71
Akhir Kisah Pelakor,
72
Malam Yang Damai,
73
Kartu Nama Meresahkan,
74
Rooftop,
75
Menemui Sudiro,
76
Permintaan Astuti
77
Pesta Kecil,
78
Akhirnya Dirga tahu,
79
Kebahagiaan Di Kala Senja
80
Pesta Ulang Tahun Yayuk
81
Rencana makan malam,
82
Dua keluarga bertemu,
83
Pernikahan Rahma
84
Pengantin Baru,
85
Pernikahan Dena
86
Sidang Perceraian
87
Pengukuhan Cinta
88
Pergi Ke Kanada(END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!