Sosialita
Suara dentuman musik begitu memekakkan telinga, jika didengar oleh orang yang tidak terbiasa. Namun, lain cerita bagi Soraya dan ketiga rekannya, yaitu Dena, Astrid, dan juga Rahma. Sungguh merupakan sebuah pemandangan yang teramat miris, pasalnya mereka berempat bukan lagi gadis remaja yang masih labil dalam menentukan jati diri.
Soraya Harsha Rojas. Dia merupakan janda berusia empat puluh lima tahun dan memiliki seorang anak gadis bernama Beatrice Agatha Rojas. Anak yang dia dapat dari hasil pernikahan bersama bule asal Spanyol, yang bernama Francesco Rojas. Dia merupakan seorang pengusaha kaya yang telah meninggal dunia sekitar beberapa tahun lalu. Sejak saat itu, Soraya yang awalnya bermukim di kota Madrid, memutuskan untuk kembali ke Indonesia dengan membawa warisan berjumlah tak terhingga. Hal itulah yang membuat Soraya menjadi seorang sosialita, dengan kehidupannya yang serba mewah. Dunia malam dan barang mewah seakan menjadi makanan sehari-hari bagi Soraya dan ketiga rekannya.
"Hey, Aya! Kamu kan sudah lama jadi janda, apa tidak ada niat buat kawin lagi?" tanya Astrid, wanita berusia empat puluh enam tahun dengan ukuran dada yang sangat spektakuler. Ukuran itu dia dapatkan saat berjalan-jalan ke Brazil, bersama sang suami yang merupakan pengusaha batu bara. Namun, sayangnya pria itu memutuskan menikah lagi untuk yang ketiga kalinya, dengan seorang model berusia dua puluh enam tahun. Astrid tidak peduli dengan hal itu. Baginya, selama kebutuhan materi masih terpenuhi, maka tak ada masalah yang terlalu berarti. Astrid lebih senang mengalihkan perhatiannya dengan cara bersenang-senang. Menghamburkan uang adalah cara yang tepat untuk memuaskan diri.
Soraya tampak mengibaskan tangan sebagai tanda tidak setuju dengan pertanyaan Astrid. Setelah meneguk minumannya, wanita bertubuh sintal itu menjawab pertanyaan dari sang rekan. "Situ saja yang punya suami merasa seperti gadis," ucapnya, "nggak, nggak! Aku sudah nggak kepikiran untuk nikah lagi," lanjut Soraya kembali meneguk minumannya.
"Iyalah, kamu sudah tahu ukuran bule sebesar apa, mana mungkin mau cari yang lokal," ledek Dena sambil mengisap rokok, kemudian mengepulkan asapnya. Dena merupakan seorang perawan tua. Usianya hampir sama dengan Soraya. Sayangnya, dia memutuskan untuk tidak menikah, setelah hampir tiga kali gagal menuju ke pelaminan.
"Nah, itu kamu tahu, Den," sahut Soraya diiringi gelak tawa Rahma yang tengah asyik menggerakkan tubuh, mengikuti dentuman musik keras yang seakan tanpa henti.
Rahma yang berusia paling muda di antara teman-temannya. Rahma masih berusia tiga puluh lima tahun. Dia merupakan wanita simpanan seorang pejabat daerah. Wajahnya memang cantik serta ditunjang dengan postur tubuh yang ideal.
"Ada atau tidak ada suami dalam hidup kita, kenyataannya aku, kamu, dan kalian semua masih bisa tertawa lepas seperti saat ini," ujar Soraya sambil kembali meneguk minumannya.
Itulah sebagian dari kehidupan Soraya, setelah dirinya kembali ke Indonesia dengan menyandang status janda. Kehidupannya seakan tak ada aturan. Dia pulang dan pergi kapanpun dirinya mau. Soraya jarang sekali ada di rumah. Siang hari, dia sibuk dengan berbagai kegiatan bisnis, sementara malam dia gunakan untuk berkumpul bersama para sahabat. Namun, ada yang berbeda kali ini, ketika Soraya baru saja pulang dari Clubbing. Seperti biasa, dia akan tiba di rumah sekitar pukul satu malam.
Tak biasanya, Beatrice sang putri masih terjaga. Gadis itu duduk di sofa ruang tamu sendirian, menunggu kepulangan Soraya.
"Bea? Kamu belum tidur, Sayang?" Soraya duduk tak jauh dari putrinya sambil melepas sepatu. "Haduh, pegal sekali!" keluhnya sambil menggerak-gerakkan kaki.
"Aku mau bicara serius sama Mama," sahut Beatrice. Seperti biasa, gadis berusia dua puluh dua tahun itu tak menunjukkan terlalu banyak ekspresi.
Beatrice memang seorang gadis rumahan yang cenderung introvert. Dia akan menghabiskan sebagian besar waktunya dengan buku-buku tebal. Karakter Beatrice merupakan kebalikan dari sang ibu yang gemar hangout hingga larut malam.
"Bicara tentang apa? Kedengarannya serius banget," tanya Soraya sambil menguap panjang. Dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, sambil menopang kening dengan tangan kanan yang dia letakkan pada pinggirannya.
"Ya, ini memang serius," jawab Beatrice. Sikap duduknya masih tegak, dengan kedua kaki yang dirapatkan dan tangan di atas pangkuan. Tatapannya tertuju lurus kepada sang ibu, membuat Soraya kembali menegakkan posisi duduknya.
"Apa bisa dibicarakan besok saja?" tawar Soraya karena dia benar-benar merasa lelah dan mengantuk. Akan tetapi, Beatrice segera menggeleng. Soraya pun hanya bisa mengempaskan napas pelan. "Oke, bicaralah," pada akhirnya dia pun mengalah.
Beatrice membuang napasnya yang berat sebelum mengutarakan perihal penting dalam hidupnya. Keputusan yang sudah diambil Beatrice karena tidak tahan dengan keadaan di dalam rumah ini. Setiap hari dia merasa hidup seorang diri di rumah megah ini, hanya tumpukan buku yang menemaninya setiap hari. Hidup bergelimang harta nyatanya tak bisa mengusir rasa sepi yang selama ini dirasakannya.
"Aku ingin menikah!" ucap Beatrice dengan tegas.
Soraya terkesiap setelah mendengar permintaan singkat putri semata wayangnya itu. Rasa kantuk yang sempat mendera, kini hilang entah kemana. Soraya membenarkan posisi, menatap wajah cantik putrinya. Mencoba mencerna permintaan yang menurutnya tidak masuk akal.
"Coba katakan sekali lagi, Be!" ujar Soraya setelah meyakinkan diri jika putrinya salah berucap.
"Aku ingin menikah dengan pacarku, Ma!" ucap Beatrice sekali lagi.
Soraya hanya diam setelah mendengar permintaan Beatrice untuk yang kedua kalinya. Ada rasa tidak percaya dengan pemintaan konyol itu. Bukan tanpa sebab Soraya tidak percaya dengan permintaan itu, pasalnya dalam pengamatan Soraya selama ini, Beatrice tidak pernah membawa pulang seorang pria.
"Bea Sayang, ini sudah larut malam." Soraya menyilangkan kakinya, "lebih baik kamu tidur dulu biar bisa berpikir jernih," ucap Soraya dengan senyum manis.
"Ah, Mama tahu ... sepertinya, kamu tadi sudah tidur dan mimpi bertemu pangeran ya, sehingga kamu minta menikah." Soraya mencoba menebak apa yang sudah terjadi dengan putrinya.
Kali ini justru Beatrice lah yang tercengang setelah mendengar jawaban Soraya. Dia menggeleng beberapa kali sambil menatap wajah ibunya dengan tatapan tak percaya. Apalagi, setelah melihat ibunya berdiri dari sofa sambil membawa tas dan sepatunya.
"Bea, lebih baik sekarang kamu tidur. Mama pun ingin tidur," pamit Soraya sebelum meninggalkan putrinya di ruang tamu seorang diri.
Beatrice menyandarkan tubuh di sandaran sofa setelah melihat kepergian ibunya. Inilah yang membuat gadis berambut cokelat itu semakin kesal. Ibunya hanya sibuk bersenang-senang tanpa memikirkan keadaannya. Bahkan, untuk masalah serius seperti ini, Soraya hanya menanggapi jika keinginan Beatrice hanya sebuah mimpi.
"Aku tidak akan menyerah sebelum Mama memenuhi permintaanku," gumam Beatrice sebelum pergi dari ruang tamu.
...🌹Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka🌹...
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Defi
langsung favourit thor
2022-11-27
0
Bunda dinna
Menarik..
2022-11-14
0
AdindaRa
Wkwkwkwk. Aku baru baca loh udah ngakaaaak 😅. Karyamu bikin aku terhibuuuur kaaak
2022-10-22
1