Lipstik merah merona menghiasi bibir tipis milik Soraya. Pagi itu penampilannya terlihat sempurna. Bulu mata lentik serta blush on merah muda semakin menunjang kecantikannya. Wanita bertubuh sexy tersebut, segera meraih tas branded yang ada di atas meja rias sebelum keluar dari kamar.
Satu per satu anak tangga telah dilaluinya hingga tiba di lantai pertama. Soraya kemudian mengayun langkah menuju ruang makan untuk sarapan bersama putri semata wayangnya, Beatrice. Akan tetapi, kali ini dugaan Soraya salah, karena ternyata Beatrice belum ada di sana.
"Ke mana dia? Tidak biasanya Bea terlambat datang ke meja makan," Soraya bergumam sambil merogoh ponsel yang ada di dalam tasnya.
Akan tetapi, suara derap langkah seseorang membuat Soraya mengurungkan niat untuk menghubungi Beatrice, karena gadis cantik itu baru saja tiba di sana dan duduk pada salah satu kursi di meja makan. Tersungging senyuman manis dari Soraya untuk anak gadisnya.
"Aku kangen huevos rotos," gumam Beatrice pelan saat melihat menu sarapan yang tersaji di atas meja. Huevos rotos merupakan salah satu menu sarapan khas Spanyol, berupa telur yang dipadukan dengan daging asap dan juga kentang. Dengan sedikit malas-malasan, Beatrice mulai mengisi piringnya yang masih kosong.
Roti panggang dan segelas jus jeruk adalah menu sarapan pagi itu. Keduanya hanya diam saja sambil menikmati selai cokelat yang dioles di atas roti panggang tersebut. Sesekali Beatrice melirik sang ibu untuk mencari celah. Pagi itu, dia akan kembali membahas permintaan yang telah diutarakannya pada tadi malam.
"Bea, nanti Mama pulang terlambat. Kamu makan malam sendiri gak masalah 'kan?" ucap Soraya setelah menghabiskan makanannya. Tatapan mata wanita itu tertuju pada Beatrice, yang tengah mengunyah roti lalu meneguk jus jeruk hingga tersisa setengah di dalam gelas.
"Bukannya setiap malam juga aku seperti itu, Ma?" sindir Beatrice seraya membalas tatapan ibunya dengan lekat.
Soraya hanya tersenyum saat mendengar komentar dari Beatrice. Tak dapat dipungkiri bahwa Beatrice kerap makan malam seorang diri, "Mama ada pekerjaan di kantor. Selain itu, Mama juga harus ke toko sebentar. Tolong pengertiannya, Sayang," jelas Soraya seraya mengusap punggung tangan Beatrice dengan lembut.
Beatrice meletakkan gelas yang sedang dia pegang seraya mengempaskan napas pelan. "Aku selalu berusaha untuk pengertian," sahutnya. Sesaat kemudian, gadis berambut cokelat itu terdiam dan tampak berpikir. "Ma, aku ingin menikah!" Beatrice sepertinya tidak ingin berbasa-basi lagi. Dia kembali membahas masalah yang sama seperti tadi malam.
Soraya kembali mengembangkan senyum manisnya setelah mendengar permintaan Beatrice. Baginya permintaan konyol sang putri itu tidak perlu ditanggapi lagi. Dalam pikiran Soraya, Beatrice hanya sedang bermain-main atau mungkin saja anak gadisnya itu ingin mencari perhatian saja.
"Bagaimana, Ma? Apa boleh aku menikah dalam waktu dekat?" tanya Beatrice sekali lagi, karena Soraya tak kunjung menjawab pertanyaannya tadi.
"Bea Sayang, lebih baik kamu jalan-jalan dulu deh. Sepertinya kamu butuh liburan," ucap Soraya tanpa melepaskan pandangan dari wajah putrinya, "ah ... Mama ada ide! Bagaimana kalau Mama menyiapkan tiket liburan untukmu? Kamu bisa berkunjung ke rumah bibi Ursula di Madrid," usul Soraya sambil menggerakkan bola matanya ke kiri dan ke kanan, berharap agar Beatrice setuju dengan idenya.
Beatrice membuang napasnya kasar setelah mendengar jawaban sang ibu. Sungguh, bukan itu yang Beatrice harapkan. Dia hanya butuh satu jawaban yang pasti dari ibunya—Iya atau tidak—bukan jawaban ngelantur yang jauh dari pembasahan utama.
"Oh My God!" seru Soraya tatkala melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sepertinya, dia terlambat berangkat ke perusahaan, "Sayang, maaf ya ... Mama harus berangkat sekarang!" ucap Soraya saat berdiri dari tempatnya.
Sebelum meninggalkan ruang makan tersebut, tidak lupa Soraya mengecup pucuk kepala Beatrice dengan penuh kasih. Setelah itu, dia segera pergi dari ruang makan tanpa menanggapi permintaan dari Beatrice. Ini adalah keadaan yang sama seperti tadi malam.
"Mama!" panggil Beatrice terlihat geram setelah Soraya meninggalkannya begitu saja. Namun, Soraya tidak menyahut sama sekali. Wanita bertubuh sintal itu begitu terburu-buru. Hari ini dia ada pertemuan penting untuk membahas peluncuran model perhiasan terbaru dari perusahaannya yang bernama Royal Impression Jewerly.
Beatrice hanya dapat memijat pangkal hidungnya, karena pusing memikirkan keinginan yang belum disetujui oleh Soraya. Kekesalan yang tersimpan dalam hati pun semakin bertambah, karena Soraya tidak menggubris permintaannya. Ibunya itu bahkan menganggap permintaan yang dia utarakan hanya sekadar khayalan belaka. Lalu, harus bagaimana lagi Beatrice meyakinkan sang ibu, bahwa permintaannya bukan sebuah khayalan.
"Sepertinya, aku harus bicara dengan Dirga. Dia pasti bisa memberikan solusi untuk semua masalah ini," gumam Beatrice sebelum meninggalkan ruang makan. Dia lalu berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Setelah mengambil cardigan dan tas selempang kecil kesayangannya, gadis berusia dua puluh dua tahun itu pun keluar dari rumah.
Dengan diantar oleh seorang sopir pribadi, Beatrice yang sebelumnya telah membuat janji dengan Dirga, langsung menuju ke tempat di mana mereka biasa bertemu. Seperti biasa, dia akan datang lebih awal ketimbang kekasih itu. Maklum saja, karena Dirga bepergian ke manapun hanya dengan mengendarai sepeda motor bututnya yang kerap ngadat.
Sambil menunggu kedatangan sang kekasih, Beatrice duduk sendiri pada kursi taman yang terletak di bawah sebuah pohon. Pikirannya melayang pada beberapa waktu silam, saat pertama kali dia bertemu dan berkenalan dengan sosok Dirga Aditya, pemuda yang kini mengisi hatinya.
Saat itu, Beatrice tengah membaca buku seorang diri, ketika tanpa diduga Dirga datang menghampiri dan menyodorkan selembar foto kepadanya. "Maaf, aku mengambil foto kamu tanpa izin. Habisnya, ngga ada objek lain yang bisa kupotret di sini," ujar pemuda berusia dua puluh lima tahun itu sambil memamerkan senyuman ramah.
Beatrice melihat sekeliling taman tersebut, sebelum dia menanggapi ucapan dari pemuda di hadapannya. "Di sini ada pohon, bunga, rumput, dan juga susunan paving block yang rapi. Kenapa harus mengambil fotoku?" protes gadis itu dengan nada bicara dan ekspresi yang biasa saja.
Pemuda dengan gaya rambut belah pinggir itu kembali tersenyum. Dia lalu duduk di sebelah Beatrice dengan tetap memberi jarak. Terlihat jika dirinya merupakan seseorang yang sopan dalam bersikap. Dia lalu menoleh kepada gadis cantik berambut panjang di sebelahnya. "Kamu mau tahu kenapa? Karena ada satu hal yang terlihat sangat unik dari diri kamu," jawabnya.
"Apa itu?" tanya Beatrice seraya menautkan alisnya.
"Lihatlah. Di saat semua cewek seusia kamu sibuk dengan gadget, sedangkan kamu lebih memilih buku. Kita punya hobi yang sama." Dirga tersenyum simpul setelah mengucapkan alasan tersebut.
...🌹Terima kasih sudah membaca karya ini semoga suka 😍🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Defi
serasa hidup sebatang kara ya Bea. semoga saja Dirga benar2 baik
2022-11-27
0
Bunda dinna
kok g tega sama Bea..sampai segitu kesepian sampai pingin nikah muda
2022-11-14
0
AdindaRa
Satu tangkai 🌹buat akaaaak. Semangat kaaaak
2022-10-22
0