Tantangan dari Beatrice

Suasana kamar bernuansa hijau apel itu terasa menyesakkan bagi Soraya. Janda satu anak itu hanya bisa memijat pelipisnya ketika mendengar Beatrice mengungkapkan semua alasan yang membuatnya ingin menikah bersama Dirga. Alasan klasik yang biasa dirasakan oleh gadis seusia Beatrice. Putrinya itu tidak memikirkan bagaimana kehidupan setelah menikah. Hanya rasa nyaman dan cinta yang menjadi dasar utama keinginan gadis berambut cokelat itu.

"Bea, menikah itu bukan sekadar mencintai. Ada kehidupan yang terus berjalan dan setiap hari kita membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Cinta tidak akan membuatmu kenyang, Sayang." Soraya mencoba menjelaskan kenyataan yang memang terjadi.

"Dirga bukan seorang pengangguran, Mama! Dia pekerja keras!" sanggah Beatrice ketika mendengar penjelasan panjang yang memiliki inti jika Dirga tidak mampu membiayainya.

"Ayolah, Bea! Berpikirlah dengan jernih," ujar Soraya. Ekspresi wajahnya terlihat sedang menahan gemuruh di hati yang begitu besar, "ibunya seorang janda dan memiliki satu adik yang masih sekolah. Dia berarti seorang tulang punggung, Bea! Beban hidupnya terlalu banyak! Coba pikirkan sekali lagi," ujar Soraya dengan tatapan mata yang tertuju kepada Beatrice.

"Mama hanya takut dia memanfaatkanmu, Sayang! Dia mengambil keuntungan darimu dan suatu saat bisa saja meninggalkanmu!" Soraya mencoba mempengaruhi jalan pikiran putrinya, "sekarang banyak sekali kejadian mengerikan seperti itu! bagaimana nanti jika kamu mengalami KDRT seperti yang sedang marak terjadi saat ini?" Kali ini sepertinya Soraya terlalu berlebihan dalam membayangkan semua tentang Dirga.

Dalam pikiran Soraya, Dirga hanya ingin hidup enak dengan memanfaatkan semua fasilitas dan kemewahan yang didapatkan Beatrice selama ini. Pikiran Soraya tertuju ke sana bukan tanpa alasan, karena yang dia tahu selama ini, hidup di ibukota sangatlah keras. Banyak orang mencari cara instan agar bisa merasakan kemewahan dan kenikmatan dunia, contohnya adalah temannya sendiri—Rahma—memilih jalan menjadi seorang wanita simpanan agar bisa menikmati hidup enak dan berfoya-foya. Tidak, itulah penolakan yang ada dalam diri Soraya ketika membayangkan nasib putrinya jika bersama Dirga.

"Dirga bukan pria seperti itu! Dia penyayang, dia pria yang sabar dan pastinya tidak akan mungkin melakukan semua yang Mama khawatirkan!" ujar Beatrice dengan tatapan mata yang melebar.

Perdebatan ini tidak akan selesai karena keduanya memiliki pendapat yang berbeda. Beatrice sudah menyangka sebelumnya jika Soraya tidak akan menyetujui hubungannya bersama Dirga. Sudut pandang ibu dan anak ini sangatlah berbeda. Justru Beatrice tidak pernah menilai Dirga dari segi ekonomi. Entah ini kelapangan hatinya atau Beatrice terlalu naif karena dibutakan cinta.

"Ya sudah kalau memang Mama tidak percaya dengan Dirga, Mama bisa kok mencari tahu sendiri semua tentang dia!" tantang Beatrice sambil melipat kedua tangannya di dada, "aku rasa pembicaraan ini sudah selesai. Aku mau membaca buku baru pemberian dari Dirga," pungkas Beatrice sebelum memutar kursinya hingga membelakangi Soraya.

Kalau sudah seperti itu, Soraya bisa apalagi selain keluar dari kamar ini. Putrinya sudah tidak mau melanjutkan pembicaraan ini lagi. Mau tidak mau Soraya harus keluar dari kamar tersebut karena tidak mungkin jika dia berbicara sendiri, sementara Beatrice fokus pada bukunya.

"Astaga! Bagaimana ini!" Soraya menyibak rambutnya ke belakang setelah keluar dari kamar Beatrice.

Soraya memutuskan pergi ke kamarnya. Dia harus memikirkan semua ini dengan baik agar tidak salah saat mengambil keputusan. Permintaan yang awalnya ditanggapi hanya sebuah khayalan, ternyata berhasil membuatnya menjadi pening. Apalagi setelah melihat sendiri bagaimana sosok pria yang menjadi kekasih putrinya. Sungguh, pria itu bukanlah kategori yang cocok bagi Soraya untuk menjadi menantunya.

Terbiasa hidup di Spanyol selama berpuluh-puluh tahun membuat pikiran Soraya tidak terfokus pada pernikahan putrinya. Selama ini yang dia tahu, gadis seumuran Beatrice belum ada yang menikah. Mereka masih bersenang-senang seperti burung yang berterbangan ke sana ke mari. Oleh sebab itu, Soraya sempat shock ketika melihat semua yang terjadi. Janda cantik itu tidak pernah sedikitpun berpikir jika putrinya memilih untuk menikah muda.

"Dasar anak muda! Memang dipikir segalanya hanya memakai cinta saja! Naif sekali kamu, Bea!" gerutu Soraya setelah duduk di tepi ranjang—duduk dengan posisi membungkuk sambil membuka heels mahal berwarna hitam yang menghiasi kakinya.

Bagi Soraya memilih bibit, bebet dan bobot yang baik adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum menikah. Hidup berkecukupan dari lahir hingga saat ini membuat Soraya berpikir dua kali jika membiarkan putri semata wayangnya harus menikah dengan pria sederhana seperti Dirga. Sungguh, Soraya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib putrinya nanti jika hidup bersama pria yang mempunyai banyak tanggungan.

"Ini tidak bisa dibiarkan!" Soraya menggeleng pelan saat membayangkan Beatrice duduk di atas motor merasakan cuaca panas, terkena debu dan polusi udara ibukota.

Soraya merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sementara kakinya dibiarkan menjuntai di lantai. Dia menatap langit-langit kamar dengan desain mewah itu sambil memikirkan bagaimana langkahnya setelah ini. Menjadi orang tua tunggal di saat anak sudah beranjak dewasa ternyata tidaklah muda. Begitu pikir Soraya saat ini.

"Apakah aku harus mencari tahu tentang pria itu?" gumamnya setelah teringat tantangan dari Beatrice, "lalu aku harus mencari tahu di mana?" Soraya terus berpikir hingga kepalanya terasa berdenyut.

Mungkin, pertama kali yang harus Soraya lakukan adalah mencari tahu di mana kediaman kekasih putrinya itu. Lantas, ia harus mencari tahu apa pekerjaan Dirga selain menjadi Barista. Dia pun harus mencari tahu apa pekerjaan ibunya serta bagaimana seluk beluk pria berwajah manis itu.

"Aku tidak bisa melakukan semua ini sendiri! Aku butuh teman untuk mencari tahu semuanya!" gumam Soraya dengan bola mata yang bergerak ke kiri dan ke kanan.

Kerinduan kepada mendiang suaminya tiba-tiba saja menyapa dalam hati di saat seperti ini. Soraya membayangkan bagaimana indahnya jika menjalani hari bersama sang suami di saat Beatrice beranjak dewasa. Andai saja sosok Francesco Rojas masih ada di sampingnya, sudah bisa dipastikan dia tidak akan sepusing ini, karena tidak mungkin bukan dia akan membawa putrinya pindah ke negara ini.

"Frans! Kenapa kamu harus meninggalkan aku begitu cepat sih! Lihatlah! Putrimu sudah dewasa dan sangat keras kepala sepertimu! Dia membuatku pusing, Frans!" ujar Soraya ketika melihat foto keluarga yang tertempel di dinding kamarnya.

Wajah ketiga sahabatnya tiba-tiba terlintas dalam ingatan. Soraya segera bangkit dari tempatnya saat ini dan mencari di mana keberadaan ponselnya. Dia harus menghubungi ketiga temannya untuk meminta saran dan bantuan.

"Ah, sepertinya aku harus berbagi masalah ini di group saja dari pada harus mengirim pesan satu persatu kepada mereka," gumam Soraya ketika matanya membaca group chat 'Warung remang-remang' di sana.

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Curhatnya juga tempatnya salah..
Soraya bisa merubah keputusan Bea dengan memberi perhstian dan kasih sayang..bukan nongkrong kyk anak muda labil

2022-11-14

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

lanjut 👍

2022-10-11

0

🎤ImaEdg🎧

🎤ImaEdg🎧

berbagi digrup yang isinya begitu semua. tar dapet nasehat menyesatkan 🤦

2022-10-07

0

lihat semua
Episodes
1 Permintaan Beatrice,
2 Jawaban yang sama,
3 Bertemu Dirga,
4 Meet up kaum sosialita,
5 Praduga Soraya,
6 Pembicaraan Ibu dan Anak
7 Tantangan dari Beatrice
8 Hanya sebuah mimpi,
9 Belum mendapat solusi,
10 Misi pengintaian,
11 Terong dan Tomat?
12 Lapak ikan hias,
13 Misi Astrid Selesai
14 Dena beraksi,
15 Kegagalan misi Dena
16 Buku spesial untuk Beatrice,
17 Takut Diabetes
18 Sikap anggun si Pelakor,
19 Kedamaian seorang ibu,
20 Bad Mood!
21 Kehangatan ibu dan anak,
22 Karena Reyhan baik,
23 Menemui Dirga,
24 Rayuan manja,
25 Pelakor Galau,
26 Kemarahan Soraya,
27 Petuah Mas Jambul
28 Sikap dingin Beatrice,
29 Bertengkar,
30 Rekaman di kala senja,
31 Berpikir dua kali,
32 Paella spesial,
33 Kehangatan keluarga,
34 Rencana Aborsi?
35 Cemburu,
36 Mual dan Muak!
37 Kuasa sang ratu lebah,
38 Sesi konseling,
39 Mabuk berat,
40 Alexandre Tobìas Forsberg,
41 Tempat yang berbeda,
42 Mpok Ijem yang meresahkan,
43 Mengurus Dokumen,
44 Spanyol,
45 Keresahan Dirga,
46 Pergi ke makam,
47 Keperdulian seorang Ibu,
48 Seorang Ibu yang terluka,
49 Menyambut kedatangan Agnez,
50 Keluh kesah istri pertama,
51 Kehampaan para single,
52 Mendadak Religius,
53 Sales Marketing??
54 Fors Automatic,
55 Harus Bedrest.
56 Sikap Manja Rahma,
57 Berpikir Tentang Masa Depan,
58 Senja Di Kampung Eropa.
59 Jangan Egois, Nak!
60 Menjenguk Rahma,
61 Rencana Dinner Romantis,
62 Mengeluarkan Keresahan,
63 Ruangan VVIP.
64 Pelepas Dahaga
65 Bersemu merah,
66 Segenggam Harapan,
67 Home Visite,
68 Keguguran.
69 Pertolongan dokter Richard,
70 Bunga Asmara,
71 Akhir Kisah Pelakor,
72 Malam Yang Damai,
73 Kartu Nama Meresahkan,
74 Rooftop,
75 Menemui Sudiro,
76 Permintaan Astuti
77 Pesta Kecil,
78 Akhirnya Dirga tahu,
79 Kebahagiaan Di Kala Senja
80 Pesta Ulang Tahun Yayuk
81 Rencana makan malam,
82 Dua keluarga bertemu,
83 Pernikahan Rahma
84 Pengantin Baru,
85 Pernikahan Dena
86 Sidang Perceraian
87 Pengukuhan Cinta
88 Pergi Ke Kanada(END)
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Permintaan Beatrice,
2
Jawaban yang sama,
3
Bertemu Dirga,
4
Meet up kaum sosialita,
5
Praduga Soraya,
6
Pembicaraan Ibu dan Anak
7
Tantangan dari Beatrice
8
Hanya sebuah mimpi,
9
Belum mendapat solusi,
10
Misi pengintaian,
11
Terong dan Tomat?
12
Lapak ikan hias,
13
Misi Astrid Selesai
14
Dena beraksi,
15
Kegagalan misi Dena
16
Buku spesial untuk Beatrice,
17
Takut Diabetes
18
Sikap anggun si Pelakor,
19
Kedamaian seorang ibu,
20
Bad Mood!
21
Kehangatan ibu dan anak,
22
Karena Reyhan baik,
23
Menemui Dirga,
24
Rayuan manja,
25
Pelakor Galau,
26
Kemarahan Soraya,
27
Petuah Mas Jambul
28
Sikap dingin Beatrice,
29
Bertengkar,
30
Rekaman di kala senja,
31
Berpikir dua kali,
32
Paella spesial,
33
Kehangatan keluarga,
34
Rencana Aborsi?
35
Cemburu,
36
Mual dan Muak!
37
Kuasa sang ratu lebah,
38
Sesi konseling,
39
Mabuk berat,
40
Alexandre Tobìas Forsberg,
41
Tempat yang berbeda,
42
Mpok Ijem yang meresahkan,
43
Mengurus Dokumen,
44
Spanyol,
45
Keresahan Dirga,
46
Pergi ke makam,
47
Keperdulian seorang Ibu,
48
Seorang Ibu yang terluka,
49
Menyambut kedatangan Agnez,
50
Keluh kesah istri pertama,
51
Kehampaan para single,
52
Mendadak Religius,
53
Sales Marketing??
54
Fors Automatic,
55
Harus Bedrest.
56
Sikap Manja Rahma,
57
Berpikir Tentang Masa Depan,
58
Senja Di Kampung Eropa.
59
Jangan Egois, Nak!
60
Menjenguk Rahma,
61
Rencana Dinner Romantis,
62
Mengeluarkan Keresahan,
63
Ruangan VVIP.
64
Pelepas Dahaga
65
Bersemu merah,
66
Segenggam Harapan,
67
Home Visite,
68
Keguguran.
69
Pertolongan dokter Richard,
70
Bunga Asmara,
71
Akhir Kisah Pelakor,
72
Malam Yang Damai,
73
Kartu Nama Meresahkan,
74
Rooftop,
75
Menemui Sudiro,
76
Permintaan Astuti
77
Pesta Kecil,
78
Akhirnya Dirga tahu,
79
Kebahagiaan Di Kala Senja
80
Pesta Ulang Tahun Yayuk
81
Rencana makan malam,
82
Dua keluarga bertemu,
83
Pernikahan Rahma
84
Pengantin Baru,
85
Pernikahan Dena
86
Sidang Perceraian
87
Pengukuhan Cinta
88
Pergi Ke Kanada(END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!