Meet up kaum sosialita,

Binar indah seketika terpancar dalam sorot mata Beatrice. Gadis manis berambut cokelat itu terlihat sangat bahagia. Senyuman lebar pun hadir dengan begitu saja, melenyapkan segala kegundahan dara berusia dua puluh dua tahun tersebut. "Sungguh, Dirga? Ayolah, katakan jika kamu ngga main-main," sikap manja putri semata wayang dari Soraya tersebut, selalu muncul tiap kali berdekatan dengan kekasihnya itu.

"Iya, aku serius. Seperti yang aku bilang tadi. Aku pasti akan membawa kamu ke pelaminan, tapi tidak dalam waktu dekat," jelas Dirga seraya melirik Beatrice dengan raut wajah yang tampak geli. Dia begitu gemas saat melihat ekspresi menggemaskan Beatrice saat merajuk lagi padanya, karena jawaban dia tadi. "Ya ampun. Rasanya aku ingin menggigit kamu, Bea," celetuk Dirga seraya mencubit pangkal hidung kekasihnya yang mancung, membuat Beatrice segera melotot sebagai tanda protes. Gadis itu memukul pelan lengan Dirga yang hanya terkekeh.

"Ya, sudah. Aku harus berangkat kerja dulu. Rencananya hari ini aku akan pulang lebih awal, soalnya ada tetangga yang minta aku jadi fotographer di pesta ulang tahun anaknya," ujar Dirga lagi seraya membetulkan tali ransel di atas pundak sebelah kanan.

"Lalu, keputusanmu?" tanya Beatrice lagi sebelum Dirga beranjak dari sana.

"Aku tadi sudah bilang sama kamu. Beri aku waktu. Lagian, kenapa tiba-tiba kamu ngajak nikah?" Dirga yang tadinya sudah akan pergi, kembali mengalihkan perhatiannya kepada gadis blasteran Indonesia-Spanyol itu.

"Memangnya kenapa? Apa harus ada alasan khusus bagi seseorang untuk memutuskan akan menikah muda atau tidak? Satu hal yang pasti, aku ngga mau terlihat tua saat nanti setelah punya anak. Jadi, menikah muda merupakan solusi paling tepat menurutku," Beatrice mengemukakan alasan yang teramat sederhana kepada Dirga, meskipun yang sebenarnya bukanlah karena hal itu. Namun, dia tidak berani untuk berkata seratus persen jujur terhadap sang kekasih.

"Ya ampun, Bea. Kamu pikir menikah dan punya anak segampang itu? Berumah tangga bukanlah hal yang main-main dan sederhana seperti nama warung makan, Sayang. Contohnya keluargaku sekarang. Siapa yang akan menyangka bahwa aku harus menjadi tulang punggung sejak lulus SMA," ucap Dirga tak habis pikir dengan keputusan kekasihnya itu.

"Lalu apa hubungan itu semua dengan menikah muda?" Beatrice menatap pria pujaan hatinya dengan lekat.

"Tidak ada," jawab Dirga dengan enteng, "maksudku adalah tidak segala hal bisa sejalan dengan apa yang kita pikirkan. Hari ini kamu beranggapan bahwa menikah kemudian memiliki anak adalah sebuah pengalaman luar biasa yang ... yang ... yang sangat-sangat luar biasa," Dirga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia merasa bingung harus menjelaskan bagaimana terhadap Beatrice.

"Begini saja. Selagi aku mempersiapkan segala sesuatunya, kamu juga mempersiapkan diri dengan baik. Belajar masak dan cari tahu bagaimana caranya membersihkan kerak dari wajan. Pahami dulu tugas dan kewajiban seorang istri terhadap suaminya. Setelah kamu benar-benar merasa yakin, mudah-mudahan aku juga sudah siap dengan segala perbekalan yang kita butuhkan di masa depan. Dengan begitu, aku juga bisa memenuhi kewajibanku yang merupakan hakmu," saran Dirga. Walaupun cara penyampaian dari pria itu terdengar seperti sebuah guyonan dan sangat ringan, tapi apa yang dia katakan merupakan sesuatu yang menjadi dasar sebuah ikatan dalam berumah tangga.

"Aku nggak tahu apa yang sedang kamu alami atau rasakan saat ini. Namun, aku yakin bahwa kamu tidak sedang baik-baik saja. Apakah benar begitu, Nona Manis?" Dirga memiringkan tubuhnya ke dekat Beatrice sembari menowel dagu gadis itu. Dia juga menggerak-gerakkan alisnya dengan konyol, sehingga membuat Beatrice kembali tersenyum.

"Idih, sudah berangkat sana! Kamu bisa terlambat jika terlalu lama pidato di sini," Beatrice mendorong tubuh Dirga agar menjauh darinya. Tanpa mengutarakan alasan yang sebenarnya, dia justru menyuruh Dirga agar segera pergi bekerja.

Bukannya marah setelah diusir oleh Beatrice, Dirga justru malah mengembangkan senyumnya. Dia tahu bahwa Beatrice memiliki alasan yang penting dari sekadar tidak ingin terlihat tua saat memiliki anak nanti. Akan tetapi, Dirga tidak mau memaksa gadis blasteran itu untuk mengatakan alasan yang sebenarnya.

"Hati-hati!" seru Beatrice dengan cukup nyaring, setelah Dirga pamit dan mulai berjalan menjauh darinya. Pria itu menoleh sesaat sambil tersenyum. Dia membungkukkan badan seraya melipat tangan di perut. Sesuatu yang sering dia lakukan di hadapan Beatrice, karena baginya gadis itu ibarat seorang putri raja.

...💠💠💠💠💠...

Sang raja siang sedang menampakkan keangkuhannya. Akan tetapi, semua itu tidak dihiraukan oleh Soraya. Ketika orang lain lebih memilih berlindung di dalam ruangan, janda berusia empat puluh lima tahun tersebut justru baru saja keluar dari mobil, setelah sang sopir menghentikan kendaraan mewah itu di halaman parkir salah satu cafè ternama ibu kota.

"Jangan cerewet, ini aku lagi menuju cafè," ujar Soraya saat menerima telepon dari Astrid. Dia mempercepat langkahnya agar segera tiba dan berkumpul bersama para sahabatnya.

Soraya mengela napas lega setelah berada di dalam cafè tersebut. Dia mempercepat langkah setelah melihat ketiga sahabatnya yang telah menunggu di meja sudut cafè tadi. Sesibuk apapun pekerjaan di perusahaan, jika ketiga sahabatnya sudah berkumpul maka Soraya pun tidak mau ketinggalan. Dia melempar semua pekerjaan kepada asisten pribadinya.

"Hallo, Orang-orang gak penting," sapa Soraya dengan tak acuh. Setelah itu, dia duduk di sebelah Astrid.

"Ck! Kamu yakin kalau kita orang-orang yang nggak penting?" protes Dena setelah meneguk minumannya.

"Tahu nih Janda. Meski aku dan yang lain termasuk orang nggak penting, nyatanya kamu tetap berteman dengan kita tuh," timpal Astrid.

Sementara Rahma hanya diam saja karena sibuk dengan gadgetnya. Seperti biasa, di saat siang begini, wanita simpanan itu harus melakukan tugasnya untuk memberi perhatian, kepada pria yang selama ini rutin memberikan uang belanja bernilai fantastis baginya.

Seperti biasa, pertemuan mereka bukanlah pertemuan penting. Mereka hanya sekadar makan siang bersama di sana, sambil membahas rencana bersenang-senang untuk nanti malam ataupun hari esok. Sesekali, mereka membahas barang-barang mewah keluaran terbaru atau paling tidak membahas masalah pria. Kalau sudah begitu, Dena lah yang paling malas untuk menanggapi. Pasalnya, wanita seumuran dengan Soraya itu enggan menjalin hubungan serius bersama pria manapun.

"Eh, tahu gak? Aku tuh gak habis pikir ya sama si Bea," keluh Soraya setelah teringat akan keinginan yang disampaikan oleh putrinya. Meskipun menganggap keinginan putrinya hanya sebuah khayalan konyol, tetapi semua itu tetap saja menjadi sebuah beban pikiran bagi Soraya. Dia bahkan merasa bingung harus menanggapi seperti apa keinginan putrinya. Karena itu, Soraya memilih mengabaikannya saja.

"Memangnya kenapa si Bea?" untuk kali ini, Rahma ikut menanggapi keluhan Soraya, meski dia tetap fokus pada gadgetnya. Rahma memang dikenal paling tenang di antara sahabat Soraya yang lain.

"Kenapa? Dia minta papa baru kah?" Astrid menanggapi dengan begitu semangat. Dia menatap Soraya dengan intens saat menunggu jawaban dari sahabatnya tersebut.

Soraya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sebelum mengutarakan apa yang ada di dalam benaknya. Dia tidak tahu harus memulai dari mana untuk bercerita tentang Beatrice. "Bea minta kawin!" Akhirnya Soraya mengatakan keresahan hatinya, yang sontak membuat ketiga wanita itu segera mengalihkan pandangan ke arahnya dengan mata terbelalak sempurna.

...🌹Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka🌹...

Terpopuler

Comments

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

lah apa hubungannya menikah dgn kerak wajan.
ist thor satu ini ada ada sajah

2022-10-04

1

lihat semua
Episodes
1 Permintaan Beatrice,
2 Jawaban yang sama,
3 Bertemu Dirga,
4 Meet up kaum sosialita,
5 Praduga Soraya,
6 Pembicaraan Ibu dan Anak
7 Tantangan dari Beatrice
8 Hanya sebuah mimpi,
9 Belum mendapat solusi,
10 Misi pengintaian,
11 Terong dan Tomat?
12 Lapak ikan hias,
13 Misi Astrid Selesai
14 Dena beraksi,
15 Kegagalan misi Dena
16 Buku spesial untuk Beatrice,
17 Takut Diabetes
18 Sikap anggun si Pelakor,
19 Kedamaian seorang ibu,
20 Bad Mood!
21 Kehangatan ibu dan anak,
22 Karena Reyhan baik,
23 Menemui Dirga,
24 Rayuan manja,
25 Pelakor Galau,
26 Kemarahan Soraya,
27 Petuah Mas Jambul
28 Sikap dingin Beatrice,
29 Bertengkar,
30 Rekaman di kala senja,
31 Berpikir dua kali,
32 Paella spesial,
33 Kehangatan keluarga,
34 Rencana Aborsi?
35 Cemburu,
36 Mual dan Muak!
37 Kuasa sang ratu lebah,
38 Sesi konseling,
39 Mabuk berat,
40 Alexandre Tobìas Forsberg,
41 Tempat yang berbeda,
42 Mpok Ijem yang meresahkan,
43 Mengurus Dokumen,
44 Spanyol,
45 Keresahan Dirga,
46 Pergi ke makam,
47 Keperdulian seorang Ibu,
48 Seorang Ibu yang terluka,
49 Menyambut kedatangan Agnez,
50 Keluh kesah istri pertama,
51 Kehampaan para single,
52 Mendadak Religius,
53 Sales Marketing??
54 Fors Automatic,
55 Harus Bedrest.
56 Sikap Manja Rahma,
57 Berpikir Tentang Masa Depan,
58 Senja Di Kampung Eropa.
59 Jangan Egois, Nak!
60 Menjenguk Rahma,
61 Rencana Dinner Romantis,
62 Mengeluarkan Keresahan,
63 Ruangan VVIP.
64 Pelepas Dahaga
65 Bersemu merah,
66 Segenggam Harapan,
67 Home Visite,
68 Keguguran.
69 Pertolongan dokter Richard,
70 Bunga Asmara,
71 Akhir Kisah Pelakor,
72 Malam Yang Damai,
73 Kartu Nama Meresahkan,
74 Rooftop,
75 Menemui Sudiro,
76 Permintaan Astuti
77 Pesta Kecil,
78 Akhirnya Dirga tahu,
79 Kebahagiaan Di Kala Senja
80 Pesta Ulang Tahun Yayuk
81 Rencana makan malam,
82 Dua keluarga bertemu,
83 Pernikahan Rahma
84 Pengantin Baru,
85 Pernikahan Dena
86 Sidang Perceraian
87 Pengukuhan Cinta
88 Pergi Ke Kanada(END)
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Permintaan Beatrice,
2
Jawaban yang sama,
3
Bertemu Dirga,
4
Meet up kaum sosialita,
5
Praduga Soraya,
6
Pembicaraan Ibu dan Anak
7
Tantangan dari Beatrice
8
Hanya sebuah mimpi,
9
Belum mendapat solusi,
10
Misi pengintaian,
11
Terong dan Tomat?
12
Lapak ikan hias,
13
Misi Astrid Selesai
14
Dena beraksi,
15
Kegagalan misi Dena
16
Buku spesial untuk Beatrice,
17
Takut Diabetes
18
Sikap anggun si Pelakor,
19
Kedamaian seorang ibu,
20
Bad Mood!
21
Kehangatan ibu dan anak,
22
Karena Reyhan baik,
23
Menemui Dirga,
24
Rayuan manja,
25
Pelakor Galau,
26
Kemarahan Soraya,
27
Petuah Mas Jambul
28
Sikap dingin Beatrice,
29
Bertengkar,
30
Rekaman di kala senja,
31
Berpikir dua kali,
32
Paella spesial,
33
Kehangatan keluarga,
34
Rencana Aborsi?
35
Cemburu,
36
Mual dan Muak!
37
Kuasa sang ratu lebah,
38
Sesi konseling,
39
Mabuk berat,
40
Alexandre Tobìas Forsberg,
41
Tempat yang berbeda,
42
Mpok Ijem yang meresahkan,
43
Mengurus Dokumen,
44
Spanyol,
45
Keresahan Dirga,
46
Pergi ke makam,
47
Keperdulian seorang Ibu,
48
Seorang Ibu yang terluka,
49
Menyambut kedatangan Agnez,
50
Keluh kesah istri pertama,
51
Kehampaan para single,
52
Mendadak Religius,
53
Sales Marketing??
54
Fors Automatic,
55
Harus Bedrest.
56
Sikap Manja Rahma,
57
Berpikir Tentang Masa Depan,
58
Senja Di Kampung Eropa.
59
Jangan Egois, Nak!
60
Menjenguk Rahma,
61
Rencana Dinner Romantis,
62
Mengeluarkan Keresahan,
63
Ruangan VVIP.
64
Pelepas Dahaga
65
Bersemu merah,
66
Segenggam Harapan,
67
Home Visite,
68
Keguguran.
69
Pertolongan dokter Richard,
70
Bunga Asmara,
71
Akhir Kisah Pelakor,
72
Malam Yang Damai,
73
Kartu Nama Meresahkan,
74
Rooftop,
75
Menemui Sudiro,
76
Permintaan Astuti
77
Pesta Kecil,
78
Akhirnya Dirga tahu,
79
Kebahagiaan Di Kala Senja
80
Pesta Ulang Tahun Yayuk
81
Rencana makan malam,
82
Dua keluarga bertemu,
83
Pernikahan Rahma
84
Pengantin Baru,
85
Pernikahan Dena
86
Sidang Perceraian
87
Pengukuhan Cinta
88
Pergi Ke Kanada(END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!