Dena beraksi,

Dirga hari siang ini kerja di cafe. Ini menjadi urusan kalian @perawan tua @janda kaya.

Dena berdecak kesal setelah membaca pesan yang disampikan Astrid di dalam group chat tadi. Sepertinya, siang itu gadis bukan perawan tersebut harus melaksanakan misi yang sudah direncanakan sebelumnya. Dena membuang napasnya kasar saat membayangkan betapa berat tugas yang diberikan Astrid kepadanya.

"OMG! Gimana aku bisa menggoda pria muda seperti itu! Ah sial!" Dena memijat pelipisnya karena sampai saat itu, dia belum menemukan cara untuk menggoda Dirga. "Lebih baik aku pergi bersama Soraya saja. Gak kuat kalau harus berada di sana sendiri." Dena mengetik pesan pribadi kepada Soraya untuk membuat janji bertemu di tempat Dirga bekerja.

Pemilik perusahaan travel itu segera bersiap setelah melihat balasan pesan dari Soraya. Dia harus tampil cantik dan memesona, agar dapat memancing mangsa dan membuatnya mudah terjebak dalam godaan yang dia lancarkan. Padahal, Dena sendiri tidak tahu, apakah dirinya termasuk dalam jajaran wanita idaman Dirga atau bukan.

Persiapan yang Dena lakukan membutuhkan waktu selama lebih dari satu jam. Beberapa saat kemudian, lajang bukan perawan itu sudah siap berangkat menjalankan misi dengan ditemani oleh Soraya. Midi dress tanpa lengan bermotif sakura melekat di tubuh indah gadis bukan perawan tersebut. Rambut cokelatnya sengaja digerai. Penampilannya siang itu terlihat anggun dan elegan. Apalagi, setelah dia memakai heels mahal yang baru saja dibeli dari Paris.

Siang itu, Dena memutuskan untuk pergi tanpa diantar oleh sopir. Mobil sport warna merah yang ada di garasi, menjadi pilihannya untuk kali ini. Tanpa menunggu lebih lama lagi, mobil itu pun mulai keluar dari halaman rumah megah peninggalan kedua orang tuanya.

"Padahal masih jam sepuluh pagi, tapi cuacanya panas banget kek omongan si pelakor!" gerutu Dena sambil memakai kaca mata hitam. Tentu sebutan pelakor tertuju kepada Rahma.

Jalanan kota cukup lenggang di waktu seperti itu. Hal demikian membuat Dena semakin menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di cafe, karena sepertinya janda satu anak alias Soraya sudah berada di sana terlebih dahulu. Setelah berkendara selama beberapa puluh menit, pada akhirnya Dena sampai di cafe.

"Duh! Berat banget rasanya masuk ke dalam,"' keluh Dena setelah keluar dari mobil tanpa melepas kaca mata branded yang bertengger di hidung mancungnya.

Suara derap langkah heels yang dipakai Dena terdengar di dalam cafe tersebut. Soraya segera mengalihkan pandangannya dari layar ponsel menuju arah pintu masuk. Kedua sudut bibirnya tertarik ke dalam setelah melihat wanita yang sedang berjalan ke arahnya.

"Hai, Den. Anda terlihat sangat menawan siang ini," puji Soraya dengan diiringi senyum yang manis.

"Ya. Memang aku menawan. Harus diakui itu!" Dena membanggakan dirinya. Kali ini dia memilih untuk menaikkan kaca mata hitamnya. Kaca mata hitam itu bertengger di kepala hingga menyibak helaian rambutnya.

"Sebaiknya kamu pesan minum sendiri. Tuh targetmu sedang berkutat dengan mesin-mesin pembuat kopi," tunjuk Soraya setelah menatap Dirga yang sedang sibuk di balik Coffe bar.

"Aiih! Tidak bisakah aku duduk manis sambil bernapas terlebih dahulu! Ayolah, tugas ini terlalu ekstrim bagiku, Aya!" protes Dena dengan wajah yang tertekuk.

"Bagaimana kalau setelah ini dia pulang? Sia-sia kan kita berada di sini? Kalau si peternak madu sampai bertanya tentang laporanmu bagaimana? Bisa dicaci maki kau!" Soraya mencoba untuk memprovokasi Dena agar segera melaksanakan tugasnya, karena dia sangat penasaran seperti apa sosok pria yang menjadi kekasih putrinya.

"Ck! Kalian sama saja!" Dena berdecak kesal setelah mendengar penuturan Soraya.

Tanpa banyak bicara lagi, Dena segera beranjak dari tempatnya. Dia mulai merancang cara berkenalan yang elegan dengan pria yang terpaut jauh darinya. Setelah sampai di depan coffe bar, Dena segera duduk dengan anggun di kursi tanpa sandaran.

"Hallo, Mas Dek," sapa Dena seraya menatap Dirga dengan tatapan mata penuh arti. "Aku mau pesan minuman." Dena tak mengalihkan perhatiannya dari wajah manis Dirga yang terlihat ramah.

"Kakak ingin minuman apa?" tawar Dirga sopan.

"Apa yang paling direkomendasikan di sini?" tanya Dena lagi berpura-pura bahwa dirinya adalah pelanggan baru di cafè tersebut.

"Ada beberapa yang bisa saya rekomendasikan untuk Kakak. Tentu saja yang termasuk best seller di sini. Contohnya ya seperti Americano, Latte, Cortado, Galào ...."

"Ah, ya! Aku pesan Espresso Macchiato saja. Kopi favoritku. Aku suka Italia. Cowoknya cakep-cakep di sana," potong Dena dengan segera.

Dirga tertegun sejenak sambil melongo. "Oh, baiklah," sahutnya kemudian seraya mengangguk sopan. Pria itu juga tersenyum manis kepada Dena yang masih saja berdiri di meja pemesanan. "Kakak silakan bayar dulu, nanti saya antarkan pesanannya ke meja Kakak," Dirga mengarahkan tangan ke arah meja kasir. Di sana ada seorang pemuda lain yang bertugas sebagai penunggu mesin kasir.

"Oh, ya tentu," Dena yang merasa kikuk, segera saja membayar pesanan tadi. Namun, bukannya duduk di meja yang sudah dia pilih, Dena justru malah kembali ke meja pemesanan. Dia berdiri sambil memperhatikan Dirga yang tengah meracik kopi pesanannya.

Merasa risih, Dirga pun sesekali menoleh kepada Dena yang ternyata tengah memandangi dirinya. Namun, Dirga berusaha untuk kembali fokus pada pekerjaan yang sedang dia lakukan. Akan tetapi, dia yang merasa terusik dengan keberadaan Dena yang seakan menjadi mandor, akhirnya menegur lajang empat puluh lima tahun tersebut.

"Kakak, silakan kembali saja ke meja saja. Biar pesanannya saya yang antar," ujar Dirga mengingatkan lagi, masih dengan sikap dan gaya bicaranya yang santun.

"Ngga mau ah. Aku mau di sini saja," tolak Dena dengan enteng. "Memangnya kenapa kalau aku tetap di sini? Jangan bilang jika kamu jadi hilang konsentrasi karena terpesona olehku," celoteh wanita itu penuh percaya diri.

Dirga tetap memasang senyuman ramahnya. "Bukan begitu, Kakak. Saya tidak biasa dimandorin seperti ini. Kakak tenang saja, karena kopi punya kakak ngga akan saya campurin sianida, kok. Jadi, Kakak ngga perlu takut," jelas pria dua puluh lima tahun itu dengan sopan dan diselingi sedikit candaan.

"Aih, jangan campur sianida dong," balas Dena genit. "Gimana kalau campur cinta dan kasih sayang saja?" Dena melirik sejenak pada pemuda lain di meja kasir. Dia lalu mencondongkan tubuhnya hingga sedikit mendekat kepada Dirga. Lajang berusia empat puluh lima tahun tersebut berkata dengan setengah berbisik. "Eh, Mas Dek," panggilnya, sehingga Dirga kembali menghentikan pekerjaan kemudian menoleh. "Aku punya banyak uang. Kalau kamu mau, kita bisa jalan-jalan ke luar kota, luar pulau, luar negeri, atau luar angkasa jika perlu," tawar Dena yang mulai melancarkan aksinya. "Tenang saja, semua biaya aku yang tanggung," ujarnya sombong.

Seketika Dirga mengernyitkan keningnya sambil menatap heran kepada wanita cantik tapi jauh lebih tua darinya itu. "Maaf, Tante. Saya sudah punya pacar dan kami akan segera menikah," tolak Dirga dengan halus dan sopan. Panggilan kakak pun berubah menjadi tante, setelah tahu bahwa Dena merupakan salah satu dari deretan tante girang yang hidup dan menjamur dengan subur di ibu kota. Dia pun segera melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena ulah iseng Dena.

🌹TBC🌹

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Dasar tante Dena 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-11-15

0

🎤ImaEdg🎧

🎤ImaEdg🎧

dasar Tante girang, genit amat... langsung saja berubah haluan jadi Tante 😂🤣🤣

2022-10-16

0

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

is is is.... si tante genit, gimana tan... rayuan pulau kelapa nya gk mempan tuh 😆😆😆

2022-10-15

0

lihat semua
Episodes
1 Permintaan Beatrice,
2 Jawaban yang sama,
3 Bertemu Dirga,
4 Meet up kaum sosialita,
5 Praduga Soraya,
6 Pembicaraan Ibu dan Anak
7 Tantangan dari Beatrice
8 Hanya sebuah mimpi,
9 Belum mendapat solusi,
10 Misi pengintaian,
11 Terong dan Tomat?
12 Lapak ikan hias,
13 Misi Astrid Selesai
14 Dena beraksi,
15 Kegagalan misi Dena
16 Buku spesial untuk Beatrice,
17 Takut Diabetes
18 Sikap anggun si Pelakor,
19 Kedamaian seorang ibu,
20 Bad Mood!
21 Kehangatan ibu dan anak,
22 Karena Reyhan baik,
23 Menemui Dirga,
24 Rayuan manja,
25 Pelakor Galau,
26 Kemarahan Soraya,
27 Petuah Mas Jambul
28 Sikap dingin Beatrice,
29 Bertengkar,
30 Rekaman di kala senja,
31 Berpikir dua kali,
32 Paella spesial,
33 Kehangatan keluarga,
34 Rencana Aborsi?
35 Cemburu,
36 Mual dan Muak!
37 Kuasa sang ratu lebah,
38 Sesi konseling,
39 Mabuk berat,
40 Alexandre Tobìas Forsberg,
41 Tempat yang berbeda,
42 Mpok Ijem yang meresahkan,
43 Mengurus Dokumen,
44 Spanyol,
45 Keresahan Dirga,
46 Pergi ke makam,
47 Keperdulian seorang Ibu,
48 Seorang Ibu yang terluka,
49 Menyambut kedatangan Agnez,
50 Keluh kesah istri pertama,
51 Kehampaan para single,
52 Mendadak Religius,
53 Sales Marketing??
54 Fors Automatic,
55 Harus Bedrest.
56 Sikap Manja Rahma,
57 Berpikir Tentang Masa Depan,
58 Senja Di Kampung Eropa.
59 Jangan Egois, Nak!
60 Menjenguk Rahma,
61 Rencana Dinner Romantis,
62 Mengeluarkan Keresahan,
63 Ruangan VVIP.
64 Pelepas Dahaga
65 Bersemu merah,
66 Segenggam Harapan,
67 Home Visite,
68 Keguguran.
69 Pertolongan dokter Richard,
70 Bunga Asmara,
71 Akhir Kisah Pelakor,
72 Malam Yang Damai,
73 Kartu Nama Meresahkan,
74 Rooftop,
75 Menemui Sudiro,
76 Permintaan Astuti
77 Pesta Kecil,
78 Akhirnya Dirga tahu,
79 Kebahagiaan Di Kala Senja
80 Pesta Ulang Tahun Yayuk
81 Rencana makan malam,
82 Dua keluarga bertemu,
83 Pernikahan Rahma
84 Pengantin Baru,
85 Pernikahan Dena
86 Sidang Perceraian
87 Pengukuhan Cinta
88 Pergi Ke Kanada(END)
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Permintaan Beatrice,
2
Jawaban yang sama,
3
Bertemu Dirga,
4
Meet up kaum sosialita,
5
Praduga Soraya,
6
Pembicaraan Ibu dan Anak
7
Tantangan dari Beatrice
8
Hanya sebuah mimpi,
9
Belum mendapat solusi,
10
Misi pengintaian,
11
Terong dan Tomat?
12
Lapak ikan hias,
13
Misi Astrid Selesai
14
Dena beraksi,
15
Kegagalan misi Dena
16
Buku spesial untuk Beatrice,
17
Takut Diabetes
18
Sikap anggun si Pelakor,
19
Kedamaian seorang ibu,
20
Bad Mood!
21
Kehangatan ibu dan anak,
22
Karena Reyhan baik,
23
Menemui Dirga,
24
Rayuan manja,
25
Pelakor Galau,
26
Kemarahan Soraya,
27
Petuah Mas Jambul
28
Sikap dingin Beatrice,
29
Bertengkar,
30
Rekaman di kala senja,
31
Berpikir dua kali,
32
Paella spesial,
33
Kehangatan keluarga,
34
Rencana Aborsi?
35
Cemburu,
36
Mual dan Muak!
37
Kuasa sang ratu lebah,
38
Sesi konseling,
39
Mabuk berat,
40
Alexandre Tobìas Forsberg,
41
Tempat yang berbeda,
42
Mpok Ijem yang meresahkan,
43
Mengurus Dokumen,
44
Spanyol,
45
Keresahan Dirga,
46
Pergi ke makam,
47
Keperdulian seorang Ibu,
48
Seorang Ibu yang terluka,
49
Menyambut kedatangan Agnez,
50
Keluh kesah istri pertama,
51
Kehampaan para single,
52
Mendadak Religius,
53
Sales Marketing??
54
Fors Automatic,
55
Harus Bedrest.
56
Sikap Manja Rahma,
57
Berpikir Tentang Masa Depan,
58
Senja Di Kampung Eropa.
59
Jangan Egois, Nak!
60
Menjenguk Rahma,
61
Rencana Dinner Romantis,
62
Mengeluarkan Keresahan,
63
Ruangan VVIP.
64
Pelepas Dahaga
65
Bersemu merah,
66
Segenggam Harapan,
67
Home Visite,
68
Keguguran.
69
Pertolongan dokter Richard,
70
Bunga Asmara,
71
Akhir Kisah Pelakor,
72
Malam Yang Damai,
73
Kartu Nama Meresahkan,
74
Rooftop,
75
Menemui Sudiro,
76
Permintaan Astuti
77
Pesta Kecil,
78
Akhirnya Dirga tahu,
79
Kebahagiaan Di Kala Senja
80
Pesta Ulang Tahun Yayuk
81
Rencana makan malam,
82
Dua keluarga bertemu,
83
Pernikahan Rahma
84
Pengantin Baru,
85
Pernikahan Dena
86
Sidang Perceraian
87
Pengukuhan Cinta
88
Pergi Ke Kanada(END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!