Setelah melakukan pertarungan batin semalaman. Sora memutuskan kembali ke kota melanjutkan hidupnya. Dia berharap penolakannya kemarin mampu menyadarkan Ryan untuk tidak lagi mengejar-ngejar dirinya.
Sora menarik napas dalam-dalam, ia hanya ingin semua kembali normal sebagai mana mestinya.
"Kau yakin akan kembali hari ini, Nak?" tanya Maria, membantu mengemas barang bawaan Sora.
"Aku tidak sampai hati, meninggalkan murid-muridku, Bu."
"Jika kau masih ingin menenangkan diri, kau bisa tinggal untuk beberapa hari lagi, Sora."
Sora mengulas senyum. Ia menatap wajah ibunya lalu mengusap pundak wanita yang telah melahirkannya itu.
"Aku baik-baik saja, Bu. Ibu tak perlu khawatir."
Mungkin ini terdengar seperti kalimat template. Dia hanya ingin membuat ibunya berhenti memikirkan keadaannya.
"Kalau begitu, ibu tidak bisa mencegahmu. Kau jaga diri baik-baik."
"Tentu."
~o0o~
Siang itu juga Sora kembali dengan menaiki kereta menuju pusat kota Western. Perjalanan hanya membutuhkan waktu kurang dari tiga jam.
Sora baru ingat, selama dia pulang. Ponselnya ia matikan, untuk mengantisipasi Ryan jika pemuda itu terus menerus menghubungi dirinya.
Ponsel itu menyala, serentak ratusan notifikasi pesan dan panggilan masuk bersautan satu persatu. Pesan dari Ryan dan Gaby. Tapi di sini, Ryan-lah yang paling sering menghubungi dirinya. Satu persatu dia mendengarkan voice note yang dikirim oleh Ryan.
Sora kau di mana?
Sora aku merindukanmu
Sora kembalilah padaku
Sora aku membutuhkanmu
Sora aku akan menyusulmu
Satu persatu Sora mendengarkan pesan suara dari muridnya sendiri. Tanpa terasa air matanya menguar dan hampir saja menetes. Namun, dengan sigap Sora mengusap dengan tisu yang ia genggam sejak tadi.
Apakah Ryan sebegitu mencintainya? Tapi mana ada anak seumuran dia bisa mencintai lawan jenis dengan cara yang tulus? Bukankah seumuran Ryan masih senang bermain-main?
Pertanyaan-pertanyaan itu dengan sendirinya berkecamuk di dalam pikiran gadis itu.
Saat Sora sedang tenggelam di dalam kesedihannya. Dia dikagetkan dengan dering ponsel yang menandakan ada panggilan masuk. Nama Gaby terlihat di layar, membuat Sora kembali menarik napas untuk persiapan menjawab telepon teman sejawatnya itu.
"Halo?" Suara Gaby tampak begitu khawatir. "Syukurlah, Sora. Kau menjawab panggilanmu. Kau ke mana saja?"
"Aku pulang ke rumah, aku rindu pada ibuku."
Gaby menghela napas panjang. "Sora... Kau tahu? Ryan berulah, dia kembali menjadi anak yang tidak bisa diatur. Kau harus segera kembali! Karena hanya kau yang bisa menjinakkan anak nakal itu."
Bukannya menjawab kata-kata Gaby. Sora malah terdiam membisu.
"Halo, Sora... Apakah kau masih di sana?"
"Ah... Ya, maaf... Aku melamun. Ini aku perjalanan kembali."
"Syukurlah! Kalau begitu setelah kau sampai di sini. Bisakah kita bertemu? Aku akan menuju ke rumahmu, jika kau mau. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."
"Baiklah, aku tunggu."
Sora mengakhiri panggilannya dengan menutup telepon dari Gaby. Sepanjang perjalanan, dia terus memikirkan ucapan Gaby yang memberi kabar jika Ryan kembali berulah, apakah itu karena penolakannya? Apakah Ryan mengekspresikan kemarahannya dengan cara seperti itu?
~o0o~
Stasiun pusat kota, Sora mengedarkan pandangannya ke segala arah, tiga hari yang lalu dia pergi meninggalkan kota ini, dan kini dia memutuskan untuk kembali, melawan segala masalah yang muncul sejak dirinya bekerja menjadi tenaga pengajar dan terlibat asmara terlarang dengan muridnya sendiri.
Sora menghentikan sebuah taksi untuk pulang ke rumah sewanya. Tak butuh waktu yang lama, ia telah sampai.
"Miss... Apakah Anda sedang sakit?" tanya si Sopir yang terlihat khawatir.
"Tidak, Tuan."
"Anda sangat pucat," imbuhnya lagi.
Sora hanya tersenyum dan berbalik badan masuk ke dalam rumah sewa yang memang terdiri dari empat lantai, dan kebetulan Sora tinggal di lantai tiga. Karena sewanya sangat murah, jadi tempat ini hanya di sediakan tangga, bukannya lift.
Saat Sora telah sampai ke lantai tiga, tiba-tiba ia melihat Gaby sudah ada di ruang tamu yang memang tersedia di tempat ini. Sofa yang Gaby duduki biasanya dipakai oleh para tetangga Sora yang memang tidak ingin menerima tamu ke kamar pribadi mereka.
"Sora!" Begitu melihat kedatangan Sora, Gaby langsung berdiri dan melambaikan tangan.
"Ayo ke kamar!" ajak Sora, Gaby mengikuti gadis itu dari belakang.
"Kenapa tiba-tiba kau pulang, dan kenapa tiba-tiba Ryan kembali berulah?" tanyanya, sesaat setelah masuk ke kamar Sora dan merebahkan tubuhnya ke kasur.
"Aku menolak Ryan, agar dia tidak lagi mendekatiku." Sora hanya menjawab seadanya.
"Pantas saja ... Dia patah hati rupanya," jawab Gaby sembarangan.
"Aku tidur dengan, Ryan."
Ucapan Sora membuat Gaby terhenyak dan bahkan membelalakkan mata. Hingga gadis itu mengangkat tubuhnya ke posisi duduk.
"Kau sudah tidak waras, Sora! Kau dalam masalah besar!"
"Aku tahu, dan aku sudah mengakhiri hubungan kami. Semoga saja Ryan menerimanya."
Soraya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yunia Afida
visualnya keren
2023-11-11
0
qian maulana
foto miss sora cocok
Trnyta miss sora terbuka sekali dg gaby
2022-12-05
0
🐊PREDATOR POTEK Kᵝ⃟ᴸ
moga ryan ga patah hati yach 😒
2022-12-04
0