Waktu demi waktu berjalan begitu lambat. Kedekatan yang begitu intens dengan murid kurang ajarnya tidak membuat Sora nyaman. Terlebih lagi Ryan seolah ingin mendominasi keadaan dan ingin mengintimidasi Sora.
Meskipun pria di sampingnya ini sangat tampan. Tapi dia adalah muridnya. Suasana begitu sunyi saat Sora memerhatikan Ryan mengerjakan soal dengan pelan. Detak jam saja mempu terdengar di indera pendengaran Sora.
"Apakah kau terbiasa menulis dengan pelan seperti anak taman kanak-kanak?" Sora mulai tidak sabar dan meminta Ryan mengerjakan soal lebih cepat. "Kau tahu waktuku tak banyak, dan tentu bukan cuma untukmu, Ryan!"
Ryan menoleh, tatapannya seolah menghunus jantung Sora hingga membuatnya seolah menggelepar kepanasan. "Berapa harga waktumu, agar kau tetep bersamaku? Aku akan membelinya berapa pun itu," tegas Ryan. Lalu kembali menoleh ke arah bukunya.
Ingin rasanya Sora mendorong kepala anak kurang ajar ini. Namun, tentunya sebagai tenaga pengajar dia tidak boleh melakukan tindakan kasar atau tegas pada muridnya. Dia merasa menunggu Ryan di sini sangat menjengahkan. Padahal biasanya dirinya selalu menanti murid-murid selesai mengerjakan soal yang ia berikan. Masih segar diingatan Sora saat dia menjadi guru magang di sebuah Sekolah Menengah Atas, yang memiliki murid-murid pintar dan sopan pada gurunya. Awalnya dulu Sora ingin mengajar di sana ketika lulus sekolah. Tapi tawaran dari sekolah Aquilla high school yang terkenal sebagai sekolah prestisius di mana mencetak para orang-orang penting di negara ini. Bahkan dulu Presiden di negara ini pernah bersekolah di Aquilla high school yang memang terkenal paling favorit.
Tapi melihat Ryan dan teman-temannya membuat pikiran Sora terbalik. Sekolah itu taubahnya seperti sekolah rongsokan, luar biasa di nama. Namun, bobrok di dalamnya. Jika diibaratkan manusia, Aquilla high school adalah orang dewasa yang terlihat bugar, tapi ada beberapa penyakit yang siap menggerogotinya.
Lamunan Sora buyar kala Ryan menghentakkan bukunya di depan mata Sora, membuat gadis itu cukup tersentak.
Tangan Sora mengulur dan mengambil buku itu untuk mengeceknya satu persatu. Betapa terkejutnya Sora kala melihat hasil yang dikerjakan Ryan. Bagaimana cara murid badung ini mengerjakan tugasnya dengan begitu sempurna. Padahal Sora sudah membuatnya begitu rumit agar Ryan tidak bisa mengerjakannya.
"Kau?" Mata Sora mendelik melihat kenyataan di depan matanya. "Kalau kau bisa kenapa kau harus mempekerjakanku sebagai guru di sini!?" Sora mulai kesal.
"Memikat hatimu. Itu tujuanku."
"Ryan... Lebih baik kau fokus agar kau bisa mendapatkan nilai bagus, supaya orang tuamu bisa bangga."
"Aku tidak ingin membanggakan orang tuaku. Aku hanya menginginkanmu."
"Ryan! Tutup mulutmu! Kau ini masih seorang siswa yang baru beranjak dewasa! Jangan bersikap seolah kau sudah dewasa. Lebih baik kau rajin belajar!" anjur Sora dengan nada menggurui.
"Aku Ryan ... usiaku sembilan belas tahun. apakah kau tahu? Aku sudah pernah tidur dengan para siswi di sekolah. Tapi dengan seorang guru—belum," ungkap pria itu tanpa dosa.
"Ryan!" Tangan Sora sudah tidak bisa menerima lagi, gadis itu menampar pipi Ryan hingga muridnya itu terdiam sesaat. Sedetik kemudian Ryan tampak menyunggingkan senyum menyeringainya.
"Kau tahu, Sora. Di sini jika kau berteriak. Bisa dipastikan tidak akan ada yang mendengarkan dirimu. Aku bisa melakukan apa pun saat ini juga jika aku mau. " Suara maskulin yang menghipnotis Sora membuat gadis itu bergidik ngeri. Mata mereka saling bersirobok, Sora hanya bisa terdiam dan mencari sinar harap di netra Ryan adakah secuil belas kasih di matanya untuk melepaskan Sora.
Ryan mulai mendekat ke arah Sora, dan wanita itu semakin terpojok, dia tampak benar-benar ketakutan. Tubuhnya pun membeku, bibir Ryan makin mendekat ke arah bibirnya seolah ingin menyapu segala apa yang ada di diri Sora. Sebelum Ryan benar-benar menyekapnya Sora bergerak sekuat tenaga, merampas totebag-nya lalu lari ke arah pintu, beruntung tidak dikunci hingga Sora bisa lari keluar dan menjauh dari murid durjana itu.
Langkah Sora semakin cepat, dengan terus waspada menoleh ke belakang berharap Ryan tidak mengejarnya. Saat Sora akan sampai ke tangga menuju lantai satu. Tanpa sengaja Sora menabrak seorang wanita paruh baya cantik yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
Sora terjatuh, sementara wanita itu hanya terhuyung karena si kepala pelayan dengan sigap memegang tubuh wanita cantik itu dengan kuat.
"Siapa dia?!" hardik wanita itu penuh amarah, ia menatap Sora dengan tatapan luar biasa menyeramkan seolah ingin melahap Sora mentah-mentah.
"Maafkan saya, Nyonya. Saya belum sempat laporan. Tuan Muda ingin belajar tambahan dengan seorang guru. Dan Nona Soraya adalah guru Tuan Muda di sekolah." Si kepala pelayan menjelaskan dengan penuh rasa hormat dan takut pada wanita itu.
"Bodoh! Ryan tidak perlu belajar! Masa depannya sudah gemilang meski dia tidak pintar!" ucap wanita itu sombong.
Sora berdiri, ia menatap mata wanita itu penuh rasa ingin tahu. Saat ini dia sadar di mana rasa kurang ajar Ryan berasal. Sora meyakini wanita cantik dengan baju dan tas branded di depannya ini adalah ibunya Ryan, dan semua warisan perilaku Ryan berasal dari wanita ini.
"Maaf, Nyonya. Saya undur diri. Pekerjaan saya sudah selesai." Sora menundukkan kepala, berjalan menjauh dari nyonya pemilik rumah itu.
"Hati-hati di jalan!" ujar si kepala pelayan. Namun, Sora tidak mengindahkan itu semua. Dia hanya ingin segera pulang dari rumah neraka itu.
~•0•~
"Kau bisa pergi kali ini, Sora. Tapi tidak untuk lain kali." Ryan membelakangi pintu saat berkata seperti itu. Suara pintu terbuka membuat hati Ryan berbunga dan menganggap gurunya kembali lagi masuk ke ruangan belajarnya. "Sudah kuduga kau akan kembali?" ucap Ryan sombong.
"Tentu ibu akan kembali, karena aku sangat merindukanmu." Suara yang tidak asing untuk Ryan, dan berhasil membuat pemuda itu menoleh.
"Ibu?"
"Aku sangat merindukanmu, Ryan." Wanita yang telah melahirkan Ryan itu langsung memeluk anaknya dengan erat.
"Apakah urusan ibu sudah selesai?" tanya Ryan.
"Ya, tapi sayang satu jam lagi ibu harus berangkat ke negara Burgadi."
"Owh.... " Ryan hanya menanggapi dingin ucapan ibunya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Ass Yfa
twrnyata benar..Ryan kurang kasih sayang...sehingga kenakalannya tak tertandingi...moga aja Sora bisa melunakkkan jatinua dgn kasih sayangnya...
2022-12-26
0
qian maulana
emak ny ternyta songsong,jgn sombong km wahai emak2 yg egois,anak itu butuh ksh sayang,bukan hanya materi
2022-12-05
0
qian maulana
kadang salah nulis soya
knp g aya panggilannya
mbaca dgn nama sora agak blibet lidahq🤭
2022-12-05
0