Bagian 4 • Pikiran Panas

"Apa yang kau inginkan?" tanya Sora, napasnya memburu, karena ketakutan. Umurnya memang lebih tua. Namun, untuk ukuran tubuh, dia jauh di bawah Ryan.

Pemuda itu betul-betul mengintimidasi Sora. gadis itu menyadari ada sepasang mata gelap yang mengawasi setiap pergerakannya.

Gadis itu menelan ludahnya sendiri karena sangat ketakutan. Secara impulsif dia terus mundur ke belakang. Menjauh dari jangkauan sang murid.

"Ingat, Ryan! Aku adalah gurumu!" Sora masih terus berusaha menyadarkan Ryan, langkah gadis itu semakin terhenti ketika tubuhnya sampai di sebuah meja. Ia tidak tahu harus menghindar atau bagaimana. Karena Ryan tetap saja dengan ekspresi anehnya terus memukul mundur Sora.

Saat tiba-tiba tangan Ryan mengulur ke depan seolah ingin menyentuh gadis itu. Mata Sora terpejam, ia benar-benar tidak bisa membentengi diri karena di ruangan ini dirinya hanya berdua saja dengan Ryan. Badannya seketika menggigil akibat geleyar rasa takut yang menghujam dadanya.

Namun, anehnya setelah beberapa detik Ryan tidak melakukan sentuhan fisik pada Sora, yang membuat gadis itu langsung membuka mata. Di matanya Ryan hanya menatap dirinya dengan tatapan penuh cemooh seolah berhasil mempermainkan gurunya dengan sebuah pulpen di tangannya yang sengaja dia perlihatkan untuk sang guru.

"Kau sangat ingin aku sentuh?" ejeknya, ekspresinya benar-benar menyebalkan.

Sora terdiam lalu merapikan rambutnya yang tidak berantakan, dan pergi menjauh dari Ryan, untuk duduk di sofa.

"Pelajaran apa yang kau tidak tahu hari ini, Ryan?" tanya gadis itu. Mencoba mengendalikan diri dan seolah-olah tidak terjadi apa pun.

"Semuanya... Aku tidak mengerti semua pelajaran yang aku dapat, guru matematika—terutama."

Sora menelan ludahnya dengan kelu, kakinya masih bergetar hebat karena ketakutan yang tidak berdasarnya tadi. Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, dengan tegas Ryan meminta si pengetuk itu untuk masuk. Saat pintu terbuka. Sora melihat kepala pelayan tadi membawa senampan minuman dan camilan untuk Sora dan Ryan.

"Ah... Nona, maaf jika anak nakal ini tidak sopan. Aku terlalu memanjakannya." Mata Sora langsung menyambar wajah Ryan yang memang terlihat luar biasa memesona dirinya sebagai wanita biasa. "Aku dari kecil yang merawatnya. Ayah dan ibunya sibuk bekerja."

Sora hanya menanggapi dengan senyuman simpul, dan Sora bisa berspekulasi sekarang, dari mana datangnya rasa kurang ajar Ryan. Ternyata dia adalah anak yang kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya.

"Tuan Muda. Aku harap kau bisa berperilaku layaknya seorang murid di depan gurumu ini. Lagi pula kau yang telah memilih beliau untuk memberikan pelajaran tambahan, bukan?"

Sora membelalakkan mata tidak percaya. Jadi kedatangannya ke mari adalah sebuah konspirasi yang dibuat-buat oleh Ryan untuk mendatangkan dirinya.

Ryan hanya mengangguk dingin dengan mulut terkunci tidak ingin menanggapi apa pun yang diucapkan kepala pelayannya itu.

"Terima kasih, Madame." Sora tersenyum, walau rasa perih menghujam hatinya.

"Aku harap kau bisa menjinakkan anak ini, Nona. Aku sudah mulai kewalahan."

Mata Sora kembali melirik ke arah Ryan yang duduk dengan begitu gagah di kursi seberangnya.

"Saya akan berusaha," jawab Sora lagi.

Ryan menarik pinggir bibirnya menciptakan senyum ironi yang ia persembahkan khusus untuk meremehkan Sora.

"Aku akan kembali ke dapur." Si kepala pelayan itu memutar tubuhnya menjauh dan hilang di balik pintu.

Kini Sora kembali hanya berdua saja dengan Ryan. Dengan cekatan gadis itu membuka buku materi yang akan dia ajarkan untuk Ryan.

"Kau tidak mau duduk di sini?" tanya Sora mencoba mengintimidasi murid badungnya itu agar mau belajar.

"Kau yakin ingin aku mendekat? Aku bisa melakukan apa pun jika aku mau." Ryan menjawab santai.

"Tutup mulutmu, Ryan. Dan lebih baik kau bergegas untuk belajar!" dengus Sora.

Ryan menuruti apa yang diminta oleh Sora, dia mendekat dan duduk di sebelah gurunya itu. Dengan begitu sabar Sora mulai mengulang materi yang ia berikan di dalam kelas hari ini. Namun, bukannya memerhatikan pelajaran, Ryan malah memerhatikan wajah gurunya itu dengan seksama. Dia tidak pernah melihat bibir gadis yang begitu sempurna, bulu mata lentik, dan hidung mancung. Sora adalah gambaran gadis yang cantik luar biasa bak miss Universe yang sering melenggak-lenggok di atas panggung dengan pengetahuan yang luas.

"Ryan... Aku sungguh tidak nyaman kau melihat wajahku seperti itu!" protes Sora tanpa menoleh ke arah muridnya.

"Aku ingin mencium bibirmu," gumam Ryan tiba-tiba.

Menyadari ia dalam situasi bahaya, secara impulsif Sora sedikit menjauhkan tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan anak kurang ajar ini. Bahkan Sora mencoba membunuh pikiran-pikiran panas yang mencoba menguasai otaknya. Tidak bisa dipungkiri bagi Sora, Ryan adalah sosok lelaki mengagumkan, dia memang masih muda usianya baru sembilan belas tahun. Tapi Sora tidak bisa menyangkal jika Ryan memang tampan, di balik sikapnya yang kurang ajar.

"Ryan stop! Aku ini gurumu!" bentak Sora.

"Ya, aku tahu. Tapi... Apakah jika aku tertarik padamu itu tidak boleh?" ujarnya.

"Satu aku gurumu, yang kedua aku lebih tua darimu. Kau seharusnya menghormatiku!" anjur Sora dengan nada suara penuh penekanan.

"Tapi kalau aku ingin memilikimu? meski kau sudah tua?"

"Tidak waras! Lebih baik kau belajar, jika kau tertarik dengan wanita, seharusnya wanita itu seumuran denganmu, atau adik kelasmu. Bukan aku!"

"Dosakah aku jika aku ingin memilikimu?" Ryan terus menggoda Sora, yang membuat gadis itu menciptakan barikade benteng perlawanan, dengan menyilangkan kedua tangan ke dada.

"Ryan cukup!" Sora mencoba kembali menguasai keadaan.

"Ingat kita hanya berdua saja Sora. Di ruangan kedap suara ini hanya ada kau dan aku saja. Jika aku melakukan apa pun. Tidak akan yang ada dan bisa mendengar teriakanmu di luar sana."

"Stop! Kalau begitu aku akan mengundurkan diri sebagai guru pembimbingmu!" Sora akan beranjak berdiri sebelum Ryan melakukan sesuatu yang tidak-tidak.

Sigap, Ryan menarik tangan Sora dan membuat gadis itu terpelanting jatuh di pelukannya.

"Sempurna!" seru Ryan. Ia menghirup aroma tubuh Sora yang membuat dirinya senang. "Aroma tubuhmu aku suka, hingga aku ingin menikmatimu."

"Ryan! Tutup mulutmu!" Sora tidak menyangka di hari pertamanya kerja. Ia akan sesial ini. Menemukan murid yang luar biasa kurang ajar seperti Ryan.

Terpopuler

Comments

Mari Anah

Mari Anah

si ryan mnta d gibeng ky y neeeeyyy🤨🤨

2023-01-21

0

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

kurang ajar tapii.... mendebarkan 😁😁😁

2023-01-06

0

qian maulana

qian maulana

tampol ajah ryan pake teflon miss sora

2022-12-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!