Kepala Sora terasa pening memikirkan masalah pelik antara dirinya dan Ryan, belum lagi Bella yang bertingkah aneh menganggap dirinya sebagai musuh bebuyutan. Padahal dirinya sama sekali tidak berpikir hal yang sama saat Sora melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Bella bergelayut mesra di pundak Ryan.
Bel sekolah telah berdering, dan saatnya para siswa-siswi pulang ke rumah. Sora menatap langit dari dalam ruang kelas, menyaksikan pandangan awan yang mulai menghitam pertanda akan turun hujan.
"Sora... Kau belum mau pulang?" Suara Gaby membuyarkan lamunan Sora, membuat gadis itu secara impulsif reflek menoleh ke arah rekan sejawatnya itu.
"Nanti... Aku masih ingin di sini." Alih-alih mengajak Gaby untuk pulang bersama, Sora malah memilih untuk tetap tinggal, entah apa yang dia pikirkan. Padahal dirinya tidak membawa payung, bukankah seharusnya ia harus segera pulang?
Hingga benar-benar sepi, dan tersisa hanya penjaga sekolah yang tampak masuk ke dalam ruang guru dan membawa sapu di tangannya.
"Miss... Belum pulang?" tanya wanita paruh baya itu.
"Ah... Iya, saya masih ada pekerjaan, Madame." Sora menjawab pertanyaan si penjaga sekolah dengan suara yang teramat sopan.
"Sepertinya Anda sedang ada masalah?" tanya wanita itu lagi.
Sora menelan ludahnya sendiri, dan berpikir. Bagaimana ibu penjaga sekolah ini tahu.
"Apakah ini soal asmara?" cecarnya lagi.
Sora masih diam, dan hanya memerhatikan wajah wanita yang sudah tampak keriput di mana-mana. Apakah dia adalah seorang peramal?
"Dengarkan isi hatimu, jika kau tidak mendengarkannya. Maka penyesalan terdalam akan menghantui dirimu sepanjang kau hidup." Tiba-tiba seolah mengetahui dan bisa membaca pikiran Sora, si penjaga sekolah itu memberi wejangan padanya.
Sora hanya diam, dan bergegas menyambar tas yang ia letakkan di atas meja, untuk segera pulang.
"Madame... Saya pulang dulu." Sora tersenyum dan keluar ruangan.
Suasana sekolah sudah sangat sepi. Sora melewati lorong yang biasa ia lewati di mana tempat parkir mobil para siswa dan guru berada. Bukan karena Sora ingin keajaiban tiba-tiba Ryan datang. Akan tetapi karena jalan ini adalah yang paling dekat dengan pintu gerbang utama tanpa harus memutar. Namun, konsekuensinya lorong ini tampak sepi. Apalagi jam pulang sekolah telah usai.
Sialnya, tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya membuat Sora meruntuki nasibnya sendiri. Seharusnya Sora pulang sejak tadi, bukannya diam memikirkan hal-hal yang tidak penting.
Namun, saat Sora masih termangu menatap air yang jatuh dari langit, dia dikagetkan oleh sapaan seseorang yang membuatnya reflek menoleh.
"Kenapa kau baru muncul?"
"Ryan? Kau belum pulang?" tanya Sora dengan nada lirih tidak percaya.
"Aku menunggumu sejak tadi."
"Me... Menungguku? Untuk apa?"
Ryan menghela napas, lalu maju mendekat ke arah gurunya itu.
"Apakah kau tidak merasa cemburu? Apakah kau tidak marah melihatku bersama dengan Bella?" cecar Ryan. Dia benar-benar tidak habis pikir, apakah benar Sora tidak memiliki perasaan untuknya. Bahkan secuil pun, hingga tak ada rasa kehilangan dan cemburu melihat dirinya bersama wanita lain.
Sora hanya diam, dia menolak berkomentar apa pun. Meski dia ingin.
"Apakah kau mau kita benar-benar seperti ini? Menjadi orang asing? Itukah yang kau inginkan, Sora?" tanya Ryan dengan suara meninggi.
Sora masih membisu, dia sebenarnya ingin berteriak. Berkata pada dunia jika dia jatuh pada muridnya sendiri. Tapi dia tidak ingin disalahkan menjadi perusak masa depan Ryan. Itulah yang membuat Sora merasa marah dan mengecam dirinya sendiri karena punya perasaan terlarang ini.
"Baiklah Sora. Ini untuk yang terakhir, dan jawab pertanyaanku!" Ryan ingin menegaskan hubungan mereka berdua. "Apakah kau benar-benar ingin kita selesai?!"
Sora masih terdiam, dan tidak menjawab. Hingga kesabaran Ryan benar-benar diuji oleh wanita ini. "Baiklah Sora. Diammu sudah cukup membuatku paham, jika aku tidak berarti untukmu. Mulai saat ini akun tegaskan, tidak akan mengejar dirimu lagi!"
Ryan berbalik badan, dan melangkah menjauh dari Sora.
Air mata Sora jatuh, dadanya sesak. Dia tidak ingin tapi dia ingin. Ini benar-benar sulit untuknya. Dia tidak bisa berpikir jernih.
Tanpa berpikir lagi, Sora berlari mendekati Ryan yang tengah berjalan menjauh. Dia memeluk sang murid dari belakang.
"Aku tidak bisa kehilanganmu, aku mencintaimu, Ryan!" Kalimat sakral itu terucap juga dari bibir Sora. Gadis itu akan melawan dunia jika memang harus, asalkan dia bisa terus bersama Ryan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Triani
waduhhh...
2023-01-11
0
qian maulana
tp km lupa miss,siapa orangtua ryan
jgn dibutakan oleh cinta yg g selevel derajat
2022-12-06
0
🐊PREDATOR POTEK Kᵝ⃟ᴸ
dgn membuang rasa gengsimu, akhirnya luluh juga yach sora 😁
2022-12-04
0