"nisa, kau itu gadis yang tidak tau malu. Sebaiknya kau menjauh dari siska.” Ucap maya membela siska dan melempar tatapan tidak suka kearah nisa.
“menjauh katamu !, kamu pikir siapa yang nyamperin duluan, pikir pakek otak sebelum bicara jangan hanya cantik, tapi benar-benar tidak berguna.” Ucap nisa sedikit geram.
[ Enak saja ia bilang menjauhi siska, emang siapa yang ngedeketin dia, kurasa wewek gombel yang setara dengannya pun tidak akan sudi untuk mendekatinya.] batin nisa.
“benar itu, kamu memang gadis yang tidak punya rasa malu..” ungkap nia lagi.
Mendengar ucapan itu, nisa menutup bukunya dan kemudian berdiri dihadapan siska dan kedua anteknya itu. sementara nisa memutar bola matanya malas, niat hati datang keperpus untuk membaca, eh malah ketemu trio ubur-ubur.
“kalau begitu katakan! Mengapa kamu memandangku,saat kamu menceritakan kisah itu ?” ucap nisa dengan wajah datar dan juga dingin, ia melipat kedua tangannya di atas dadanya.
“ya.. karena memang orang itu adalah kamu!! Perempuan ganjen dan tak tau malu!! Sudah di tolak masih aja keket ingin dekat. Seharusnya kamu itu sadar diri, kamu itu tidak level dengannya!!” ucap siska dengan menggebu-gebu.
“lalu, siapa yang cocok dengannya?, kamu..?” ucap nisa dengan santai. Tanpa mengandung emosi didalamnya.
Semua orang terkejut mendengar respon nisa yang cukup berani menjawab kata-kata siska, apa lagi, sepertinya sifatnya sudah tidak sama dengan tempo hari.
biasanya sedikit saja di provokasi, ia akan menangis atau tidak ia akan histeris, namun sepertinya tidak berlaku saat ini. Melihat situasi yang kian memanas dedi pun angkat bicara dan melerai mereka.
“sudah-sudah, ini ruang perpustakaan tempat untuk belajar, bukan tempat untuk berdebat. Kalian berempat sebaiknya ikut saya ke ruangan OSIS.” dedi angkat bicara, ia tidak ingin masalah ini semakin larut dan menyebar.
Sebenarnya dedi juga ikut terkejut melihat respon dari nisa, karena biasanya ia akan melakukan hal di luar nalar jika ia sedikit sekali di provokasi, namun sepertinya ia benaran berubah. Sifatnya sama persis seperti saat ia menemuinya tadi pagi.
Dan yang bikin heran, seharusnya ia senang karna nisa sudah tidak menempeli nya seperti permen karet lagi dan juga menganggu aktivitasnya yang membuat ia rishi.
Tapi dalam hatinya ada rasa takut, entah itu takut karena apa, ia juga tidak mengerti. Nisa pun kini beralih menatap dedi, siketos yang pernah di incar-incar oleh sang pemilik tubuh yang asli, namun sekarang pemilik aslinya sudah di non aktifkan.
“tidak perlu,! dan aku tidak akan mengikuti mu.! Sebaiknya kau nasehati perempuan yang sok tau ini, untuk tidak ikut campur urusan orang lain, karena ini sudah menyangkut masalah pribadi seseorang. Dan kamu, tidak sepantasnya kamu menjach orang lain dengan sudut pandang kamu sendiri. Kamu seorang perempuan bukan..? jadi, pahamkan itu untuk dirimu sendiri.” Ucap nisa dengan datar dan meninggalkan tempat itu.
ia sama sekali tidak mengindahkan ajakan ketua OSIS itu untuk mengikutinya keruangan OSIS. Dan tentu saja, yang hadir disana cukup terkejut dengan sikap dan ketegasan nisa. selepas kepergian nisa, dedi kembali melihat kearah siska dan teman-temannya.
“kalian bertiga ikut saya, dan jalani hukuman kalian..” ucap dedi dengan datar. Siska berkilah.
“ngak bisa gitu donk kak, nisa aja ngak dapat hukuman, kenapa kita malah dapat hukuman.” Bantah siska.
“itu beda. Kalian taukan bahwa kalian yang mulai mencari masalah duluan. Kamu juga teriak-teriak seperti kesetanan. Kalau kamu tidak ingin dapat masalah, jangan cari masalah. Ngak ada penolakan, kalian ikut saya sekarang..!!” ucap dedi dengan ekspresi datar.
Dedi pun meninggalkan perpustakaan di ikuti oleh ketiga cewek itu. sesampainya di ruang OSIS. Dedi memasukan kasus mereka ke buku kasus dan langsung di suruh untuk membersihkan wc sekolah. Ketiganya, mau tidak mau pun harus melaksanakan hukuman itu, kalau tidak akan berurusan dengan guru Pembina OSIS.
selepas kepergian nisa dari sana,Tak lama, waktu istirahat pun berakhir, semua siswa dan siswi kembali keruangan masing-masing. Nisa pun sudah tidak ambil pusing lagi mengenai hal yang terjadi tadi.
Setelah mengikuti jam terakhir, mereka pun akhirnya pulang. Dan seperti biasa nisa dan kawan-kawan yang searah dengannya pulang dengan berjalan kaki.
***
Sepulang sekolah, terlihat dedi dan beserta kawan-kawannya yang lain menyempatkan diri menongkrong di salah satu rumah makan yag ada di dekat sekolah mereka. Tiba-tiba mereka melihat nisa dan ros lewat, mereka sedang pulang bersama dengan berjalan kaki.
“ded, sepertinya penggemar antic kamu sudah tidak ada. Bukankah sekarang, ia sudah menjelma sebagai gadis yang dingin. Huh sayang sekli. Padahal kalau di lihat-lihat, nisa cukup cantik juga.” Canda jekson. Namun dedi tidak menaggapi candaan jekson.
“tapi ded, kamu merasa ada yang kurang ngak, saat nisa tidak menempeli kamu lagi..?” Tanya hamdan lagi.
“ngak, biasa saja..” ucapnya dengan acuh tak acuh. Sebenarnya, dedi memang merasa seolah ada yang kurang ketika nisa sudah tidak mengejarnya lagi. Namun ia tidak mau ambil pusing, ia berpikir, lama-lama juga akan terbiasa.
“tapi ya. Kalau menurut aku. Sekarang itu, nisa terlihat sangat mempersona, seolah ada maknet yng menariku mendekat. Aku akan mencoba mendekatinya, sepertinya aku jatuh cinta padanya.” Timpal Hengki. Dedi mengalihkan pandangannya pada henngki.
“ngak usah basa-basi kamu ki. Jangan mempermainkan hati perempuan, kamu itu playboy.”ucap dedi ketus. Mereka saling melirk satu sama lain mendengar ucapan ketus dedi.
“lah…kenapa jadi marah ded, kamu kan ngak ada hubungan apa-apa sama dia. Jadi biarkan saja hengki mendekatinya..” ucap jekson.
Namun sudah tidak di tanggapi olehnya. Entah kenapa perasaan dedi tidak nyaman ketika mendengar hengki ingi mendekati nisa, ada perasaa tidak rela dalam hatinya.
***
Setelah nisa sampai rumah, ia tidak mengulang kebiasaan itu lagi. Ia mengganti bajunya dan makan siang, seperti biasa. Ia makan siang dengan apa adanya, kadang kala ada lauk, kadang juga harus makan pakek gula, dan anehnya nisa tidak merasa rishi dengan makanan ini, namun ia malah menikmatinya.
setiap nisa pulang, rumah dalam keadaan sepi. karena kedua orang tua nisa pastinya sedang pergi berladanga. Setelan kegiatan makannya selesai, nisa keluar dan duduk di teras rumah, sambil memikirkan sesuatu. Ia mengedarkan pandangannya di sudut-sudut pekarangan rumahnya.
[ apa yang harus aku lakukan disini. Tidak mungkin aku berdiam diri terus kan ?Sepertinya aku harus melakukan sesuatu untuk menambah uang saku, tidak mungkinkan aku harus meminta terus kepada kedua orang tua ku. Malu sama umur.. hehehe.. padahal, aku masih berumus 16 tahun. Hihi..] batin nisa sambil menertawakan keboodohanya.
Ia kembali mengedarkan pandangannya menelisik semua halaman luas yang ada di dekat rumahnya.
[coba disini ada internet, pasti aku akan mendapatkan uang dengan mudah, tapi sayangnya, aku terlempar di sebuah desa, yang bahkan akses internet maupun transportasi dan sembako disini sangat terbatas. Tapi, anehnya masyarakat disini tidak pernah mengeluh, bahkan mereka lebih terlihat bahagia dan sepertinya juga kompak, berbeda dengan kehidupan dikota yag serba ada.] batinya lagi.
[ apa aku bertani saja ya, lumayan kan di sela-sela waktu kosong seperti ini. Dari pada melamun. Mmm sebaiknya begitu, ok lah.. mulai gerak.] batinnya lagi.
Nisa pun mulai beranjak dan masuk kedalam rumah untuk mengambil beberapa alat yang akan ia gunaan. Tak ama, ia pun keluar dan ia akan mulai mencoba mengolah pekarangan rumahnya untuk di jadikan lahan pertanian kecil-kecilan. Tanah yang ada di desa ini cukup subur, tentunya akan memberikan hasil yang baik pula.
Awalnya nisa kesulitan menggunakan alat itu, namun karea tubuh ini terbiasa jadinya ia tidak sulit untuk beradaptasi. Nisa mulai membersihkan halaman depan denga sangat cepat, sebelum menjelang sore hari, pekerjaan untuk membersihkan halaman samping rumahnya pun selesai.
“hai… akhirnya selesai juga, ternyata cukup indah kalau bersih ya,,,” ucapnya pada dirinya sendiri. Ia pun berencana akan menanam cabe dan tanama sayur lainnya nanti.
Setelah itu, ia kembali masuk kedalam rumah dan kembali melanjutkan pekerjaan mencuci piring, dan juga memasak untuk keluarganya.
“aduh.. masak apa ya untuk lauk pauknya. Begini nasip jadi bujangan…” ucap nisa sambil menggarut kepalanya. Namun ia pusing, apa yang harus ia masak sebagai campuran nasi, apa yang ia cari di situ tidak ada.
[ huh… apa yang aku cari disini tidak ada apa-apa. Bagaimana caranya memasak lauk pauk..] batinya. [ ya sudah lah, kerjakan saja apa yang ada.] nisa pun membuka pintu belakang dapur, denga tidak sengaja, matanya mengarah pada jantung pisang yang ada di samping rumahnya.
Ia melihat ada tiga buah. Ia pun berpikir untuk mengambilnya dan menjadikannya sayur untuk dimakan.
Setelaah mengambil jantung pisang dan memasaknya dengan caranya sendiri, akhirnya pekerjaan rumahnya pun selesai. Ia melanjutkan untuk bersih-besih, karena badannya sudah bau keringat akibat membersihkan pekarangan rumah tadi siang. Tak lama, setelah itu, kedua orang tua nisa pun pulang dengan rasa letih yang tidak dapat di jelaskan oleh kata-kata.
***
Setelah makan malam, nisa mengerjakan tugas sekolahnya kembali. Namun ia tidak mengerjakannya di dalam kamar, ia memilih teras rumahnya sebagai tempat mengerjakan tugasnya.
Dengan penerangan seadanya, ia mulai mengerjakan pekerjaan rumahnya. Melihat nisa mengerjakan tugasnya, ibu nita pun keluar dan bergabung dengan anak gadisnya itu. sambil menemani anaknya mengerjakan pekerjaan rumahnya.
“nis.. kamu yang membersihkan pekarangan rumah kita nak..?” Tanya ibu nita.
**** bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Babi Gendut
sejauh ini cerita nya bagus sih, tapi menurut aku agak aneh aja klo nama si ketos Dedi. ± gitu aja sih pendapat aku
2022-12-02
1
Saeful Anwar
aneh gula kok di pakai buat makan jadi kolak nasi nama nya
2022-10-21
3
Septi Verawati
anak yg baik ☺☺☺
2022-09-27
2