Empat belas_ Menjadi Anaknya Adam?

Sore harinya, Adam menepati janji dan datang kembali ke kedai bu Nilam. Seperti biasa, Adam selalu membawa pakaian ganti karena setelah ikut membersihkan kedai badan pasti berkeringat dan Adam akan menumpang mandi serta sholat maghrib di tempat bu Nilam.

Kali ini, Adam tidak hanya membawa satu baju ganti sengaja untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu Melati melahirkan karena HPL Melati sebenarnya sudah terlewat tetapi calon ibu muda itu masih mau menunggu beberapa hari dulu. Jadi, Adam tidak perlu repot bolak-balik untuk mengambil baju ganti karena Adam sudah bertekad akan menemani bu Nilam menjaga Melati saat persalinan nanti.

Selain numpang mandi dan sholat maghrib, biasanya Adam juga akan ikut makan malam bareng bu Nilam dan putrinya. Barulah selepas isya' pemuda bertubuh tinggi itu akan pulang ke kediamannya yang sepi, karena Adam tinggal seorang diri di sana.

Adam sudah pernah menawarkan pada bu Nilam untuk pindah ke rumahnya, tetapi bu Nilam menolak tegas. Padahal, Adam juga mengatakan jika Ia akan tinggal di restoran jika bu Nilam dan putrinya mau pindah ke rumah Adam. Namun, ibunya Melati itu kekeuh menolak permintaan Adam.

Usai sholat maghrib, Bu Nilam dan Melati sedang menyiapkan makan malam di dapur. Sementara Adam, menunggu di ruang depan atau di kedai sambil memainkan ponsel. Ketika tiba-tiba, terdengar suara bu Nilam memanggil nama pemuda tersebut.

"Mas Adam, tolong Melati, Mas!" seru bu Nilam dari arah dapur.

Adam langsung beranjak dan berjalan dengan cepat menuju sumber suara, sejenak Adam tertegun melihat darah yang mengalir di betis putih Melati. Adam segera tersadar dan tanpa banyak bertanya, pemuda kekar itu membopong tubuh Melati untuk dibawa kedalam mobil.

"Ibu jangan lupa matikan kompor dan bawa perlengkapan Dik Melati," pesan Adam sambil berjalan cepat keluar dari dapur.

Bu Nilam menurut, setelah mematikan kompor wanita kurus itu bergegas mengambil tas yang sudah dipersiapkan Melati di dalam kamar. Bu Nilam kemudian berlari kecil keluar dari kiosnya, mengunci pintu dengan cepat dan segera menyusul Adam, yang sudah lebih dulu menuju mobil sambil membopong Melati.

Adam melajukan mobil miliknya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai ke klinik bersalin, tempat Melati terakhir memeriksakan kandungan. Suara rintihan Melati yang menahan sakit, terdengar memilukan di telinga Adam hingga pemuda tampan itu semakin dalam menginjak gas mobil.

Sementara di belakang, bu Nilam sibuk menenangkan putrinya. "Sabar ya, Nak. InsyaAllah semua akan baik-baik saja," lirih bu Nilam.

Sebenarnya, Adam ingin bertanya kenapa bisa Melati tiba-tiba mengeluarkan darah begitu banyak. Tetapi mendengar rintihan Melati dan wajah bu Nilam yang terlihat panik, membuat Adam mengurungkan niatnya.

Adam hanya bisa berdo'a dalam hati, semoga ibu dan sang bayi selamat. Sambil terus mengucap do'a, pemuda bermata kebiruan itu sesekali melihat Melati melalui pantulan kaca spion di depannya.

Adam ikut meringis, ketika melihat wanita muda itu meringis menahan sakit dengan bulir bening keluar dari sudut netra Melati. Keringat Melati juga bercucuran, membasahi keningnya yang putih.

"Bu, ini tissue untuk mengelap keringat Dik Melati," ucap Adam sambil menyodorkan sekotak tissue yang tersimpan di dashboard depan kepada bu Nilam, tanpa menoleh ke belakang karena fokus Adam tertuju kearah jalan raya yang padat.

"Terimakasih," balas bu Nilam singkat, ibunya Melati itu kemudian mengusap keringat sang putri dengan penuh kasih.

"Bu, maafkan Mel, Bu. Maaf...." lirih Melati terbata.

"Ssst,,, fokus saja dengan persalinan kamu nanti, Nak. Yang lalu biarlah berlalu, jangan di ungkit lagi. Cukup jadikan sebagai pembelajaran agar ke depan jika kamu ingin melangkah, kamu bisa berpikir panjang terlebih dahulu," nasehat bu Nilam pada sang putri dengan bijak.

Melati mengambil tangan sang ibu yang tengah mengelus perut buncitnya dan memenangkan sang bayi yang menendang semakin kuat, seolah meronta agar segera dikeluarkan dari tempat persembunyian.

Calon ibu muda itu menciumi punggung tangan sang ibu, dengan air mata yang mengucur deras. Sungguh berat pengorbanan seorang ibu untuk dapat melahirkan anak ke dunia, tetapi setelah lahir dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang, Melati justru telah membuat sang ibu kecewa padanya.

Melati benar-benar menyesali apa yang telah diperbuatnya dahulu, kesalahan semenit yang Ia lakukan bersama sang kekasih. Nikmat duniawi yang Ia rasakan hanya sesaat saja, namun dampaknya sungguh sangat besar dalam kehidupan Melati dan juga sang ibu kemudian.

Melati kehilangan masa remaja, Ia juga harus putus sekolah dan mengubur dalam-dalam impian kedua orang tua yang menginginkan kelak sang putri yang cerdas menjadi seorang guru. Belum lagi beban hidup yang harus sang ibu tanggung akibat perbuatannya, semua itu membuat Melati benar-benar merasa menjadi anak yang durhaka.

"Ibu, sakit ...." rintih Melati, terdengar semakin menyayat hati Adam.

"Sabar ya, Dik. Ini, Mas sudah ngebut. Sebentar lagi, kita sampai di klinik," hibur Adam sambil melirik kaca spion di depannya.

Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai Adam berbelok ke klinik bersalin. Adam langsung menuju halaman lobi dan parkir di sana.

Setelah memarkir mobil dengan tergesa, Adam segera keluar dari mobil bersamaan dengan satpam yang menghampiri mobil Adam.

"Pak, istri saya mau melahirkan," ucap Adam.

"Oh, baik. Saya ambilkan brankar." Satpam tersebut segera berlalu masuk kedalam ruangan.

Sementara Adam membukakan pintu mobil belakang, pemuda itu kemudian mengangkat tubuh Melati dan membaringkan di atas brankar yang sudah disiapkan oleh satpam dan dua orang perawat.

Adam tidak menghiraukan bajunya yang kotor terkena noda darah dan air, entah air apa Adam pun tidak paham.

Setelah brankar di dorong masuk oleh dua orang perawat, Adam dan bu Nilam mengekor di belakang perawat tersebut.

"Ini tadi kenapa, Bu? Kok bisa mengeluarkan darah? Apakah terjatuh?" tanya perawat sambil terus mendorong brankar dimana Melati tengah terbaring sambil meringis menahan sakit.

"Iya, Sus. Tadi anak saya terpeleset di dapur," balas bu Nilam.

Adam menatap bu Nilam, meminta penjelasan dan bu Nilam mengangguk.

"Tadi, Melati mau membuatkan minuman untuk Mas Adam. Airnya tumpah membasahi lantai, belum sempat dikeringkan dan Melati lupa melewatinya." terang bu Nilam.

Adam mengernyit, "Sus, apa itu berbahaya?" tanya Adam yang nampak sangat khawatir, setelah mendengar penjelasan bu Nilam bahwa Melati tadi sempat terjatuh.

"Kami lihat dulu ya, Mas. Untuk memastikan," balas salah seorang perawat, "dan nanti jika terindikasi berbahaya, kami akan segera mengambil tindakan. Jadi Mas-nya tolong 𝘴𝘵𝘢𝘯𝘥 𝘣𝘺 ya?" Perawat yang menjelaskan tadi menoleh kearah Adam, yang mengira bahwa Adam adalah suami pasien.

Adam mengangguk dan tersenyum, "siap Sus, lakukan yang terbaik untuk ibu dan bayi kami," balas Adam, yang membuat bu Nilam menoleh kearah pemuda berwajah blasteran tersebut.

Menyadari bu Nilam tengah menatapnya, Adam semakin tersenyum lebar. "Boleh 'kan, Bu. Kalau 𝘣𝘢𝘣𝘺, menjadi anaknya Adam?" lirih Adam bertanya sambil memeluk pundak bu Nilam dengan hangat.

TBC,,,

Terpopuler

Comments

Iges Satria

Iges Satria

boleh.... ak Adam baik banget/Heart/

2024-09-22

1

sherly

sherly

Adam oh mas Adam baik banget sih jadi org..

2023-11-15

1

Ita rahmawati

Ita rahmawati

klo kyk gini mah ak jd oleng ke mas adam deh,,,manis bgt 🥰🥰🥰🥰

2023-06-13

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 37 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!