Setelah perkenalan singkat tersebut, Adam kembali ke mejanya dan mulai memakan bakso yang sudah tidak lagi mengepulkan asap panas. Ketika bakso di mangkuk pertama telah habis dan Adam akan memakan bakso yang Ia pesankan untuk Sisca, tiba-tiba bu Nilam mendatangi meja Adam sambil membawa bakso yang masih mengepulkan asap dan mengganti bakso milik Sisca yang baru akan di sentuh oleh Adam.
"Saya ganti yang ini saja, Mas Adam. Ini kuahnya sudah dingin, kurang nikmat untuk dimakan," ucap bu Nilam seraya meletakkan semangkuk bakso yang menguarkan aroma menggoda dan mengambil bakso milik Sisca yang ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang datang bersama Adam tadi.
"Tidak perlu repot-repot, Bu. Yang itu juga tidak masalah bagi saya, baksonya enak kok meskipun tadi kuahnya sudah hangat," balas Adam.
Bu Nilam menggeleng, "tidak repot sama sekali kok, Mas. Bagi saya, kepuasan pelanggan adalah yang utama. Jadi, tidak masalah jika hanya mengganti satu mangkuk bakso saja karena kalau pelanggan merasa puas, InsyaAllah dia akan kembali lagi bukan?" terang bu Nilam, yang disetujui oleh Adam dengan mengangguk.
"Benar sekali, Bu. Saya setuju dengan apa yang Ibu paparkan tadi," balas Adam seraya tersenyum menampakkan lesung pipinya, yang menambah pesona pemuda berwajah blasteran tersebut.
"Bu, bisa kita ngobrol sebentar?" pinta Adam dengan sopan.
"Iya, tunggu sebentar ya, Mas. Saya rapikan dulu mangkuk yang sudah kosong, Mas Adam bisa habiskan dulu baksonya," jawab ibunya Melati tersebut seraya merapikan meja dan membawa bakso milik Sisca yang masih utuh serta mangkuk kosong milik Adam.
Bu Nilam menyuruh Melati untuk mencuci mangkuk-mangkuk kotor yang Ia bawa, sedangkan wanita kurus itu bergegas kembali ke meja Adam sambil membawakan air mineral untuk laki-laki yang baru dikenalnya.
Bu Nilam duduk agak jauh di hadapan Adam, setelah sebelumnya meletakkan sebotol air mineral di hadapan pemuda berwajah blasteran tersebut.
"Maaf, Bu. Tidak mengganggu waktu ibu, 'kan?" tanya Adam sembari mengedarkan pandangan, untuk melihat apakah ada pembeli atau tidak.
Ibunya Melati itu menggeleng, "tidak, Mas."
"Bakso yang Ibu jual ini sangat enak, benar-benar juara rasanya," puji Adam sambil mengelap keringat di keningnya dengan tissue, pemuda itu kemudian meminum teh hangat yang sudah Ia pesan.
"Kenyalnya pas, rasa kuahnya juga mantap dan aromanya benar-benar menggugah selera," lanjut Adam menilai, seperti seorang master chef yang sedang menilai peserta lomba memasak di televisi.
Bu Nilam tersenyum, "Mas Adam bisa saja memujinya," balas bu Nilam.
"Oh iya, Bu. Kebetulan saya memiliki restoran di pusat kota dan ada beberapa cabang di dekat tempat wisata, bagaimana kalau kita bekerja sama?" tawar Adam.
Bu Nilam menajamkan matanya menatap Adam, nampak jelas wanita itu sangat terkejut mendengar penuturan Adam, "apa Ibu tidak salah dengar, Nak?" tanya bu Nilam.
Adam tersenyum, "saya serius, Bu." balas Adam, "bakso buatan Ibu ini, benar-benar lezat dan saya belum pernah menemukan yang rasanya pas seperti ini," lanjut Adam meyakinkan wanita kurus dihadapannya, seraya menunjuk mangkuk kedua di atas meja yang telah kosong.
"Kalau Ibu mau, bakso Ibu akan saya jual di semua cabang restoran saya. Jangan khawatir, Bu. Untuk bagi hasilnya, bisa kita bicarakan dengan transparan," terang Adam.
Bu Nilam menggeleng, "bukan itu, Nak Adam. Masalah bagi hasil, tidak terlalu saya pikirkan." balas bu Nilam, masih dengan keterkejutannya.
"Saya hanya tidak percaya saja mendengar perkataan Nak Adam barusan, karena beberapa bulan ini, Melati berkeliling untuk menawarkan bakso ke kafe dan restoran tetapi belum ada satupun yang mau?" lanjut ibunya Melati tersebut.
"Benarkah? Bakso seenak ini?" tanya Adam mengernyitkan dahinya.
Bu Nilam mengangguk.
"Wah, rejeki saya berarti ya, Bu," ucap Adam seraya tersenyum lebar.
"Kalau begitu, bisa tolong panggilkan putri Ibu? Kita bahas sekalian saja, bentuk kerjasama kita?" pinta Adam dengan antusias.
"Boleh," balas bu Nilam yang mengangguk setuju, senyum lebar tersungging dari bibir wanita yang terlihat lebih tua dari usianya tersebut. Namun gurat kecantikan wajah bu Nilam masih dapat terlihat dengan jelas, kecantikan yang menurun pada sang putri.
Bu Nilam kemudian memanggil Melati, yang sedang membersihkan etalase bakso di depan. "Mel, mas Adam mau ngobrol sama kita," ucap bu Nilam.
Melati menghentikan aktifitasnya dan keningnya mengerut dalam, "ada apa, Bu?"
"Sudah, ikut saja. Nanti kamu juga akan tahu sendiri, ayo?" ajak bu Nilam, sambil menyeret pelan lengan sang putri.
Melati hanya bisa mengikuti langkah sang ibu yang membawanya ke tempat dimana Adam duduk. Ibu dan anak itu kemudian duduk dihadapan Adam, laki-laki yang baru pertama kali ke kedai bu Nilam dan sepertinya membawa angin segar untuk Ibunya Melati dan juga untuk wanita muda yang tengah hamil tersebut.
"Dik, apa benar yang dikatakan Ibu tadi kalau Dik Melati sudah menawarkan bakso ke beberapa kafe dan restoran tapi belum ada yang berminat?" tanya Adam seraya menatap dalam gadis berparas ayu di hadapannya.
Melati mengangguk, "benar, Mas. Kebanyakan dari mereka mengatakan, kalau bakso ibu tidak cocok untuk di jual di tempat mereka," balas Melati dengan jujur, Melati kemudian menceritakan perjalanannya selama beberapa bulan berkeliling mencari kafe dan restoran yang mau diajak bekerja sama.
Adam mendengarkan sambil mengangguk-angguk dan terus menatap serta mengagumi wajah polos di depannya, wajah yang jauh sekali dari sentuhan make up. Berbeda dengan wajah yang selama ini dilihat oleh Adam, yaitu wajah Sisca yang cantik karena polesan make up tebal.
Wajah Melati masih sangat segar, ayu alami dan sungguh enak dipandang mata. Adam terus memandangi wajah itu, hingga membuat Melati menjadi kikuk dibuatnya.
"Emm jadi begitu, Mas Adam, ceritanya," pungkas Melati, sambil membetulkan kaos oblong yang berukuran jumbo untuk menutupi bagian perutnya yang semakin membesar. Karena sedari tadi, selain memandangi wajahnya, Adam juga sesekali melirik kearah perut Melati.
Adam mengangguk-angguk, "jadi begini, Dik. Tadi, mas sudah sempat bicara sama Ibu untuk mengajak kalian bekerja sama," ucap Adam menatap Melati dan bu Nilam bergantian.
Adam kemudian mengulangi apa yang tadi ditawarkan pada bu Nilam untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan, dimana bakso bu Nilam akan dipasarkan dengan cara dimasukkan kedalam menu utama di beberapa restoran milik Adam yang tersebar di kota Denpasar dan sekitarnya.
Adam juga menawarkan keuntungan yang adil antara bu Nilam dengan pihaknya, "bagaimana, Bu, Dik Melati?" tanya Adam setelah memaparkan semuanya.
Bu Nilam nampak mengangguk-angguk, begitu pun dengan Melati yang tersenyum lebar.
"Ya Allah, sungguh Engkau Maha Tahu apa-apa yang kami butuhkan," ucap syukur Melati dalam hati.
Di saat dirinya belum begitu membutuhkan uang, Melati sangat kesulitan mencari rekanan yang bisa diajak bekerja sama agar pundi-pundi rupiah yang disimpan oleh sang ibu untuk biaya persalinannya nanti, bisa bertambah.
Kini, Allah mengabulkan do'a Melati di saat Ia sudah membutuhkan karena sebentar lagi bayi yang ada di dalam kandungannya akan segera lahir ke dunia.
Tanpa Melati sadari, tangannya mengelus-elus perutnya yang semakin membesar itu seraya mengulas senyum. "Jangan khawatir nak, ibu pasti bisa membelikan popok untukmu," bisik Melati dalam hati.
"Jadi, mulai kapan, saya bisa mengambil bakso dari Ibu?" tanya Adam, yang membuat putri bu Nilam tersadar dari lamunan.
TBC,,,
🌷🌷🌷
Karena sesungguhnya, Allah memberikan apa yang kita butuhkan dan bukannya apa yang kita inginkan.
Segala sesuatu yang kita anggap buruk, boleh jadi ia baik untuk kita.
Sebaliknya, segala sesuatu yang kita anggap baik, boleh jadi ia amat buruk bagi kita.
Allah maha mengetahui, sedangkan kita tidak mengetahui apa-apa. Wallahua'lam,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Nar Sih
percaya lah melati pada allah yg ngk mungkin kasih ujian di luar bts kemampuan umat nya ,dan ini mungkin awal kebahagiaan mu setelah ketemu ms adam
2023-11-28
1
sherly
MasyaAllah Thor, adem banget baca novelmu.. diakhir setiap bab ada kata2 penyejuk hati...
2023-11-15
1
Pia Palinrungi
yg penting thor selalu berpikiran positif aja
2023-01-09
1