Bu Sonia tersenyum penuh kemenangan, karena sang putra berhasil dikelabui dengan cerita dan bukti palsu. Wanita arogan itu merasa sangat lega, sebab apa yang dikhawatirkan bu Sonia selama beberapa bulan ini tidak terjadi.
Sang putra percaya begitu saja dengan apa yang Ia sampaikan, padahal sebelumnya bu Sonia tidak seratus persen yakin bahwa rencananya akan berhasil. Mengingat, Arjuna terkenal sebagai pemuda yang memiliki pendirian teguh.
"Ya, sudah. Jangan terlalu kamu pikirkan, istirahatlah, Nak. Besok, papa akan mengajak kita mengunjungi nenek ke Australi," titah bu Sonia. Mamanya Arjuna itu kemudian segera berlalu meninggalkan kamar sang putra.
Arjuna termenung, memikirkan dan merangkai semua 𝘱𝘶𝘻𝘻𝘭𝘦 tentang sang kekasih yang baru saja diketahuinya. Pemuda itu kembali menatap satu persatu foto yang tadi dibawa oleh sang mama.
"Tidak mungkin mama membohongiku, ini pasti benar adanya. Apalagi tadi mama cerita, kalau pemuda yang ada didalam foto adalah adik sepupu om Ricko." Arjuna menatap sinis gambar wanita yang saat ini berada ditangannya.
"Sepupu om Ricko bersedia bertanggung jawab, tetapi Melati malah mencoba memeras mama dengan mengatakan bahwa anak yang dikandung adalah anakku!" Arjuna meremas salah satu foto tersebut dan berharap, rasa sesak di dadanya mengetahui kenyataan yang sangat menyakitkan seperti ini menjadi berkurang.
"Apa aku tanyakan saja ya pada Melati, tanggal kelahiran anaknya? Dari situ 'kan, aku bisa mengetahui apakah benar anak itu dari benihku atau benih laki-laki lain?" Arjuna kembali menyalakan layar ponsel dan membuka akun sosial media.
Arjuna kemudian membuka laman chat dan mulai menuliskan sesuatu, "selamat sore, apakah benar ini Melati?" tanya Arjuna ingin memastikan.
Arjuna menyandarkan tubuh lelahnya pada 𝘩𝘦𝘢𝘥 𝘣𝘰𝘢𝘳𝘥 ranjang sambil memejamkan mata, menanti jawaban dari pemilik akun 'Jasmine Juna'.
Lima menit berlalu, masih belum ada tanda-tanda bahwa pesan yang Ia kirimkan sudah dibaca oleh sang pemilik akun.
"Ck ... ada apa sih, dengan diriku? Kenapa jadi bebal begini? Tinggal buka blokir nomor Melati dan kemudian ditelepon 'kan bisa?" Arjuna memaki dirinya sendiri yang tiba-tiba saja menjadi lemot dalam berfikir.
Pemuda itu buru-buru membuka aplikasi perpesanan dan kemudian membuka blokir pada nomor dengan nama 'My Jasmine'
Arjuna nampak sangat tidak sabar, Ia segera mendial nomor tersebut. Tepat pada panggilan pertama, telepon Arjuna diterima oleh gadis yang pernah mengisi hari-harinya.
"Halo Mas Arjun," suara Melati dari seberang sana yang biasanya terdengar merdu di telinga Arjuna, kini terdengar hambar setelah Arjuna mengetahui beberapa fakta tentang gadis tersebut dari sang mama.
"Halo," balas Arjuna singkat dan datar.
"Mas, ini benar kamu, Mas?" suara Melati terdengar tak percaya, "Mas Arjun apa kabar? Mela rindu, Mas. Mela takut tidak bisa lagi bertemu sama Mas Arjun?"
Celoteh Melati di seberang sana, hanya ditanggapi Arjuna dengan helaan napas kasar.
"Mas, kamu kenapa, Mas?" tanya Melati yang terdengar kebingungan sendiri.
Hening, Arjuna masih terdiam dan Melati pun kemudian ikut terdiam.
"Mel, apakah benar kamu sudah memiliki anak?" tanya Arjuna yang langsung pada intinya.
"Be-benar, Mas." balas Melati tergagap, "apakah mamanya Mas Arjun yang mengatakan? Anak kita laki-laki, Mas. Dia mirip sekali dengan Mas Arjun," imbuhnya.
Lagi-lagi, Arjuna hanya menghela napas panjang.
"Mas Arjun kesini, ya?" pinta Melati kemudian, setelah menunggu beberapa saat tapi Arjuna tak kunjung bersuara.
"Kapan dia lahir?" tanya Arjuna dengan dingin, Ia sama sekali tidak menanggapi permintaan Melati barusan.
"Hampir dua bulan yang lalu, Mas. Anak kita lahirnya mundur dari HPL yang telah ditentukan oleh dokter. Tadinya dokter menyarankan agar Mel operasi cesar tapi Mel tidak mau, Mas. Mel ingin melahirkan secara normal," terang Melati.
"Tepatnya! Tanggal berapa?" bentak Arjun yang sudah tidak sabar karena menurutnya, Melati bertele-tele dalam memberikan keterangan.
Melati terdiam hingga beberapa saat lamanya.
"Berapa tanggal lahir anakmu, Melati!" ulang Arjun dengan penuh emosi, pemuda itu menyebut nama Melati lengkap tak seperti biasanya.
Melati kemudian menyebutkan tanggal kelahiran sang putra dengan terbata.
Arjuna menghembus kasar napasnya, "dia bukan anakku!" tegas Arjuna yang terdengar sangat ketus.
"Apa maksudmu, Mas?" tanya Melati kebingungan.
"Apa karena tidur dengan banyak pria, kamu sekarang jadi sebodoh ini, Melati!" hardik Arjuna, "kelahiran anakmu mundur dari HPL yang telah ditentukan oleh dokter, itu hanya omong kosong mu semata! Kamu ingin menjebak ku agar mau mengakui bahwa anak itu dari benihku, bukan?" tuduh Arjuna tanpa perasaan.
"Mas, kamu ini bicara apa? Tidur dengan banyak pria? Maksudnya apa, Mas?" cecar Melati yang ikut tersulut emosi mendengar tuduhan tak beralasan dari Arjuna.
"Aku akan mengirimkan bukti perbuatan mu yang asusila itu, Melati!" ketus Arjuna yang langsung mematikan panggilan telepon.
Arjuna kemudian memotret beberapa gambar wanita yang wajahnya mirip dengan Melati, yang tengah bercinta dengan laki-laki dewasa tanpa sehelai benang pun tersebut dan kemudian mengirimkan ke nomor Melati.
Pesan tersebut terkirim dan langsung dilihat oleh Melati, tak lama kemudian Arjuna kembali menelepon. Arjuna tidak ingin melakukan panggilan video karena pemuda itu enggan melihat wajah Melati, setelah melihat foto-foto mesra gadis yang Ia yakini sebagai Melati dengan laki-laki lain.
Hingga dering ketiga, panggilan dari Arjuna tidak juga diterima oleh Melati dan hal itu membuat Arjuna semakin geram.
Sementara di dalam kamar Melati, melihat foto-foto yang baru saja dikirimkan Arjuna tersebut membuat air mata yang sedari tadi Ia tahan kini semakin tak terbendung.
Ibu muda itu menangis sejadi-jadinya, beruntung semua orang sedang berada di teras bermain bersama baby Putra, hingga Melati bisa bebas meluapkan semua kesedihan dan kekecewaan.
Ponsel Melati yang terus berdering dan menampilkan nama 'My Juna' Ia abaikan, hingga dering tersebut berhenti sendiri.
Melati masih menggeser-geser layar ponsel jadul miliknya, ponsel yang diberikan Arjuna di hari pertama mereka jadian agar mereka mudah berkomunikasi. Ia amati satu persatu gambar tersebut, sesekali Melati mengucek mata untuk meyakinkan penglihatannya.
"Kenapa wajah wanita ini bisa mirip sekali dengan ku? Pantes saja Mas Arjun percaya," gumam Melati di sela isak tangis.
Ponsel Melati kembali berdering dan nama 'My Juna' tertera di layar ponselnya, dengan tangan bergetar Melati menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.
"Sudah lihat foto cabul kamu? Apa setelah melihat semua itu, kamu pikir aku akan percaya bahwa anak yang kamu lahir kan adalah benihku? Jangan mimpi, Melati!" hardik Arjuna yang masih terdengar penuh emosi.
Melati masih terisak, Ia tak langsung membalas.
"Setelah tidak berhasil memeras mamaku, kamu kemudian mencari mangsa lain dan kini kamu sudah hidup enak karena berhasil menjebak pengusaha restoran di Bali, 'kan?" tuduh Arjuna.
"Kenapa kamu tadi masih menginginkan agar aku ke sana dan mengakui bahwa itu adalah anakku? Apa laki-laki itu masih kurang kaya?" imbuh Arjuna, yang mendapatkan bukti dari sang mama bahwa Melati tinggal satu atap dengan seorang pengusaha restoran.
Rupanya selama ini, bu Sonia memata-matai Melati dan ibunya. Wanita arogan itu tidak mau setengah-setengah dalam bertindak, Ia harus memiliki bukti kuat untuk meyakinkan sang putra bahwa Melati bukan perempuan baik-baik.
Ternyata jerih payah mamanya Arjuna yang membayar orang suruhan, tidaklah sia-sia. Arjuna percaya penuh dengan semua bukti palsu tersebut, termasuk foto kebersamaan Melati dan seorang laki-laki dewasa.
Di dalam foto itu sang laki-laki tengah menggendong bayi dengan senyum penuh kebahagiaan, sedangkan Melati berdiri di samping laki-laki berwajah blasteran tersebut juga dengan senyuman yang lebar.
Hati Arjuna semakin terbakar melihat foto tersebut, sebuah foto yang menggambarkan keluarga kecil yang penuh kehangatan dan kebahagiaan.
Melati masih terdiam, ibu muda itu merangkai semua kejutan yang baru saja Ia terima. Foto-foto yang dikirimkan Arjuna dan juga tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh laki-laki yang sangat dirindukannya itu.
"Ternyata, mamanya mas Arjun tidak main-main dengan ancamannya. Meski kami sudah pergi jauh dari kota, tetap saja bu Sonia mengirimkan mata-mata untuk memfitnah aku di depan mas Arjun. Dan bodohnya, mas Arjun percaya begitu saja apa yang disampaikan mamanya tanpa mencari bukti lain. Hufff,,," sesal Melati dalam hati, seraya menghela napas kasar.
"Kenapa, diam! Semua itu benar, 'kan?" Arjuna masih saja berkata ketus.
"Mas, Mas Arjun 'kan orang berpendidikan tinggi? Mas Arjun juga anak orang kaya. Mas bisa 'kan, cari bukti dengan tes DNA?" tantang Melati dengan berbicara sangat halus.
"Tidak perlu! Hanya buang-buang waktuku saja!" tolak Arjuna, "mulai sekarang, lupakan bahwa kita pernah saling mengenal! Bagiku, kamu telah mati, Melati! Semoga Tuhan mengampuni ja*lang sepertimu!" pungkas Arjuna ketus dan langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak.
Melati tergugu, ponsel yang berada dalam genggaman tangannya meluncur jatuh ke lantai. Adam yang hendak masuk kedalam kamar Melati dan mendengar suara tangis, langsung masuk kedalam. Disaat yang sama, Melati berlari hendak keluar kamar dan menabrak Adam.
Melati sempat terhuyung, namun Ia bisa segera menguasai diri. Ibu muda itu kembali berlari menuju teras depan.
Sementara Adam yang masih terpaku di tempatnya melihat ponsel di lantai dan Ia mengambilnya, "ponsel siapa ini?" gumam Adam.
"Duh, Melati. Mau kemana dia?" Adam teringat akan Melati yang kondisinya sedang kacau balau, pemuda itu segera melangkah keluar dengan setengah berlari untuk mengejar Melati sambil membawa ponsel yang Ia temukan di lantai kamar mommy nya Putra tersebut.
"Bu, Dik Melati kemana?" tanya Adam setelah sampai di teras depan.
"Ada apa dengan Mela, Mas Adam?" tanya bu Nilam panik, "Mela barusan berlari kearah pantai, Mas. Ibu panggil-panggil, tapi Mela tidak memperdulikan Ibu," lanjut bu Nilam sambil menunjuk arah pantai, ibunya Melati itu terlihat sangat khawatir.
Adam menggeleng, "Adam juga belum tahu, Bu. Tadi Adam sempat mendengar, dik Melati menangis di kamar. Ya sudah, Bu. Adam kejar dik Melati dulu," pamit Adam yang segera berlari untuk mengejar Melati.
Sementara Melati terus berlari seperti orang kesetanan, Ia tak menghiraukan orang-orang yang dilaluinya di sepanjang jalan yang melihat Melati dengan tatapan aneh.
"Tega kamu, Arjun! Sesempit itukah pikiranmu!" umpat Melati. Dalam hati Ia sangat menyesal karena telah jatuh cinta pada orang yang salah.
Ibu muda itu terus berlari menuju bibir pantai yang berpasir putih, teriakan dari para pengunjung yang mengingatkan agar Melati tidak ke tengah karena ombak sedang tinggi, sama sekali tidak Ia indahkan.
"Tuhan, tolong hukum dia!" teriakan Melati tenggelam bersama dengan gulungan ombak besar yang datang menghantam bibir pantai, membuat semua orang yang melihat kearah Melati berlari, terpaku ditempatnya masing-masing.
TBC,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Iges Satria
mel......
2024-09-23
1
Ita rahmawati
y ampun arjuuuunn kmu bakalan nangis darah klo tau kebenaranny 🙄🙄🥴🥴
2023-06-13
1
Memyr 67
melati bodoh juga. nggak tau seperti apa orangtua pacarnya, mau maunya diprawani. hihhh cerita prempuan bodoh ini.
2023-03-17
1