Setelah kondisi Melati diperiksa oleh dokter, calon ibu muda itu dinyatakan bisa melahirkan secara normal. Saat itu juga, dokter wanita yang berjaga langsung membantu proses persalinan Melati.
Tadinya, Adam ingin ikut menemani di dalam bersama bu Nilam. Namun, ibunya Melati itu melarang karena mereka bukan suami istri.
"Maaf, Mas Adam. Mas Adam, bisa tolong do'akan saja Melati dan bayinya dari sini, ya?" tolak bu Nilam dengan halus, sebelum kemudian masuk kedalam ruang persalinan.
Adam yang sudah berganti pakaian, mengangguk pasrah. Pemuda itu kemudian berdiri bersandar pada dinding ruang persalinan, berharap Ia bisa mendengar apa yang terjadi di dalam sana.
Detik berganti menit, Adam gelisah menanti kabar dari dalam. Layaknya seorang suami yang sangat mengkhawatirkan istrinya, yang tengah berjuang di dalam sana untuk melahirkan sang buah hati.
Do'a-do'a untuk Melati dan calon bayinya, terus Adam panjatkan dengan khusyuk. Mengharap kemurahan hati-Nya, agar ibu dan bayi lahir dalam keadaan sehat dan selamat.
Sementara di dalam ruang persalinan, dokter harus ekstra hati-hati dan sebelumnya juga telah menyuruh perawat mempersiapkan segala sesuatu untuk pertolongan darurat. Mengingat, pasien yang jatuh hingga air ketuban pecah dan disertai darah yang keluar, juga usia pasien yang masih terlalu muda.
Melati dengan segenap tenaga yang ada mengejan atas instruksi dokter kandungan, sementara bu Nilam menggenggam tangan sang putri seraya melantunkan do'a dengan lirih di telinga putrinya.
Sesekali bu Nilam memberikan kekuatan dan dukungan agar Melati sabar dan terus berjuang, demi buah hatinya yang telah mereka berdua nantikan selama sembilan bulan lebih dua minggu ini.
"Sabar, Nak. Ibu tahu, pasti sakit sekali rasanya. Tetapi semua akan terbayar lunas, saat kamu melihat anakmu, nanti," bisik bu Nilam sambil menyeka keringat sang putri.
Melati mengangguk dengan netra berkaca-kaca, menikmati rasa sakit yang tidak dapat Ia lukis kan dengan kata-kata. "Mas, apakah kamu bisa merasakan bahwa saat ini aku membutuhkan kamu, mas?" bisik Melati dalam hati.
Wajah tampan Arjuna melintas begitu saja di pelupuk mata Melati, membuatnya rindu dengan sang kekasih hati. Rasa rindu yang bercampur dengan kecewa, jika mengingat perlakuan mamanya Arjuna.
"Mas, apakah nanti kamu mau memperjuangkan kami pada mamamu, mas?" kembali Melati bertanya, yang entah Ia tujukan pada siapa? Masih ada harapan tersisa di hati Melati untuk ayah dari bayinya, jika mengingat janji yang diucapkan Arjuna kala itu.
Janji Arjuna, yang menyuruh Melati untuk setia dan Ia akan segera datang untuk melamar Melati begitu studinya selesai.
"Ayo, mbak. Dorong yang kuat, sekali lagi." titah dokter.
Melati menarik nafas panjang dan dengan tenaga yang tersisa mengejan dengan kuat, untuk membantu bayinya yang ingin segera keluar dari persembunyian tersebut.
"Oek,,, oek,,,," tangis melengking bayi laki-laki yang sehat, memenuhi ruang persalinan tersebut.
Bu Nilam menangis haru sambil memeluk putrinya, begitu pun Melati yang mengeluarkan air mata tanpa dapat berkata-kata. Antara lega, bahagia tetapi sekaligus diliputi rasa kekhawatiran.
Khawatir, bagaimana nasib sang putra nantinya. Apakah sang ayah mau mengakui keberadaan anak tersebut atau tidak? Khawatir, apa yang harus Ia katakan jika sang putra menanyakan keberadaan ayahnya nanti.
Semua itu, membuat air mata Melati mengalir menganak sungai. Ibu muda yang baru saja melahirkan tersebut menangis dalam diam, menyesali semua yang pernah Ia lakukan.
"Jika saja anakku lahir dari sebuah perkawinan yang sah, aku pasti menjadi wanita yang sangat bahagia," gumam Melati dalam hati.
"Bu, saya panggilkan papanya di luar, ya? Bayinya harus di adzani dulu," ucap salah seorang perawat, yang tadi mengira bahwa Adam adalah suami dari Melati. Perawat tersebut langsung keluar, tanpa menunggu persetujuan dari bu Nilam ataupun Melati yang masih menangis.
Adam yang diiringi perawat masuk kedalam ruang persalinan, Adam tersenyum sekilas pada Melati sebelum kemudian perawat yang lain memberikan bayi yang baru saja di potong tali pusatnya tadi kepada Adam untuk di adzani
Dengan hati bergetar, Adam menerima bayi merah tersebut dari tangan perawat. Pemuda tersebut memandangi wajah bayi Melati dengan seksama, senyum kebahagiaan terbit di sudut bibir Adam.
Pemuda berwajah blasteran dan bermata kebiruan itu kemudian mengumandangkan adzan dengan lirih di telinga kanan si bayi dan iqomah di telinga kirinya, seraya menyelipkan do'a agar Ia diberikan kesempatan agar bisa ikut mengasuh dan membesarkan bayi yang sudah membuat Adam jatuh cinta pada pandangan pertama.
Perawat segera meminta kembali bayi tersebut dari tangan Adam, karena Melati sudah selesai ditangani oleh dokter. Kini saatnya, si bayi harus dilatih untuk menyusu pada ibunya.
Adam masih berdiri di tempatnya semula, ketika dokter membantu sang bayi melakukan proses inisiasi menyusu dini. Bu Nilam membantu membukakan baju Melati bagian atas dan dokter kemudian menelungkup kan bayi merah tersebut di dada bagian bawah sang ibu, agar bayi tersebut mencari sendiri sumber kehidupannya.
Tanpa di tuntun, bayi merah itu mencari sendiri sumber asi sang ibu. Melati menatap bayinya dengan netra berkaca-kaca, begitupun dengan bu Nilam. Gerakan bayi mungil itu begitu menggemaskan, hingga akhirnya Ia dapat menemukan sumber kehidupannya dan langsung melahap pu*ting sang ibu.
Melati meringis menahan sakit karena isapan kuat sang bayi, Ia kemudian memberanikan diri mengusap lembut kepala sang buah hati, buah cinta terlarang nya dengan sang kekasih. Melati tidak pernah bermimpi sebelumnya, Ia akan memiliki bayi di usia semuda ini, usia yang baru saja genap tujuh belas tahun.
Sementara Adam yang berdiri mematung tersenyum menyaksikan itu semua, ada gelenyar aneh di hati pemuda berdarah campuran tersebut. Perasan Adam kepada Melati semakin dalam, melihat bagaimana ibu muda itu dengan penuh kasih menyusui sang buah hati meski dengan meringis menahan sakit karena gusi sang bayi yang masih kasar dan air susu Melati baru bisa keluar sedikit.
"Wah, jagoannya sudah pandai menyusu, ya?" puji dokter wanita yang membantu persalinan Melati, sambil mengambil bayi Melati dari dekapan sang ibu.
Dokter tersebut kemudian memberikan bayi Melati kepada perawat, untuk penanganan lebih lanjut. "Mas, nanti di rumah bisa tolong bantu istrinya, ya? Agar pu*ting Mbak Melati keluar dan mudah untuk dihisap putranya?" titah dokter tersebut, yang juga menyangka bahwa Adam adalah suami Melati.
Adam tersenyum dan mengangguk pasti, "dengan senang hati, Dok," balas Adam namun hanya dalam hati. Sebab Ia tahu, Melati tidak akan mungkin mengijinkan.
"Untuk malam ini, Mbak Melati masih harus di ruangan ini dulu untuk observasi. Begitu juga dengan bayinya, akan kami bawa ke ruangan khusus. Besok pagi, baru kalian akan kami pindahkan ke ruang perawatan," terang bu dokter.
Melati dan ibunya hanya mengangguk.
Setelah semua selesai dokter dan perawat segera meninggalkan ruang persalinan. Bu Nilam pun pamit keluar untuk mencari makan malam, karena mereka belum sempat makan tadi. Meskipun Adam sudah menawarkan diri, tetapi bu Nilam menolak dan meminta Adam untuk menemani Melati.
Kini di ruangan itu hanya ada Adam dan Melati, Adam langsung mendekati Melati dan duduk di kursi dekat ranjang pasien.
Adam menatap intens wajah lelah Melati dan tersenyum hangat pada ibu muda itu. "Hai Mommy, selamat ya. Kamu sudah menjadi Mommy sekarang," ucap Adam.
Melati tersenyum, "terimakasih, Mas Adam. Mas, sudah banyak membantu kami selama ini," balas Melati.
Adam menggeleng, "sudah menjadi kewajiban ku, Dik. Untuk menjaga orang-orang yang aku sayangi," balas Adam dengan tatapan penuh arti, namun lagi-lagi Melati menepis perasaannya dan menganggap ucapan Adam hanyalah ucapan seorang kakak angkat semata.
tobe continue,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Iges Satria
no melati itu tulus dari hatimu Mas yg paling dlm loh
2024-09-22
1
sherly
lupain Arjun apalg keluarganya kyk gt Mel... kalo pun kamu diperjuangkan Ama Arjun tetep aja akan sulit hidupmu Krn mamanya ngk setuju, mendingan yg didpn mata aja deh, ada mas Adam yg peduli dan syg banget sama kamu
2023-11-15
1
Ita rahmawati
pasti gk mudah bagi mela,,utk melupakan arjun,,cinta pertma ,laki² pertma yg mnyentuhny dg cinta,berjanji setia dn akn bertggung jwb,,it terasa sgt indah dn selama in arjun blm tau klo mela hamil jd mnrut mela arjun gk bersalah dn dia hrus ttep setia smpe arjun kembali dn mmberi kepastian,,mau berjuang atau terpengaruh sm emakny..ups panjang bgt y komenku 😅😅😅
2023-06-13
1