Setibanya di rumah, Melati disambut sang ibu dengan tatapan penuh pengharapan. Wanita yang terlihat lebih tua dari usia yang sebenarnya itu langsung menuntun sang putri dan mendudukkan Melati di kursi busa, di ruang tamu yang tidak seberapa luas.
"Bagaimana, Nak? Apa mereka..." bu Nilam menghentikan ucapannya dan menggeleng pelan. Dari raut wajah sang putri, ibunya Melati itu dapat menangkap bahwa bukan berita menggembirakan yang dibawa oleh sang Melati.
Melati menatap sang ibu dengan penuh penyesalan, gadis itu kemudian menggeleng lemah. "Orang tua mas Arjun bukan hanya tidak percaya sama Mela, Bu. Mamanya mas Arjun bahkan mengusir Mela seperti sampah," lirih Melati yang mulai terisak.
Ia genggam erat tangan sang ibu dan mencium punggung tangan ibunya sambil sesenggukan, permintaan maaf pun berkali-kali Melati ucapkan kembali. "Maaf, Bu. Maafkan Mela... maaf."
Bu Nilam merengkuh tubuh ramping sang putri dan membawanya kedalam dekapan, bagaimana pun Ia merasa ikut andil atas apa yang menimpa Melati. "Sudah Mel, jangan menangis terus. Tidak baik untuk bayi yang ada dalam kandungan kamu, Nak," bujuk bu Nilam dengan penuh kasih, seraya menepuk-nepuk punggung sang putri.
"Sebentar lagi maghrib, Nak. Segera bersihkan tubuh mu, kita sholat berjamaah," titah bu Nilam dengan lembut.
Melati menyeka air matanya dengan punggung tangan, gadis itu kemudian bangkit dan berjalan tertatih menuju kamar.
Masih dengan langkah yang terasa sangat berat, Melati segera membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Gadis itu kembali menangis di sana, apalagi ketika Ia melihat bungkus alat tes kehamilan yang masih berserak di lantai kamar mandi yang berlumut.
Ia ambil bungkus alat tes kehamilan tersebut dengan tangan gemetaran dan kemudian Melati remas bungkus itu dengan sekuat tenaga, Melati berharap semua masalah yang menimpanya hari ini akan berakhir seiring hancurnya bungkus alat tes kehamilan yang Ia remas.
#####
Usai menjalankan sholat maghrib dan sholat taubat seperti anjuran sang ibu, Melati dan ibunya makan malam dengan menu sederhana tanpa berselera. Tidak seperti biasa yang meskipun hanya dengan lauk seadanya, kedua ibu dan anak itu akan tetap menikmati makanan dengan penuh rasa syukur.
Tok,, tok,, tok,,
Terdengar suara pintu di ketuk dari luar sebanyak tiga kali, Melati segera bangkit hendak membukakan pintu namun sang ibu mencegah. "Teruskan makan mu, Mel. Biarkan ibu saja yang membukakan pintu," bu Nilam menatap sang putri, seraya memberikan isyarat agar Melati meneruskan makannya.
Melati mengangguk patuh dan kemudian kembali duduk, sedangkan bu Nilam berjalan perlahan menuju pintu luar untuk melihat siapa malam-malam yang bertandang ke rumahnya.
Meskipun kembali duduk, namun Melati tidak melanjutkan makan malamnya. Gadis itu mencoba mencuri dengar, siapakah yang malam-malam datang ke rumah sederhana yang Ia tempati bersama sang ibu?
Bu Nilam membuka pintu sedikit dan melongok kan kepalanya keluar, wanita kurus itu terkejut kala melihat beberapa orang berbadan besar dengan wajah sangar ada di teras rumahnya.
"Maaf, Bapak-bapak mencari siapa?" tanya bu Nilam dengan perasaan takut yang menyergap.
"Apakah Anda, orang tuanya Melati?" tanya laki-laki yang berkulit paling bersih diantara yang lain.
Bu Nilam mengangguk ragu, wanita itu dapat meraba bahwa orang-orang yang saat ini ada dihadapannya pasti memiliki tujuan yang tidak baik.
"Boleh saya masuk, Bu?" pinta laki-laki tersebut, sedikit sopan.
Bu Nilam terdiam, wanita itu terlihat sangat khawatir.
"Saya Ricko, Bu." Laki-laki itu memperkenalkan dirinya, "saya hanya akan menyampaikan pesan dari bos saya," lanjutnya menginformasikan.
Bu Nilam mengangguk, "Baik, Pak. Silahkan masuk," bu Nilam melebarkan pintunya, agar sang tamu dapat masuk kedalam rumah.
"Silahkan duduk," ibunya Melati itu mempersilahkan tamunya untuk duduk, tetapi sang tamu menggeleng cepat.
"Saya tidak lama, Bu." tolak Ricko tegas, "kedatangan saya dan orang-orang saya kemari untuk memberitahukan pada Ibu dan putri Ibu, agar segera meninggalkan kota ini." Laki-laki itu menatap bu Nilam, dengan tatapan mengintimidasi.
Bu Nilam sangat terkejut mendengar perkataan tamunya barusan, "apa, apa maksud, Pak Ricko?" tanya bu Nilam yang masih tidak percaya dengan pendengarannya.
"Ya, Ibu dan anak Ibu, Melati, harus pergi sejauh-jauhnya dari kota ini! Malam ini juga, Bu!" usir Laki-laki yang berpenampilan seperti preman itu.
"Apa salah kami, Pak? Kenapa kami harus pergi?" tanya bu Nilam, meski ibunya Melati itu sudah dapat menebak bahwa semua ini pasti ada hubungannya dengan kehamilan Melati dan kedatangan putrinya ke rumah orang tua Arjuna.
Mendengar ketegangan antara sang ibu dan orang asing yang bertamu kerumahnya, Melati pun keluar.
"Ada apa, Bu?" tanya Melati penuh kekhawatiran.
"Kamu yang bernama Melati?" tanya Ricko dengan memicingkan matanya.
Melati mengangguk pelan.
"Cepat bereskan barang-barang kalian dan pergi sejauh-jauhnya! Ini sejumlah uang sebagai pembayaran rumah!" Ricko melemparkan tas hitam yang penuh dengan uang kearah Melati dan ibunya.
"Jangan banyak tanya lagi! Segera kosongkan rumah ini, sebelum matahari terbit! Dan satu lagi, jangan pernah berani menemui den Arjuna, apalagi mengatakan padanya bahwa kamu hamil anaknya!" ancam Ricko seraya menunjuk Melati dengan jari telunjuk dan tatapan tajam.
Melati gemetaran, sedangkan sang ibu nampak lemas dengan nafas yang tersengal kesakitan. Wajah tirus itu memucat dan keringat dingin mulai bercucuran, membasahi daster kumal yang Ia kenakan.
"Pak, tolong jangan usir kami. Saya janji tidak akan menemui putra majikan Bapak dan saya juga tidak akan mengatakan apa pun pada mas Arjun, tetapi tolong biarkan kami tetap di sini," mohon Melati seraya merangkul pundak sang Ibu, yang terlihat sangat lemah.
"Tidak bisa! Kalian keluar sendiri dari rumah ini, atau anak buah saya yang akan menyeret kalian!" hardik Ricko tanpa belas kasih.
Melati merasakan tubuh sang ibu meluruh dan kemudian jatuh ke lantai, tanpa Ia mampu menopangnya. "Ibu, Ibu... Ibu kenapa, Bu?" panggil Melati seraya menepuk-nepuk lembut pipi sang ibu yang tiba-tiba pingsan.
"Pak, tolong ibu saya, Pak." pinta Melati seraya menangis pilu.
"Ck,,, menyusahkan saja!" gerutu Ricko. Laki-laki bertato naga di tangannya itu kemudian keluar untuk memanggil anak buahnya.
"Kami akan bawa ibumu ke klinik, kemasi semua barang-barang kalian dan bawa sekalian. Karena setelah ini, kalian tidak boleh lagi kembali kesini!" perintah Ricko.
Melati menurut patuh, gadis belia yang tengah hamil muda itu kemudian membereskan barang-barang miliknya dan milik sang ibu. Melati tidak membawa semua tetapi hanya seperlunya saja.
Setelah Melati siap, Ricko kemudian membawa ibu dan anak itu ke klinik terdekat setelah berkonsultasi dengan nyonya majikan yang menyuruhnya.
Tiba di klinik, bu Nilam langsung ditangani oleh dokter. Sementara Ricko nampak berbicara dengan Melati.
"Pengobatan ibu kamu, sudah dibayar oleh bos saya. Dan uang ini, pakai untuk menggugurkan kandungan kamu!" Ricko yang tidak bisa bicara dengan nada lembut itu menyodorkan sebuah amplop coklat yang nampak tebal kepada Melati, tetapi Melati tidak menerimanya.
Ricko menghela nafas kasar, "ck,,," laki-laki sangar itu berdecak, "sudah miskin, sombong pula!" ejeknya tanpa perasaan, yang membuat Melati langsung mendongak dan menatap tajam Ricko.
Entah keberanian darimana, tetapi mendengar Ricko menyuruhnya untuk menggugurkan kandungan membuat Melati tidak terima dan merasa terhina.
"Kami memang miskin, Pak Ricko! Tetapi kami masih memiliki hati dan kami juga bukan pembunuh!" tegas Melati dengan tangan mengepal menahan emosi.
"Saya tidak butuh uang dari bos Anda, Pak Ricko! Sampaikan padanya, bahwa saya menolak dan saya akan tetap melahirkan serta merawat anak ini!" tekad Melati.
Hal itu membuat Ricko menjadi geram, "dasar orang miskin tidak tahu di untung!" Ricko memasukkan amplop kedalam tas hitam yang tadi dilemparnya kearah Melati dan ibunya itu dengan kesal, laki-laki suruhan bu Sonia itu kemudian meletakkan tas tersebut di hadapan Melati dengan kasar.
"Terserah padamu! Mau terima uang ini atau tidak! Yang jelas, kalian tidak boleh lagi kembali ke rumah itu!" Ricko bergegas meninggalkan Melati yang masih terlihat sangat marah padanya, tanpa rasa peduli sedikitpun.
Melati akhirnya menyambar tas hitam tersebut dan segera menemui dokter yang tadi menangani sang ibu di ruang IGD.
"Dok, bagaimana keadaan ibu saya?" tanya Melati khawatir, ketika melihat sang ibu masih terpejam dengan alat bantu pernafasan yang terpasang di hidungnya.
"Sejak kapan, ibunya Adik memiliki riwayat asma?" Dokter tersebut bukannya menjawab tetapi malah balik bertanya kepada Melati.
Melati mengernyitkan dahi, "asma?"
"Iya, Dik. Asma," dokter tersebut menatap heran gadis belia di hadapannya.
Melati menggeleng sedih, "saya tidak tahu Dok, kalau ibu saya memiliki riwayat asma," balas Melati penuh penyesalan, sebagai anak Ia merasa telah menjadi anak yang tidak perhatian kepada sang ibu.
Dokter tersebut mengangguk paham, "tidak mengapa Dik, sepertinya ibu Adik tidak ingin membuat Adik menjadi sedih sehingga tidak mengatakan tentang sakitnya," hibur dokter wanita itu.
"Apakah ibu Adik baru saja menerima kabar yang tidak menyenangkan?" tanya bu dokter hati-hati.
"Apa itu ada kaitannya dengan kondisi ibu saya saat ini, Dok?" tanya Melati balik.
Dokter paruh baya yang terlihat anggun itu mengangguk, "benar, Dik. Sebaiknya, jaga emosi ibu Adik agar tetap stabil. Jangan sampai stres dan banyak pikiran," bu dokter menatap gadis di depannya dengan rasa iba.
"Baiklah, Dik. Saya tinggal dulu, kalau ada apa-apa Adik segera hubungi petugas yang berjaga," pamit dokter tersebut dan kemudian segera berlalu, meninggalkan ruang instalasi gawat darurat yang kebetulan hanya ada bu Nilam yang dirawat di sana.
Melati terduduk dengan lemas di kursi, di samping ranjang sang ibu. Air mata gadis itu luruh tanpa dapat Ia tahan, "maafkan Mela, Bu. Mela tidak pernah tahu kalau ibu sakit," lirih Melati yang terdengar pilu.
"Apa, sebaiknya aku gugurkan saja ya kandungan ini? Daripada kehamilan ku menjadi beban bagi ibu dan membuat ibu menjadi sakit?" gumam Melati dalam hati.
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
tata 💕
kenikmatan sesaat, luka yg sangat lama 😐
2023-04-05
2
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓳𝓷𝓰𝓷 𝓜𝓮𝓵𝓪𝓽𝓲 𝓴𝓵 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓾𝓰𝓾𝓻𝓴𝓪𝓷 𝓫𝓪𝔂𝓲𝓷𝔂𝓪 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓪𝓳𝓪 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝓳𝓭 𝓹𝓮𝓶𝓫𝓾𝓷𝓾𝓱 𝓪𝓹𝓪𝓵𝓪𝓰𝓲 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝓭𝓪𝓱 𝓼𝓪𝓵𝓪𝓱 🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2022-11-24
1
ꪶꫝNOVI HI
pergi yang jauh mel
2022-10-22
2