“Jadi, kapan kita akan menikah?”
Bab 7 : Yuan Fahreza
Kemarahan Tiara tak kunjung surut, bahkan wanita cantik itu terus berteriak memaki Keinya dari balkon depan kamar yang kebetulan persis di atas gerbang. Kontras dari Keinya yang justru terkikik tanpa menatap Tiara. Bahkan ketika Keinya menyempatkan waktu untuk menatap Pelangi, gadis kecilnya itu juga balas tersenyum padanya. Kebahagiaan seolah turut Pelangi rasakan.
“Tiara ... Tiara sudah!”
Athan susah payah meredam emosi Tiara sambil memeluk wanita tersebut. Tak lama berselang, sebuah sedan putih berhenti di depan gerbang rumah mereka, dan seorang pria buru-buru keluar dari balik kemudi.
Pria bergaya kantoran lengkap dengan setelan jas hitam berikut dasi yang melingkar itu, langsung menghampiri Keinya dan terlihat sangat mengkhawatirkan wanita tersebut. Sontak, pemandangan tersebut berhasil meredam emosi Tiara. Wanita itu tak kalah terkejut sekaligus penasaran dari Athan. Apa urusan Keinya dengan si pria? Hanya kebetulan, atau ....?
“Kenapa bisa sampai begini?” Si pria menatap cemas kaki Keinya yang berdarah. Tepatnya, dari telapak kaki Keinya terus mengeluarkan darah. “Ayo, kita harus ke dokter untuk mengobati kakimu.”
Ketika pria tersebut menuntun Keinya, tiba-tiba saja wanita itu menengadah kemudian berkata, “Oh, iya. Perkenalkan, ini pacar baruku. Dalam waktu dekat kami akan menikah. Setelah perceraian kita selesai, Than.” Keinya mengatakannya tanpa beban sambil merangkul mesra sebelah lengan si pria.
“Sayang, perkenalkan, dia Athan—mantan suamiku yang selingkuh dengan mantan pacarnya, bahkan sepertinya mereka menjalin hubungan tanpa status, seperti kumpul kebo! Oh, iya, sekarang selingkuhannya sedang hamil, sedangkan mereka nggak punya tempat tinggal. Dan karena aku kasihan sama mereka, aku mengalah keluar dari rumah.”
“Ya ... meski setengah uang rumah berikut isinya, menggunakan uangku, sedangkan mereka sama sekali belum menggantinya!” lanjut Keinya terdengar sedikit manja dan cenderung bersedih.
Mendengar itu, si pria justru berkata, “kalau begitu, aku akan memberimu rumah yang jauh lebih mewah berikut isinya. Kamu yang menentukannya. Apa kamu juga mau apartemen, bahkan pulau? Aku juga bisa memberikannya untukmu.”
Kemudian Yuan sengaja menengadah. “Hai mantan suami Keinya dan selingkuhan mantan suaminya yang sedang hamil, kalau kalian masih butuh tempat tinggal, datanglah ke apartemen Fahreza Grup. Kebetulan itu apartemen milikku. Yang lebih kebetulan lagi, dua minggu lagi kami akan meresmikan apartemen baru. Akan ada banyak promo menarik di sana, jadi jangan sampai ketinggalan. Kami tunggu kedatangan kalian agar kalian bisa mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak daripada menumpang.”
Pria itu bertutur sopan kendati berucap dengan lantang. Jiwa pemimpin besar terpancar dari caranya mengajak seseorang berkomunikasi. Bahkan ia masih mempertahankan senyum ramahnya dengan lesung pipit yang mempermanis wajah tampannya. Tiara saja tidak jadi kesal pada makian halus yang dilayangkan pria tersebut. Karena wanita hamil itu justru terpesona.
Keinya tersenyum lepas dan merasa puas. Aktingnya luar biasa! Penampilannya juga meyakinkan kalau dia orang kaya! Tapi ... pria ini siapa? Kenapa dia sampai tahu namaku? Sebentar, suaranya juga nggak asing. Aku pernah mendengar suaranya di ...? Keinya mengingat-ingat atas keyakinannya jika suara pria di sebelahnya memang pernah ia dengar sebelumnya.
Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Keinya ingat, dirinya mang pernah mendengar suara si pria. Ya, ketika ia berada di rumah sakit untuk mengurus Pelangi, satu minggu lalu. Suara pria tersebut sempat beberapa kali menghiasi telinganya di beberapa kesempatan. Dengan demikian, mereka pernah bertemu sebelumnya di rumah sakit? Tapi jika diingat, Keinya tidak begitu memperhatikan orang-orang di rumah sakit kecuali dokter yang menangani Pelangi.
Ketika Keinya menatap pria tersebut, di waktu yang sama si pria juga menatapnya. Tatapan si pria begitu penuh cinta layaknya pasangan sesungguhnya. Hal tersebut membuat keduanya terlihat seperti pasangan yang begitu saling mencintai.
Pria ini? Kenapa dia mau-mau saja, diajak sandiwara?
***
Keputusan Yuan mencari Keinya akhirnya mendapatkan hasil. Ya, kini, wanita itu ada di hadapannya. Namun, keadaan wanita itu terlihat jauh lebih mencemaskan dari sebelumnya.
“Kenapa bisa sampai begini?”
Yuan tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya. Baru juga berhasil menemukan Keinya setelah susah payah menghubungi wanita itu, ia justru dihadapkan dengan keadaan Keinya yang lagi-lagi terluka.
“Kenapa Keinya selalu terluka bahkan sampai berdarah-darah? Apa karena beban hidup Keinya begitu berat? Dan kenapa juga wanita di balkon rumah yang ia datangi dan tercantum sebagai alamat Keinya, justru terlihat sangat marah kepada Keinya?” pikir Yuan.
Ketika Yuan menuntun Keinya untuk segera mengobatinya, tiba-tiba saja Keinya menengadah kemudian berkata, “oh, iya. Perkenalkan, ini pacar baruku. Dalam waktu dekat, kami akan menikah. Setelah perceraian kita selesai, Than.”
Keinya mengatakannya tanpa beban sambil merangkul mesra sebelah lengan Yuan.
Mendengar itu, hati Yuan menjadi terenyuh. “Pacar baruku? Dalam waktu dekat akan menikah setelah perceraian selesai?” gumamnya tak percaya. Keinya menyebut Yuan sebagai pacar barunya? Sedangkan pria di sebelah wanita yang terlihat sangat marah pada Keinya, merupakan mantan suami Keinya?
“Sayang, perkenalkan, dia Athan—mantan suamiku yang selingkuh dengan mantan pacarnya, bahkan sepertinya mereka menjalin hubungan tanpa status, seperti kumpul kebo! Oh, iya, sekarang selingkuhannya sedang hamil, sedangkan mereka nggak punya tempat tinggal. Dan karena aku kasihan sama mereka, aku mengalah keluar dari rumah.”
“Ya ... meski setengah uang rumah berikut isinya, menggunakan uangku, sedangkan mereka sama sekali belum menggantinya!” lanjut Keinya terdengar sedikit manja dan cenderung bersedih.
Sekalipun Keinya terkesan sengaja bersandiwara antara iba dan terluka, tapi Yuan melihat banyak luka yang memenuhi mata Keinya. Terlrpas dari itu, Yuan juga telanjur marah pada fakta yang menimpa Keinya.
“Jadi, wanita yang berdiri di balkon dan terlihat sangat marah itu selingkuhan mantan suami Keinya? Selingkuhan yang bahkan sedang hamil, sedangkan Suami Keinya dan selingkuhannya juga justru tinggal di 'rumah bersama' Keinya dan mantan suaminya, yang setengah uang pembeliannya merupakan uang Keinya?” pikir Yuan. Sungguh tidak bisa Yuan percaya, ternyata hidup Keinya tak kalah tragis dari drama.
Yuan menatap Keinya penuh cinta. “Kalau begitu, aku akan memberimu rumah yang jauh lebih mewah berikut isinya. Kamu yang menentukannya. Apa kamu juga mau apartemen, bahkan pulau? Aku juga bisa memberikannya untukmu.”
Kemudian Yuan sengaja menengadah. “Hai mantan suami Keinya dan selingkuhan mantan suaminya yang sedang hamil, kalau kalian masih butuh tempat tinggal, datanglah ke apartemen Fahreza Grup. Kebetulan itu apartemen milikku. Yang lebih kebetulan lagi, dua minggu lagi kami akan meresmikan apartemen baru. Akan ada banyak promo menarik di sana, jadi jangan sampai ketinggalan. Kami tunggu kedatangan kalian agar kalian bisa mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak daripada menumpang.”
Apa yang Yuan lakukan disambut bahagia oleh Keinya melalui senyuman yang begitu lepas. Di mana detik itu juga, Yuan merasa bila saat tersenyum dan membuat lesung pipit di kedua pipi Keinya terlihat, wanita itu terlihat semakin cantik.
“Terima kasih untuk sandiwaranya. Tapi tolong, bisa lakukan hal yang lebih agar kedua orang gila di atas tambah menyesal?” bisik Keinya tiba-tiba sambil, menyandar di dada Yuan.
Sekalipun paham jika yang terjadi hanya sandiwara, tapi tetap saja, keberadaan Keinya yang bersandar padanya, membuat jantung Yuan berdebar-debar. Jantung Yuan bahkan bekerja lebih keras dari biasanya, hingga pria itu dilanda ketegangan sekaligus gugup. Kendati demikian, Yuan berharap Keinya lebih lama bahkan bila perlu selalu menyandar padanya.
“Melawan orang gila sama saja membuat diri kita gila,” bisik Yuan sambil menunduk, mendekatkan wajahnya pada wajah Keinya dan membuat mereka seperti dalam keadaan sedang berciuman bibir, bila disaksikan dari balkon keberadaan Athan dan Tiara.
Apa yang Yuan lakukan membuat Keinya kembali merasa tegang. Keinya memang mengharapkan pria yang sama sekali belum ia kenal itu, melakukannya. Melakukan hal yang semakin membuat Athan juga Tiara percaya, jika sandiwara yang ia lakukan benar adanya. Namun, kenapa Keinya justru jadi kewalahan sendiri dengan apa yang Yuan lakukan? Bahkan wanita itu menjadi kerap mengerjap selain tidak berani menatap mata Yuan.
“Lebih baik kita pergi dan segera mengobati kakimu,” bisik Yuan.
Keinya berangsur menunduk memastikan kedua kakinya. Benar, permukaan sandalnya dipenuhi darah. Pantas saja telapak kakinya terasa perih, selain seperti ada yang mengganjal. Pasti kakinya kembali menginjak pecahan kaca saat di kamar.
Yuan segera merangkul mesra punggung Keinya yang ia tepuk-tepuk lembut sejenak, sebelum menuntun Keinya untuk beranjak. Wanita itu terlihat terkejut sekaligus gugup dan sempat menatapnya sambil mengerjap. Melihat itu, Yuan mesem dan merasa jika Keinya sangat lucu. Bukankah wanita itu yang memintanya untuk bersandiwara? Lantas, kenapa wanita itu juga menjadi sangat gugup kepadanya?
Sementara di balkon, Tiara dan Athan masih belum banyak melakukan perubahan. Keduanya menatap kebersamaan Keinya dan Yuan dengan tatapan tidak percaya. Pria tampan yang Keinya kenalkan sebagai pacar baru itu memperlakukan Keinya dengan istimewa, bahkan sangat istimewa. Tak hanya membukakan pintu penumpang di sebelah kemudi, karena pria tersebut juga menuntun Keinya dengan sangat hati-hati, termasuk mencabut pecahan kaca dari kedua telapak kaki Keinya.
“Mereka masih memperhatikan kita?” ujar Yuan tanpa memastikan apa yang terjadi di belakangnya, sebab kedua matanya fokus menatap telapak kaki Keinya. Ia menggunakan tisu untuk mencabut pecahan kaca yang kasar dan bisa ia ambil tanpa menggunakan alat medis.
Keinya mengernyit, kemudian melirik ke samping selaku keberadaan Athan dan Tiara, untuk memastikan. Benar, keduanya masih menjadikan kebersamaannya dan pria yang bahkan tidak Keinya kenal dan tengah mencabuti serpihan pecahan kaca di telapak kakinya, sebagai fokus perhatian.
Yuan tidak mendapati perubahan berarti dari ekspresi Keinya. Tak ada keluhan terlebih tanda-tanda jika wanita itu merasakan sakit padahal luka di telapak kaki Keinya tergolong parah.
“Kei?” Yuan yang masih jongkok, menatap cemas Keinya.
Keinya menatap Yuan tanpa bisa menyembunyikan kegugupannya. Ia sibuk mengerjap dan ada kalanya menepis tatapan Yuan yang begitu intens.
“Sepertinya masih banyak serpihan lembut yang telanjur masuk. Kita bereskan di rumah sakit saja,” ujar Yuan sambil bangkit dan menunjukkan serpihan kaca yang berhasil ia kumpulkan di tisu.
“Tapi aku ada urusan penting,” balas Keinya tiba-tiba.
Keinya baru ingat, kalau tujuannya datang ke rumah bersamanya dengan Athan, tak lain untuk mengatasi masalah karya tulisnya yang menyangkut Ryunana—salah satu penulis mega best seller di Indonesia yang menyewa jasa ghost writer Keinya.
“Kakimu jauh lebih penting dari urusan apa pun, Kei.”
“T-tap—”
Yuan menggeleng sambil menatap Keinya penuh peringatan. Dan kenyataan tersebut membuat Keinya takut, lantaran pria tersebut telah menunjukkan sifat protektifnya.
“Sebenarnya kamu siapa? Kenapa kamu tahu namaku, dan bahkan peduli? Maksudku ... kamu bukan penipu yang terlibat dalam bisnis bodong, kemudian sengaja mendekatiku agar aku ikut berinvestasi, kan?”
“Namaku Yuan Fahreza. Aku bekerja di bidang hospitality untuk hotel dan apartemen. Terserah kamu mau menganggapku apa. Tapi lukamu harus segera diobati.”
Yuan bergerak cepat. Ia menutup pintu keberadaan Keinya, memutari mobil, dan segera bersiap di balik kemudi.
“Hei, siapa pun kamu—”
Keinya refleks diam lantaran Yuan yang mulai menyalakan mesin mobil, meliriknya dengan tajam. Bahkan wajah tampan pria itu juga terlihat menjadi garang.
“Beberapa menit lalu, ada wanita yang memperkenalkanku sebagai pacarnya.”
Balasan Yuan membuat Keinya menelan ludah. “I-itu ... bukankah aku sudah bilang, kalau itu hanya sandiwara?” protesnya yang masih saja gugup.
Sambil mulai mengemudi, Yuan menggeleng. “Aku sudah menunggu saat-saat seperti ini sejak lama.”
Keinya mengerutkan dahi. “Apa maksudmu?”
Yuan menoleh dan menatap Keinya. “Jadi, kapan kita akan menikah?”
Keinya refleks tersedak ludahnya sendiri dan sampai batuk-batuk. “Yang benar saja?” ucapnya sambil menatap Yuan tak habis pikir. Baru juga bertemu dan bersama untuk beberapa saat, sudah langsung mengajak menikah? Apakah pria di sebelahnya waras? Atau justru memiliki kelainan mental, bahkan kelainan lain yang lebih menyeramkan?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Denni Siahaan
jangan jangan Yuan kenal dengan kembaran keinya
2022-11-24
2
Fatma ismail
kan lupa Ama kpeeluannya
2021-10-09
0
Melisa Oktaviani
mantap Thor cerita balas dendamnya
2021-09-11
0