“Yang saling kenal saja harus kehilangan cinta dan berakhir dengan pengkhianatan, bagaimana dengan cinta yang tumbuh karena kebetulan?”
Bab 8 : Pengakuan Cinta
“Memangnya ada yang salah?” ujar Yuan enteng. Kemudian ia menoleh dan kembali menatap Keinya.
Keinya menggeragap. “Selain aku nggak kenal kamu,”
Yuan langsung memotong balasan Keinya. “Aku sudah memperkenalkan diriku, kan? Haruskah aku mengulanginya? Baiklah aku ulangi. Namaku Yuan Fahreza. Aku bekerja di bidang hospitality untuk hotel dan apartemen. Dan yang terpenting, aku siap menjadi suamimu serta menjadi ayah dari anak-anakmu.”
Yuan berkata dengan tempo cepat sekaligus tegas hingga terdengar sangat resmi.
Keinya merasa semakin terpojok dan kerap mengerjap. Wanita itu tidak berani menatap Yuan apalagi mata pria itu. Kalau pun ia melihat pria itu, tak lain karena ia melihatnya melalui kaca spion mobil di depannya. Namun tadi Yuan begitu serius, benar-benar tidak ada keraguan dari cara pria itu bersikap. Dari tatapan, termasuk gerak-gerik terlihat tidak ada yang dibuat-buat.
“Kei?” panggil Yuan lantaran Keinya tak kunjung merespons. Ia memastikan wanita itu yang justru buru-buru memberinya punggung. Keinya sengaja menghindarinya?
“Kamu takut padaku?” tanya Yuan kemudian.
“Serius aku nggak kenal kamu. Aku bahkan belum resmi bercerai, dan—”
Keinya terlihat jelas sedang mencari-cari alasan.
“Bukan masalah.” Yuan selalu menanggapi dengan santai. “Kita akan menikah setelah perceraianmu selesai.”
Meski Yuan menanggapi dengan santai, tapi Keinya justru merasa semakin tersudut.
“Jangan menambahi masalahku, karena sekarang saja hidupku sudah bermasalah.” Keinya terus bertanya-tanya dalam hatinya; apakah ia terkena karma lantaran asal mengajak orang bersandiwara? Atau jangan-jangan, Yuan justru kolega Athan dan yang lebih parahnya Tiara. Duh ... Keinya merasa sangat malu bahkan kalah telak jika yang baru saja ia pikirkan memang kenyataan tentang Yuan.
Yuan mengernyitkan dahi, kemudian menatap Keinya yang kebetulan menatapnya. “Bagi masalahmu kepadaku. Serahkan semua bebanmu kepadaku agar aku bisa mengurusnya.”
“Su-dah ... sudah. Turunkan aku di sini saja.” Keinya memaksa kemudian bergumam, “Kenapa ada orang aneh seperti dia? Ah tidak-tidak. Bukan dia yang aneh, melainkan aku yang gila karena asal comot orang buat balas dendam!”
“Kei, apakah kamu berpikir, aku ini orang mantan suamimu dan selingkuhannya? Apa yang kamu pikirkan tentang aku sampai-sampai kamu setakut itu? Lihatlah, wajahmu sampai pucat?”
Keinya terdiam sejenak. Lagi-lagi Yuan memberikan bukti jika pria itu tulus.
“Jadi, apa yang harus aku lakukan agar kamu yakin kalau aku tulus?” tambah Yuan. Ia berpikir tipikal Keinya akan sangat sulit percaya apalagi membuka hati setelah pengkhianatan yang Athan lakukan. Ketika ia kembali menoleh pada wanita itu, setelah tatapan yang entah ke berapa, akhirnya ia bertemu dengan mata Keinya yang kebetulan menoleh padanya.
Dari mata Keinya seolah mengisyaratkan “serius kamu tulus?”
“Aku tulus, Kei. Aku mencintaimu bahkan sudah sejak lama!” ucap Yuan lirih masih berusaha meyakinkan.
Bagi Keinya, apa yang ia rasakan saat ini tak beda dengan sebuah kisah romantis yang selalu mendapatkan banyak penikmat. Segala sesuatu yang dipenuhi kebetulan dan sangat sulit diterima nalar, sebab hal semacam itu hanya fiktif selain sangat jarang dijumpai di kehidupan nyata. Namun, kenapa Keinya juga tiba-tiba mengalaminya? Kenapa tiba-tiba ada pria yang jika dilihat dari tampangnya sempurna bahkan kaya, menunjukkan kepedulian padanya dan biasanya hanya ada di karangan cerita tulisannya? Bahkan pria itu tulus menerimanya termasuk Pelangi?
“Aku nggak mungkin membiarkanmu kembali menghilang dari jangkauanku jika itu hanya membuatmu tambah terluka.” Yuan serius mengatakannya. “Jadi mulai sekarang kamu yang menentukan, apa saja yang kamu perlukan biar aku siapkan.”
Lama-lama Keinya justru merasa ngeri. Wanita itu mengerling kemudian melirik Yuan. Pria itu masih mengemudi dengan tampang yang terlihat sangat serius. Sebelumnya Athan memang tipikal serius, tapi pria itu tidak banyak bicara seperti Yuan. Athan hanya bicara seperlunya dan memang tipikal irit bicara. Kalau pun ada hal yang penting pasti Keinya yang akan usaha. Baik itu dengan banyak bicara untuk meyakinkan pilihannya, atau justru mengalah lantaran Athan tak kunjung setuju. Tapi kini, pria bernama Yuan yang sedang mengemudi di sebelahnya akan membebaskannya dalam memilih keperluannya?
“Meski kamu bisa menahan sakit, tapi tidak dengan anakmu.”
Hati Keinya terenyuh. Tatapannya turun menatap Pelangi seiring kedua matanya yang menjadi terasa panas. Sekali lagi ia mencoba mencerna, kenapa dirinya tiba-tiba dipertemukan dengan pria di sebelahnya? Meski memiliki pasangan lagi sama sekali tidak ada dalam tujuan hidupnya setelah apa yang Athan perbuat kepadanya, tapi jika ada pria lain yang peduli kepada Pelangi, ia menjadi sanga terharu.
“Kamu sadar aku, siapa?” Keinya menatap serius Yuan. Ia berpikir, Yuan salah sangka. Maksudnya, jangan-jangan pria itu mengiranya sebagai Kainya kembarannya.
Yuan mengangguk kemudian menatap Keinya. Pria itu tidak langsung menjawab, hingga membuat Keinya menelan banyak rasa. Jangan-jangan, dugaannya jika Yuan salah sangka memang benar? Yuan mengiranya sebagai Kainya? Perlu diingat, latar belakang Yuan merupakan seorang pebisnis, tentu yang Yuan kenal Kainya, bukan dirinya.
“Tiga tahun lalu, kamu mendonorkan darahmu untuk seseorang, kan?” ucap Yuan.
Keinya mengernyit. Ingatannya melayang pada kejadian tiga tahun lalu ketika ia mendonorkan darahnya untuk seseorang. Saat itu, sebenarnya Keinya sedang menjenguk Rara yang dirawat inap di salah satu rumah sakit karena tifus. Salah satu kebiasaan wanita itu ketika sudah sibuk dengan dead line menulis memang akan lupa segalanya termasuk lupa waktu bahkan makan sementara Rara maniak kopi. Hal tersebut pula yang membuat teman baiknya langganan terkena tifus dan wara-wiri menginap di rumah sakit.
Saat itu, Keinya yang kebetulan membantu Rara jalan-jalan lantaran teman baiknya itu bosan istirahat di kamar rawat, tak sengaja berpapasan dengan petugas rumah sakit yang sedang panik mencari donor darah AB resus negatif, untuk seorang pasien kecelakaan lalulintas parah dan kehilangan banyak darah.
Keinya menelan ludah sambil menduga-duga. “Pasien yang kecelakaan lalulintas dan menerima darah dariku ternyata kamu, atau ...?” Ia menatap Yuan penuh kepastian. Benarkah Yuan yang menerima darah darinya, atau orang lain dalam hidup pria itu?
Yuan balas menatap Keinya kemudian mengangguk. “Aku mencintaimu,” ucapnya tanpa keraguan.
“Hanya karena aku mendonorkan darahku?” Keinya terheran-heran. Hanya karena ia mendonorkan darahnya pada Yuan, pria itu mencintainya? Apakah cinta tumbuh semudah itu? Yang saling kenal saja harus kehilangan cinta dan berakhir dengan pengkhianatan, bagaimana dengan cinta yang tumbuh karena kebetulan?
Yuan yang kembali menatap Keinya menggeleng tanpa keraguan. “Mungkin bagi orang lain termasuk dirimu, hal semacam itu berlebihan. Tapi tidak untukku. Melalui darahmu, kamu memberiku kehidupan baru. Semua yang kudapatkan hingga detik ini, karena aku menerima darahmu, Kei.”
Keinya bergeming dan memilih menjadi penyimak baik.
“Hal pertama yang kulakukan setelah pulih adalah mencari tahu tentang donor darahku. Dan setelah mencari tahu lebih banyak tentangmu, semuanya mengalir begitu saja.”
Apa pun yang Yuan katakan, Keinya merasa biasa-biasa saja. Yuan memang tampan. Pria itu memiliki penampilan di atas rata-rata. Namun hati Keinya masih sangat terluka. Boleh dibilang, pengakuan cinta Yuan datang di waktu yang tidak tepat. Bayangkan saja, Keinya baru dikhianati Athan. Athan selingkuh dengan mantannya yang bahkan sudah terjalin lama hingga wanita tersebut hamil. Dan yang membuat Keinya tidak habis pikir, keduanya berani tinggal di rumah bersamanya dengan Athan, ketika Keinya berjuang untuk Pelangi yang sakit di rumah sakit, padahal setengah dari uang pembelian rumah berikut isinya merupakan uang Keinya. Terlepas dari itu, Keinya juga sedang menghadapi masalah pekerjaan yang tidak kalah sulit.
Keinya berdeham dan nyaris berkata, tetapi Yuan tiba-tiba berkata, “Kalau aku bisa menyelesaikan semua masalahmu, apakah kamu mau menerimaku?” Yuan menatap Keinya sangat serius. Bahkan pria itu sampai menghentikan laju mobilnya. Mereka sudah sampai di depan sebuah rumah sakit. Rumah sakit yang masih sama ketika Pelangi dirawat.
“Kamu pikir segampang itu? Sudah jangan dibahas lagi. Lagi pula aku ikhlas menyumbangkan darahku. Kalau pun ada orang lain yang membutuhkan dan aku mampu, tentu aku akan melakukannya tanpa memandang siapa penerimanya.”
“Setidaknya kita bisa jadi teman baik dulu. Kamu juga jangan merasa terbebani karena pernyataan cintaku.”
“Aku tidak bisa janji. Jangan berharap padaku.”
“Kalau aku tetap berharap?”
Keinya tidak menjawab sementara Yuan memang tidak membutuhkan jawaban. Karena apa pun jawaban yang akan Keinya berikan, Yuan tetap dengan keputusannya mencintai Keinya dan segera meresmikan hubungan mereka.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
move on KEI
2025-02-28
0
Fatma ismail
luka baru masih sulit untuk sembuh
2021-10-09
0
Mardiatun Atun
🤔🤔🤔🤔
2021-09-13
0