“Setampan-tampannya pria, bahkan sekalipun si pria juga bergelimpang harta dan selalu bisa memperlakukan wanita dengan baik, tapi jika pria itu memberikan perhatiannya pada semua wanita, rasanya, ...enggak ada lagi yang istimewa. Pria itu enggak lagi berharga, melainkan murahan.”
Bab 16 : Sisi Lain Yuan
****
Yuan berbincang akrab dengan seorang wanita bertubuh semampai yang tingginya nyaris setara dengannya. Pria tersebut membiarkan sebelah tangannya didekap mesra oleh si wanita. Namun keadaan menjadi berubah ketika yang Yuan dapati di balik pintu apartemennya, justru Rara.
Rara, wanita berwajah lugu yang selalu tampil ceria itu terlihat sangat tegang kemudian menyambut kehadiran Yuan dengan senyum masam, sebelum semua itu juga diberikan kepada wanita cantik di sebelah si pria dan Rara curigai sebagai Ryunana.
“Bukankah wanita ini Ryunana? Kenapa dia enggak secantik di foto-foto yang diunggah ke IG? ... luar biasa, sekelas Ryunana juga hobi pakai kamera siluman. Padahal uangnya banyak dan bisa dipakai buat perawatan!” gumam Rara sambil menatap penuh senyum wanita cantik di sebelah Yuan. Wanita yang memakai bedak tebal untuk menutupi benjolan jerawat di wajahnya.
“Kenapa kamu setegang itu? Keinya mana?” Yuan melongok ke belakang Rara. Tak ada tanda-tanda kehidupan di belakang wanita di hadapannya. Pun sekadar celoteh dan tangis bayi. Benar-benar sepi. Terpikir oleh Yuan, apakah Keinya telah pergi dan mengingkari janjinya memberikan penilaian terhadap wanita calon Yuan? Lantas, untuk apa Yuan sampai membiarkan Ryunana menyentuhnya, jika Keinya yang ingin Yuan lihat reaksinya dan berharap kehadiran Ryunana membuat Keinya cemburu, justru tidak ada?
Ketika Rara menjadi semakin tegang, Ryunana justru mengerutkan dahi dan terlihat sangat penasaran. Meski tak lama kemudian setelah mengamati wajah Rara semakin teliti, Ryunana juga menjadi tegang dan kerap menepis tatapan Rara.
“Apakah Yuan memang selalu dekat dengan semua wanita? Kemarin dia bikin aku puyeng gara-gara perhatian berlebihannya ke Keinya. Nah sekarang, dia kelihatan romantis banget sama Ryunana?” pikir Rara. Rara mencoba tetap tersenyum kendati perasaannya mulai sebal kepada Yuan. Baginya, setampan-tampannya pria, bahkan sekalipun si pria juga bergelimpang harta dan selalu bisa memperlakukan wanita dengan baik, tapi jika pria itu memberikan perhatiannya pada semua wanita, rasanya, ...enggak ada lagi yang istimewa. Pria itu enggak lagi berharga, melainkan murahan.
Yuan yang tak sabar dikarenakan Rara hanya kebingungan tak kunjung memberinya balasan, justru menerobos masuk. Dada Yuan bergerum hanya karena kecurigannya mengenai Keinya yang telah pergi meninggalkannya.
“Yu ... bagaimana kalau kita ke luar saja?” bujuk Ryunana sembari menarik kemudian menahan sebelah lengan Yuan.
Yuan balik badan menatap Ryunana. Rona kesal begitu mencolok di wajah tampannya. Tatapan Yuan juga menjadi tajam selain pria itu yang terlihat sangat tidak nyaman. Seperti halnya yang terpancar di wajah Ryunana meski wanita itu mengulas senyum pada Yuan. Bedanya, Ryunana terkesan menghindari Rara. Ryunana tak bisa berhenti melirik Rara dan terkesan berjaga-jaga.
Yuan segera menepis Ryunana berikut tahanan tangannya.
Kedua mata Yuan terus mencari-cari. Pintu kamarnya yang tertutup menjadi tujuannya. Ketika ia membuka dan memasuki kamar yang nyatanya tak dikunci, di sana tidak ada Keinya atau pun Pelangi. Bayi itu tak lagi di ranjang tidur layaknya ketika terakhir kali Yuan tinggalkan.
Yuan segera ke kamar mandi untuk memastikan keberadaan Keinya dan Pelangi. Pintu kamar mandi dalam keadaan tertutup. Namun ketika Yuan membukanya dan kebetulan juga tidak dikunci, ia tetap tidak menemukan Keinya berikut Pelangi.
“Ke mana mereka? Bukankah Keinya sudah berjanji untuk tidak meninggalkan apartemen sebelum wanita itu memberikan penilaian terhadap wanita-wanita yang mengejarnya termasuk Ryunana?” pikir Yuan.
Di tengah perasaan campur aduk antara cemas dan kesal, Yuan mengeluarkan ponselnya sambil meninggalkan kamar dengan langkah tergesa.
***
Keinya menghela napas panjang dan mendapatkan kelegaan setelahnya. Dadanya tak sesesak sebelumnya. Juga, pikirannya yang tak lagi sepanas sebelumnya, setelah sempat terasa seperti nyaris meledak. Akan tetapi, dering telepon masuk yang terus terulang di ponselnya, mulai mengikis ketenangannya. Nomor tak bernama dan diyakininya nomor Kainya.
“Bahkan kamu tak mau menjawab teleponku?” ucap seorang pria dan membuat Keinya yang terdiam menatap layar ponselnya menjadi mengerutkan dahi.
Keinya mendapati Yuan sebagai pemilik suara yang mengagetkannya. Penelepon nomor ponselnya ternyata Yuan, apalagi sambungan telepon tersebut juga masih berlanjut hingga sekarang. Keinya berpikir, jika pria di hadapannya merupakan pemilik nomor yang tidak ia simpan, dan selama ini ia kira sebagai nomor Kainya.
“Yuan … dia? Selama ini, dia benar-benar ada dalam hidupku dan justru aku kira sebagai nomor ponsel Kainya?” pikir Keinya yang sampai menjadi merinding!
Selama dua tahun terakhir, nomor ponsel Yuan Keinya kira sebagai salah satu nomor Kainya yang begitu sering menghubungi Keinya. Apalagi, nomor ponsel Yuan kerap mengirimi Keinya deretan pesan penuh perhatian berikut telepon yang selalu Keinya abaikan.
Yuan menatap Keinya dengan kekesalan yang seolah nyaris meledak, jika melihat dari ekspresi wajahnya yang berubah menjadi sangat menyeramkan.
Tanpa menanyakan perihal nomor ponsel Yuan, Keinya segera menolak panggilan telepon di ponselnya dan membuat layar ponsel Yuan kembali menyala berikut suara operator yang mengatakan jika nomor tujuan Yuan sedang tidak bisa menerima telepon. Kenyataan tersebut membuat Yuan terheran-heran menatap Keinya. Namun, Keinya justru tak acuh dan menepis tatapan Yuan.
Keinya merasa tak habis pikir karena ternyata Yuan sudah ada dalam hidupnya sejak lama. Mungkin sekitar dua tahun terakhir. Semenjak Keinya menikah dengan Athan.
Sebelah tangan Yuan yang tidak mengendalikan ponsel, meraih sebelah wajah Keinya. Keinya yang awalnya baru saja menepis tatapan Yuan untuk menatap Pelangi yang ada di gendongannya, menjadi terkesiap.
“Jangan memperlakukanku seperti tawanan. Aku ini manusia yang memiliki banyak urusan. Lagi pula, ini masih jam makan siang. Aku enggak lari apalagi mengingkari janjiku,” tegas Keinya sambil menatap Yuan penuh peringatan, sebab pria itu masih menatapnya dengan tajam. Selain itu, yang paling mengganggunya bukan cara pria itu menatapnya, melainkan tangan pria itu yang selalu sembarangan menyentuhnya.
“Seharusnya kamu mengatakan itu kepadaku sebelumnya. Aku bisa mengantarmu atau meminta orangku untuk mengantarmu.” Yuan sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari kedua mata Keinya yang terlihat sangat sembam.
Keinya bergeming sambil menatap sebal kedua netra Yuan, dan kali ini menghela napas pasrah.
“Tolong jaga sikapmu dan jangan menyentuhku sembarangan!” pinta Keinya masih menatap datar pria di hadapannya.
“Kalau aku tidak bisa, bagaimana?” Yuan masih menatap dalam ke dua manik mata Keinya. ke dua manik mata yang selalu membuatnya tak berdaya lantaran dari sana, ia melihat banyak luka dan tak kunjung hilang bahkan sekadar berkurang.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Iin Ubay
maaf Thor udahan bacanya tambah pusing membingungkan ga menghibur maaf ya
2023-05-08
2
Nuzlie🎭eiLzun
jangan jangan kainya itu tidak wujud, itu cuma imaginasi khanya sebelum menikah dengan athan.. Kembaran keinya itulah yang menyebabkan hubungan antara keinya dan athan meregang. Buktinya nombor ponsel yang disangka kembarannya ternyata nombornya yuan. keinya selama ini rupanya berhalusinasi bertahun tahun.... semangat thorr
2022-07-28
1
Sri Wahyuni
ko crta y jd bkin pusing
2022-04-20
0