“Bukankah perselingkuhan terjadi karena seseorang menginginkan yang lebih baik dari pasangannya? Namun, kenapa Athan justru kebalikannya? Meninggalkan yang sempurna untuk yang jauh dari sempurna.”
14
Cinta dan Selingkuh
“Asal kamu tahu, ya, Kei. Waktu kemarin kamu tiba-tiba pingsan, aku tuh bingung banget. Apalagi meski aku sudah WA Athan kalau kamu pingsan dan nggak bisa pulang—”
Tanpa menatap Rara yang duduk di sebelahnya, Keinya langsung memotong perkataan wanita itu. “Aku dan Athan akan bercerai.” Keinya mengatakannya dengan tidak bersemangat.
Rara terkesiap dan sampai terbatuk-batuk.
Sambil memberikan segelas air putih yang ada di hadapannya, Keinya menatap Rara. “Jadi, meski kamu mengatakan kalau aku mati tertabrak kereta,”
Keinya mendadak terdiam di tengah rautnya yang menjadi dipenuhi kesedihan.
“Dia tetap nggak akan peduli,” ucap Keinya kemudian sambil menepis tatapan Rara.
Setelah terdiam hanyut dalam kesedihan Keinya, Rara buru-buru meminum air minum pemberian wanita tersebut. Dan saking buru-burunya, air minumnya sampai tumpah mengguyur sebagian leher hingga dadanya.
Rara masih belum bisa percaya jika apa yang Keinya katakan merupakan kebenaran. Aneh saja. Atas dasar apa, Keinya berkata seperti tadi? Namun jika melihat ekspresi wanita itu, tidak ada sedikit pun tanda-tanda kalau Keinya sedang bercanda.
Dengan ekspresi yang masih dingin, Keinya menarik beberapa tisu yang kebetulan ada di hadapannya. Ia memberikan tisu tersebut kepada Rara yang langsung menjeratnya dengan pandangan serius bahkan jengkel, sesaat setelah menerimanya.
“Bu-bukankah kalian saling mencintai? Bercandamu kelewatan, ah!” protes Rara.
Tangan Rara memang mengelap asal sekitar mulut berikut leher dan baju bagian dada yang terkena air minum, tetapi matanya masih menjerat Keinya dengan tatapan tidak percaya.
Keinya terdiam sementara tatapannya masih kosong tanpa memberikan penjelasan berarti.
Rasa sedih mulai menyerang Rara. “Kei ... kok kamu malah kelihatan sedih begitu?” Ia nyaris menangis hanya karena melihat ekspresi Keinya yang dipenuhi kesedihan.
Dengan kata lain, Keinya memang nggak bercanda? Dia serius dengan perkataannya kalau dia dan Athan ...? Astaga ....
Setahu Rara, selama sembilan tahun mengenal Keinya, semenjak mereka sama-sama duduk di bangku SMA, Keinya tipikal yang hampir di setiap kesempatan selalu serius dan sangat jarang bercanda. Pun meski wanita itu sedang menonton atau terjebak dalam situasi lucu. Keinya jarang tertawa lepas. Paling sekadar senyum basa-basi yang hanya sedikit menarik sudut bibir tipis berisinya. Kalaupun Keinya tersenyum jauh lebih lepas, pasti karena wanita itu sengaja melakukannya untuk menuangkan kekesalannya.
Selain tidak memiliki selera humor, Keinya memang pribadi yang kaku dan hanya akan bebas berekspresi melalui tulisan. Jangankan mengatakan kata-kata penenang apalagi manis, sekadar memeluk saja Keinya sangat kaku. Pun mengenai kebiasaan cipika-cipiki di setiap pertemuan atau perpisahan, teman baiknya itu lebih memilih untuk menghindar. Kalaupun menjalani, tentu sebuah robot jauh lebih baik dalam melakukannya ketimbang Keinya.
“Kei ... kamu beneran nggak sedang bercanda?” Rara mencoba memastikan dan sialnya masih tak ada balasan atau sekadar penjelasan lebih lanjut dari Keinya. Wanita itu benar-benar bungkam berselimut kesedihan.
“Padahal kalian sering pamer kemesraan,” desis Rara masih tak percaya.
Sulit bagi Rara untuk percaya, apalagi Keinya dan Athan terkenal sebagai pasangan serasi di kalangan teman-teman mereka. Hampir semua yang mengenal keduanya beranggapan sama dengannya—Athan dan Keinya sangat cocok. Namun, jika keadaannya sudah seperti sekarang, dengan kata lain penilaian sekaligus anggapan banyak orang tidak menjamin nasib suatu hal tanpa terkecuali hubungan.
“Kami nggak pernah pamer kemesraan.” Keinya buru-buru mengomentari, mengoreksi anggapan Rara yang seketika itu langsung menyeringai sambil memasang ekspresi tak berdosa.
“Maksudku kalian sangat cocok.”
Rara mulai merasa serba salah. Ia takut, caranya memberi Keinya masukan agar tidak berpisah dengan Athan justru semakin melukai wanita itu.
“Selain itu, kalian juga jarang bertengkar.” Rara mengerucutkan bibirnya. “Dan saking cocoknya kalian, semua yang lihat langsung jadi iri.”
“Jangan bahas itu lagi. Nggak ada gunanya.”
Balasan Keinya langsung membuat Rara tutup mulut. Wanita berambut sepundak itu tertunduk karena merasa sedih sekaligus serba salah.
“Kalau memang aku dan Athan saling mencintai, tentu dia tetap bertahan tanpa diam-diam mencari kebahagiaan dari wanita lain. Begitu juga denganku. Kalau memang aku benar-benar mencintai Athan, tentu aku akan tetap bersamanya sekalipun dia lebih memilih wanita lain.”
Jauh di lubuk hatinya, Keinya juga bingung. Sebenarnya, cinta itu seperti apa? Karena seperti yang baru saja ia katakan, jika ia dan Athan memang saling mencintai, seharusnya mereka tetap bertahan dan bersama-sama, kan?
Ketika Keinya terlihat sangat sedih dalam diamnya dan sampai melamun, Rara justru kelabakan. Rara sibuk mengerjap sambil sesekali menelan ludah, menahan rasa tidak percaya yang terus menuntutnya untuk segera mengetahui penyebabnya. Athan selingkuh? Pria itu mengkhianati Keinya? Kenapa hal yang dirasanya sangat mustahil itu justru terucap dari bibir Keinya yang tidak pernah bercanda? Dan kenapa pula Athan harus selingkuh di mana hal tersebut menjadi alasan perceraian antara pria itu dengan Keinya?
“Sebenarnya, cinta itu seperti apa? Aku sendiri nggak yakin. ... aku nggak tahu.”
Makin lama, suara Keinya menjadi kian lirih tak beda dengan meracau. Ada kehancuran yang begitu besar dan seolah sengaja wanita itu tutupi.
“K-kei ... tunggu!” Rara mengguncang dan menahan sebelah tangan Keinya.
Keinya menatap Rara dan terlihat terpaksa bahkan malas.
Rara menatap Keinya dengan tatapan sangat serius, di mana orang lain yang melihatnya bisa langsung tahu, ia akan mengatakan hal serius kepada lawan bicaranya.
Rara ingin berucap, menuangkan pertanyaan yang telah memenuhi benaknya. Akan tetapi, lidahnya mendadak kelu, membuatnya susah payah menyusun kembali kata-kata yang ingin ia tanyakan jauh lebih keras dari sebelumnya.
“Athan selingkuh?!” Kalimat itu melesat begitu saja dari bibir Rara mengiringi rasa tidak percayanya. Bahkan karenanya, napasnya sampai tersengal-sengal. Rasa getir tiba-tiba saja menguasainya. Sakit, pasti. Apalagi Keinya yang menjalaninya? Keinya pasti tak hanya sakit, melainkan sangat tertekan!
Keinya menelan ludah sambil menepis tatapan Rara. Sudah ia duga, pertanyaan itu yang akan langsung terlontar dari bibir Rara. “Ya. Dia kembali ke Tiara.”
Rara semakin terkejut. Bahkan karenanya ia sampai gelagapan. “Yang benar saja, Athan lebih memilih cabe-cabean sekelas Tiara?” gumamnya tanpa berani mengatakannya. Rara takut, Keinya yang pendiam namun emosional, sampai mendengarnya kemudian pingsan. Sebab kebiasaan wanita itu kalau sudah terlalu banyak pikiran bisa langsung pingsan.
Rara tak mau teman baiknya semakin bersedih. Sudah diselingkuhi, selingkuhan Athan justru tidak lebih baik dari Keinya.
Bukankah perselingkuhan terjadi karena seseorang menginginkan yang lebih baik dari pasangannya? Namun, kenapa Athan justru kebalikannya? Meninggalkan yang sempurna untuk yang jauh dari sempurna.
“Sekarang mereka tinggal di rumah bersamaku dan Athan. Jadi kamu jangan mencariku ke sana apalagi sampai datang ke sana.” Suara Keinya masih terdengar datar tak bersemangat.
Penjelasan tambahan dari Keinya membuat Rara makin penasaran. Keinya dan Athan sangat jarang bertengkar atau sekadar berselisih paham. Namun, sekali mereka memiliki masalah, mereka tak beda dengan benda antik berbahan kaca begitu tipis dan dengan mudahnya langsung hancur karena senggolan kecil.
“Sebentar ... ceritamu nyaris bikin aku mati muda!” Rara mencoba jauh lebih rileks. Wanita itu mengatur napas sesantai mungkin dengan kedua tangan tersilang di dada. Dapat dia rasakan, jantungnya berdebar tidak wajar dan jauh lebih kencang dari biasa. “Ceritamu benar-benar mirip dengan cerita yang selalu tren di grup sebelah ... padahal kita nggak pernah bikin kisah macam pelakor ...?” Rara melirik Keinya yang lagi-lagi menepisnya.
“Cepat habiskan sarapanmu karena sebentar lagi kita akan bertemu Ryunana.” Setelah terdiam sejenak, Keinya menambahi, “Jangan bahas apa pun tentang Athan lagi.”
Rara mendelik. Kedua tangannya mencengkeram sebelah tangan Keinya.
Meski terlihat malas, Keinya pun melirik dan menatap Rara.
“Jadi, si Yuan itu calon papa baru buat Pelangi?” Rara menyeringai jail.
Keinya mendengkus kemudian mengipratkan cengkeraman Rara. “Jangan bergosip. Kami bersama karena kami memang sedang ada urusan.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
mega keyna
pendirian dan cara berfikir km yg terlalu egois key,buka fikiran km buat pasangan kita biar saling memahami,jujur dan terbuka ada lah pondasi awal sebuah hubungan,jgn semua di tampung sndri,kita jg butuh teman buat curhat,jgn sllu mrsa diri sndri bisa,perempuan mmg harus bisa mandiri dan kuat,tp perempuan jg mahluk tuhan yg lembut,,,
2022-05-28
3
Fatma ismail
papa baru
2021-10-09
0
Heru Yanto
next 👍👍👍👍👍
2020-12-31
0