“Ketulusan akan membuat penjahat menelanjangi dirinya sendiri di depan banyak orang.”
Episode 5 : Kaktus
“Aku baik-baik saja. Enggak ada yang perlu dikhawatirkan. Sedangkan urusan Pelangi, itu sudah menjadi bagian dari tanggung jawabku. Pergilah,” ucap Keinya tanpa menatap Kainya. Ia mencoba membaringkan Pelangi dan menidurkan gadis kecilnya itu.
“Mau sampai kapan kamu diperbudak cinta? Ayolah, Kei. Urusan cinta hanya manis sementara. Bahkan kamu juga sudah membuktikannya?” Kainya kembali meledak-ledak.
Lantaran Keinya masih mengabaikannya, Kainya pun menahan kedua bahu wanita itu dan menghadapkan paksa padanya. “Ceraikan Athan! Ceraikan Athan, karena itu satu-satunya cara untuk melindungi harga dirimu!” Ia menatap saksama kedua mata cokelat Keinya.
Tatapan Keinya terbilang kosong. “Ya ... itulah yang akan kulakukan. Aku memang akan menceraikan A-than ….”
Kainya menghela napas dan terlihat cukup lega kendati kembarannya terlihat semakin sakit. Tatapan Keinya begitu kosong dan tidak ada sedikit pun semangat yang terlihat dari kembarannya itu.
Setelah suasana sempat hening, tiba-tiba Keinya berkata, “kamu, sudah menemuinya?” Ia menatap Kainya tanpa bisa menyembunyikan kecurigaannya.
Kainya menepis tatapan Keinya dengan ekspresi yang menjadi dipenuhi kecewa. Sebuah kenyataan yang Keinya yakini, Kainya memang telah menemui Athan. Bahkan jika melihat cara Kainya menepisnya, seolah-olah jika sesuatu yang buruk telah wanita itu lakukan kepada Athan.
“Kamu enggak macam-macam, kan, Kai?” Ia takut, Kainya berbuat nekat yang justru membuat keadaan semakin buruk. Terlebih kembarannya itu tipikal keras kepala dan tidak akan tinggal diam jika menyangkut kebahagiaan Keinya.
“Mana mungkin aku enggak macam-macam, kalau dia sampai membawa selingkuhannya ke rumah kalian, padahal di sini kamu hampir gila? Athan enggak adil. Pria itu benar-benar sialan! Brengsek, nggak punya otak! Jelas-jelas anak sekarat, dia malah enak-enakkan! Jijik aku!”
“Athan dan Tiara tinggal di rumah kami?” Keinya kebas. Ia kembali terluka kendati wanita itu sudah berjanji pada dirinya, untuk menjadi wanita tangguh demi Pelangi. Dengan air mata yang mengalir begitu saja tanpa bisa ia tahan terlebih kendalikan, ia berkata, “kamu tahu kalau Athan selingkuh?”
Keinya penasaran, siapa yang memberi tahu Kainya? Apakah Kainya tahu dari orang lain, atau Tiara bahkan Athan? “Dan … m-mereka … benar-benar tinggal di rumah—”
Keinya tidak bisa melanjutkan pertanyaannya. Membayangkan Tiara tinggal di rumah bersamanya dengan Athan saja, Keinya tidak sanggup. Keduanya benar-benar biadab. Mereka telah menginjak-injak harga diri Keinya padahal mereka sudah menorehkan luka yang begitu dalam pada Keinya bahkan Pelangi!
Sebenarnya, apa yang dipikirkan Athan dan Tiara dengan hubungan mereka, terlebih Athan? Sekalipun mereka saling mencintai bahkan sampai akan punya anak dalam waktu dekat, tapi sebagian besar uang yang digunakan untuk membeli rumah beserta isinya juga uang tabungan Keinya!
Sambil melirik Keinya, Kainya berkata, “Kuharap kamu bisa mengambil keputusan secepatnya. Aku tahu ini sulit, tapi akan lebih sulit lagi kalau kamu hanya diam terlebih sampai memaafkan mereka.”
Keinya memang bungkam, tapi tidak dengan tangis apalagi kesedihannya. Kainya, kembarannya sedang berada di titik nadir. Titik di mana seseorang sangat rawan melakukan tindakan nekat bahkan bunuh diri.
Keinya menunduk sementara tubuhnya sempoyongan. Ia duduk di tepi ranjang rawat Pelangi dan termangu di sana. Wajahnya yang sempat bercahaya, kini kembali pucat pasi. Tidak ada sedikit pun gairah kehidupan yang terpancar di sana.
“Jangan sampai mengulur-ngulur waktu. Kamu harus segera menceraikannya, lalu pergi dari sini!” Kainya geregetan sekaligus tidak sabar lantaran Keinya masih saja diam padahal ia sudah menunggu lebih dari sepuluh menit. “Jangan sampai berubah pikiran, Kei! Kamu jangan sampai mau dimadu hanya karena kalian sudah punya anak!” Kali ini ia berteriak.
Kainya benar-benar tidak tahan. Sialnya, kembarannya sangat mencintai Athan. Kainya takut, Keinya berubah arah dan tetap menerima Athan, terlebih mereka sudah memiliki Pelangi.
“Ayolah, Kei, jangan hanya diam. Kamu harus membalas mereka! Kalau kamu hanya diam, jangan salahkan aku, karena aku yang akan mengurus mereka!”
“Memikirkan balas dendam enggak akan pernah ada habisnya. Tapi aku tahu bagaimana membalas rasa sakit yang membuat kita hancur sehancur-hancurnya.” Keinya mengatakannya seperti tidak sadar. Akan tetapi, ia berangsur menatap Kainya dan mencoba meyakinkan wanita itu melalui tatapannya.
“Kita cukup memberikan ketulusan kepada mereka karena itu jauh lebih bisa membuat mereka menyesal. Ketulusan akan membuat penjahat menelanjangi dirinya sendiri di depan banyak orang.” Keinya masih bertutur lemas.
“Apa maksudmu? Kenapa justru memberikan ketulusan setelah apa yang mereka lakukan dan jelas-jelas mereka enggak punya pikiran? Sewa pembunuh bayaran saja, kalau kamu nggak mau mengotori tanganmu!”
“Kai, orang yang enggak suka kita lebih menyukai kabar buruk, daripada kebahagiaan menimpa kita.”
Kainya mengerutkan dahi kemudian mendengkus.
“Aku akan hidup bahagia, sekalipun mungkin hanya berpura-pura. Tak mudah melepas Athan begitu saja. Aku tahu, orang-orang pasti akan menganggapku gila, apalagi kamu. Tapi biar bagaimanapun ... aku harus memikirkan Pelangi. Pelangi masih membutuhkan Athan.”
Kainya terpejam pasrah mendengar balasan Keinya. “Kei ... kita tetap bisa hidup meski sejak bayi, kita tinggal di panti asuhan. Kita enggak pernah merasakan kasih sayang orang tua, tapi kita tetap berprestasi di pendidikan maupun pekerjaan. Jadi, jangan berpikir hal yang buruk akan menimpa Pelangi, hanya karena kamu sudah enggak sama Athan!”
Keinya mengulas senyum sambil menitikkan air mata. “Ya ... Pelangi akan baik-baik saja. Aku akan bekerja keras untuk kebahagiaan Pelangi!”
Setelah berkata seperti itu, Keinya terisak-isak dan itu membuat hati Kainya terenyuh. Bahkan Kainya sampai kembali menitikkan air mata, sekalipun wanita itu sudah berusaha keras menahannya.
Kainya mendekap tubuh Keinya dengan hangat. “Kamu bikin aku jadi wanita lemah. Sebelumnya aku enggak pernah menitikkan air mata apalagi menangis seperti ini.”
Tangis Keinya kian pecah. “Seharusnya kita lebih sering begini. Bahkan kamu sangat jarang memelukku padahal kamu satu-satunya keluargaku.”
“Pelukan dan semacamnya hanya akan membuatku menjadi lemah,” tangkis Kainya.
Tak lama setelah itu, seseorang mengetuk pintu ruang rawat keberadaan mereka, dari luar. Ternyata seorang kurir datang mengantar kaktus dalam pot kecil untuk Keinya. Ada amplop merah muda berisi kartu ucapan dan langsung Keinya baca setelah meletakkan pot tersebut, di atas nakas sebelah ranjang rawat Pelangi.
[Cepat sembuh, ya. 😊😊]
“Apa maksudnya masih mengirimi kamu hadiah?!” Kainya menatap sinis kaktus berbentuk menyerupai kepala tokoh Mikey Mouse tersebut, dan tengah mencuri perhatian Keinya. Adiknya itu terlihat semakin bersedih.
“Kemarin pakaian ganti, dan sekarang bunga. Jadi, apa maksudmu masih peduli kepada kami, Than?” batin Keinya. Keinya terpejam dan merasa sangat lelah. Ia tidak mengerti dengan maksud Athan masih memperhatikannya. Ia memang memakaikan pakaian ganti yang kemarin dikirimkan untuk Pelangi karena biar bagaimanapun, hubungan Pelangi dan Athan tidak akan berubah sampai kapan pun. Namun, tidak untuknya. Sebab meski Keinya memang masih mencintai Athan, tapi ia tidak mau berharap lagi kepada pria itu termasuk untuk sekadar memakai hadiah yang pria itu berikan. Terlebih, Keinya sedang berusaha belajar melepas Athan, dan sebisa mungkin menjaga hubungan pria itu dengan Pelangi.
Namun ketika Keinya membuka mata, kaktus itu tak lagi di hadapannya. Ia segera balik badan dan mendapati Kainya membawa kaktusnya keluar.
“Kai, jangan begitu. Itu untuk Pelangi. Athan berhak melakukannya, karena sampai kapan pun hubungan mereka enggak akan pernah berubah.” Keinya berusaha menahan. Ia mendengkus dan terlihat pasrah lantaran Kainya tetap dengan keputusannya.
“Aku akan membelikan banyak tanaman dan bunga untuk Pelangi! Kaktus busuk ini enggak seharusnya ada di sini. Aku akan mengirimkan kembali kaktus ini ke pengirimnya. Tapi kamu jangan khawatir, karena aku juga akan mengiriminya hadiah lebih!” Kainya mengubah langkah cepatnya menjadi berlari dengan emosi yang membuat wajah cantiknya dipenuhi ketegangan.
Kurir pengantar kaktus menjadi tujuan Kainya. Kebetulan, kurir itu baru saja akan memasuki lift di lorong sebelah ruang rawat Pelangi.
***
Di ruang kerjanya, Yuan Fahreza menatap tidak mengerti kaktus pilihannya yang justru dikirimkan kembali kepadanya, lengkap dengan kartu ucapan dalam amplop berwarna merah muda, padahal ia kirimkan untuk Keinya berikut Pelangi. Terlebih baginya, kaktus sangat baik menghalau radiasi. Juga, kaktus yang baginya tak beda dengan Keinya. Karena sama halnya dengan kaktus, meski dari luar terlihat begitu tegar bahkan kuat, tetapi sebenarnya Keinya sangat rapuh. Keinya juga seperti wanita pada kebanyakan; seorang ibu yang begitu mencintai keluarga kecilnya dan sangat membutuhkan dukungan pasangannya, selain dukungan dari orang-orang sekitar.
[Sekali pengecut tetap pengecut!
Dasar laki-laki tidak tahu malu!
Kita selesaikan semuanya di pengadilan!]
Membaca itu, Yuan bergeming kebingungan.
“Maaf, Pak.” Tina Sekretaris Yuan, menegur dengan ragu.
Yuan yang terlihat masih kebingungan, segera menatap Tina kemudian mengangguk. “Ada apa?”
Tina tidak membalas Yuan, tapi wanita cantik itu terlihat sangat resah bahkan takut.
“Ada masalah?” tanya Yuan makin penasaran.
“M-maaf, Pak. T-tapi, sebenarnya, … sebenarnya kiriman untuk Bapak tidak hanya kaktus itu. Karena di depan masih ada kiriman bunga yang lebih besar.”
Ada kiriman bunga yang lebih besar, sementara sekretarisnya justru terlihat ketakutan? Yuan makin penasaran. “Bunga apa?”
Kendati terlihat ragu, Tina segera meninggalkan Yuan. Wanita berpenampilan menarik itu membukakan pintu dan mempersilakan kurir pengirim bunganya masuk. Ia melakukan itu, dikarenakan bunga kiriman yang dimaksud dalam bentuk papan ucapan.
[Turut berduka cita dan semoga arwah Anda tidak pernah diterima, karena Tuhan akan menempatkan Anda di Neraka!]
Yuan tidak mengerti dengan maksud kiriman bunga ucapan dari Keinya. Pantas saja Tina terlihat sangat ketakutan tanpa terkecuali kedua kurir yang mengantarkan bunganya. Lantas, atas dasar apa, Keinya mengiriminya bunga itu? Apakah bunga itu benar-benar untuknya? Atau, Keinya hanya salah kirim? Dan jika memang salah kirim, kenapa Keinya harus mengirim bunga ucapan semacam itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
gud kainya 😘😘😘👍👍👍👍
2025-02-28
0
Fani Indriyani
kai...sini aku bisikin yg ngirim kaktus si yuan bkn athan...athan mah mana peduli ma kei dan pelangi,papasan di rs aja cuek gt
2024-03-09
0
Sussy Andriany
ngakak jg tuh si kainya ia,slah sasaran tuh Kai,mantan lu tuh kai
2023-10-01
1