“Cinta yang menyakitkan memang lebih baik dibuang, dilupakan, kan?”
Bab 6 : Balas Dendam
****
Dengan lemas sekaligus canggung, Keinya menarik tangan kanannya dari kop pintu lemari sepatu. Ia sengaja memasang wajah cuek ketika meninggalkan Athan. Namun, tiba-tiba saja Keinya merasa sesak memenuhi dadanya, selain rasa panas yang tiba-tiba saja menyerang matanya.
“Ternyata aku belum benar-benar mati rasa,” batin Keinya.
Keinya sengaja menghela napas dalam sekaligus pelan, demi meredam sesak di dadanya yang membuatnya merasa sangat sakit. Sambil terus melangkah, ia mengerling mengamati suasana rumah yang sepi dan kotor. Kontras dari ketika ia yang mengurus. Meski berisik oleh tangis Pelangi, tapi rumahnya selalu bersih tanpa ada debu yang terlihat terlebih helai rambut layaknya sekarang dan itu sangat mengganggunya. Biasanya, sedikit saja rumah berdebu terlebih sampai ada rambut yang tercecer di lantai, Athan pasti akan protes dan tak segan memarahinya. Pun meski saat itu, Keinya juga sedang hamil Pelangi, di mana kesehatan Keinya juga menjadi kurang baik semenjak hamil.
Ketika akan menginjakkan kaki di anak tangga yang menghubungkan ke lantai atas, Keinya yang menyadari Athan masih menatapnya dengan cemas, segera berkata, “biar bagaimanapun, aku masih berhak datang ke rumah ini. Jangan secemas itu.”
“Bagaimana mungkin, kamu mengatakan masih berhak datang ke rumah ini, setelah kemarin sibuk memaki dan membuat onar di sini?” Dari lantai atas, Tiara melirik sengit Keinya sambil bersedekap di tepi anak tangga.
Keinya refleks menengadah hingga membuatnya mendapati wanita berperut buncit, dan kali ini terlihat begitu bengis.
Pernyataan Tiara membuat Keinya semakin yakin, Kainya telah berbuat onar dan setidaknya membuat wanita tersebut sangat kesal. Seketika itu juga, senyum sarkastis menguasai wajah cantik Keinya yang masih pucat. Kesal dan muak menguasai Keinya detik itu juga. Anehnya, hanya melihat Tiara, sudah membuatnya bersemangat untuk melukai sekaligus balas dendam kepada wanita itu. Tiara telah mempersulit masa depan Pelangi. Tidak ada ampun bagi Tiara bahkan anak dalam kandungan wanita jahat itu! Keinya pastikan, Tiara akan menyesal bahkan seumur hidup wanita itu hanya dipenuhi dengan penyesalan!
“Jangan khawatir. Aku bukanlah orang yang tertarik pada makanan orang lain.” Gaya Keinya benar-benar santai. Kontras dengan batinnya yang menjerit menahan sakit selain ingin mengamuk mencabik-cabik wanita di hadapannya.
Tiara ketar-ketir. Lain halnya dengan Athan yang diam tanpa bisa menyembunyikan keresahannya. Dua wanita dalam hidupnya sedang berhadapan bahkan mulai adu mulut.
“Memangnya kamu enggak tahu, kalau setengah uang yang digunakan untuk membeli termasuk isi rumah ini, uangku? Kalau kalian memang enggak mau melihatku berkeliaran di sini, sedangkan kalian juga enggak bisa mengembalikan uangku, kalian bisa menjual rumah ini.” Setelah mengatakan itu, Keinya menaiki anak tangga menuju lantai atas keberadaan Tiara.
Selama Keinya menaiki anak tangga, selama itu juga rasa kesal Tiara pada wanita itu makin membludak. Bahkan ia harus susah payah meredamnya dengan mengatur napas sedemikian rupa, kendati tentu, kenyataan tidak bisa berbohong dikarenakan napas yang memburu terlepas dari lirikan sinis yang terus tertuju pada Keinya, menjadi pemandangan mutlak dari Tiara.
Sesampainya di lantai atas, Keinya melewati Tiara begitu saja tanpa berhenti atau sekadar melirik wanita itu. Ekspresi Keinya begitu dingin dan sangat berbahaya jika sampai diusik. Selain itu, jauh di lubuk hatinya, Keinya juga merasa bersyukur telah menjadi wanita karier yang tetap turut membangun sekaligus membiayai rumah tangga. Karena dengan begitu, harga dirinya tidak begitu jatuh ketika menghadapi masalah layaknya sekarang.
Tiara tak mau tinggal diam dan segera menyusul Keinya. “Jangan menyentuh barang-barangku!” Dia mempercepat langkahnya ketika menyadari Keinya akan membuka pintu kamar Athan. Kamar yang telah menjadi miliknya, dan dulunya merupakan kamar Keinya.
Keinya tidak mengindahkan teguran Tiara. “Jadi orang ribet banget, sih? Lagian kamar ini juga bekasku. Aku juga yang memilih barang-barang termasuk mengatur tata letak rumah tanpa terkecuali kamar. Barang bekas saja heboh, apalagi yang—?”
“Sudah kukatakan kalau aku enggak tertarik dengan makanan orang lain. Se-tamak itu, saking ingin hidup enak tanpa capek, kamu jadi gelap mata bahkan lupa, kalau untuk mendaur barang bekas agar bisa kembali digunakan, juga membutuhkan proses panjang?”
“Banyak barang bekas yang enggak bisa didaur ulang dan lebih baik memang dibuang, di mana salah satunya bekas suami orang! Jadi, kamu juga harus lebih mikir, ya, jangan asal comot bekas suamiku!”
“Termasuk cinta. Cinta yang menyakitkan memang lebih baik dibuang, dilupakan, kan?”
Semakin Keinya berbicara, semakin cepat pula langkah Tiara dalam menyusul Keinya hingga menimbulkan kebisingan dari sandal jepit yang Tiara kenakan.
“Apa maksudmu mengataiku mengambil makananmu atau malah barang bekas? Kamu lupa, kalau sebelum bersamamu, Athan pernah bersamaku? Dan asal kamu tahu, saat kami bersama, kami bisa memiliki banyak anak kalau saja aku tidak menundanya!”
Keinya balik badan sambil susah payah menahan emosinya. “Tiara ... aku ini manusia biasa. Jangan terus-menerus memancing emosiku ... mungkin kamu memang menang karena telah membuat Athan memilihmu. Tapi sungguh, di mataku kalian termasuk Athan enggak lebih baik dari tumpukan kotoran. Zina saja bangga, apalagi kalau sampai punya prestasi?” Ia berkecap sambil menggeleng dan sengaja semakin merendahkan lawannya.
“Aku terlalu berharga untuk orang seperti kalian. Buktinya, Pelangi saja bisa merasakan perubahannya. Asal kalian tahu, pergi dari Athan sangat membuatnya nyaman. Anak kecil enggak pernah bohong, kan?” Keinya menatap Tiara penuh kemenangan. “Satu lagi. Aku yang menceraikan Athan. Aku yang membiayai perceraian kami. Dan aku juga yang membuang Athan. Pungut yang benar. Karena memungut bakas pun ada prosesnya!”
Tiara bergeming, kalah telak. Wanita itu nyaris meledak andai saja Athan tidak menarik sebelah tangannya dan membawanya keluar dari kamar.
“Than, lepasin, Than! Caramu begini bikin harga diriku tambah hancur, tahu!” Tiara terus memberontak.
Keinya memejamkan matanya. Ia berusaha meredam sesak di dadanya, sekalipun tanpa ia izinkan, air matanya justru berlinang membasahi pipinya, mewakili perasaannya yang sangat terluka.
****
Tidak banyak perubahan dengan kamar keberadaan Keinya. Kamar yang tadinya merupakan kamarnya dengan Athan. Hanya isi meja rias berikut bingkai fotonya saja yang berbeda. Itu milik Tiara, berikut isi foto Athan yang bukan dengannya melainkan wanita itu.
Dari semua foto yang ada melukiskan betapa dekatnya hubungan keduanya, terlebih foto Athan yang meletakan wajahnya di pangkuan Tiara sambil mendekap perut buncit wanita itu. Benar-benar pasangan biadab! Keinya tak mampu menahan amarah yang seketika melesat dengan sangat cepat. Selain itu, Keinya juga mendengar kemarahan Tiara di mana wanita itu sedang dibujuk Athan di luar sana.
“Kenapa kamu membelanya?!”
“Siapa yang membelanya? Aku hanya berusaha melindungimu, agar kesehatanmu dan anak kita, baik-baik saja. Kamu lupa pesan dokter kemarin? Ayolah Sayang … aku sayang kamu. Dan aku ingin yang terbaik untuk kamu dan anak kita! Demi Tuhan, enggak ada yang lebih penting dari kalian, apalagi mereka!”
“Tapi, Sayang! Dia lancang dan sampai berani masuk kamar kita!”
“Sayang ... Sayang, kendalikan emosimu. Bahkan aku jauh lebih memilihmu ketimbang mereka, kan?”
“Tapi aku mau bukti kalau kamu lebih sayang aku dan anak kita, daripada mereka!”
“Tentu. Katakanlah.”
“Cium aku di depan Keinya, bahkan kalau bisa, kita lakukan hal yang lebih gila!”
Mendengar perbincangan itu, Keinya benar-benar tidak bisa menahan emosinya. Ia segera meraih lampu meja di nakas, kemudian menghantamkannya pada cermin rias.
“Suara apa itu? Than, itu suara apa?!”
Mendengar Tiara yang ketar-ketir di luar, kebahagiaan Keinya meluap. Dan di tengah kebahagiaannya itu, Keinya segera memecahkan semua kaca lemari di sana menggunakan deretan bingkai foto yang ia lemparkan kasar sekaligus bertubi. Terakhir, wanita itu juga menarik selimut dari ranjang dan membuangnya asal ke lantai. Bahkan, Keinya tersenyum puas ketika Tiara menerobos masuk diikuti Athan.
Tiara sangat syok melihat keadaan kamarnya. Pecahan kaca terserak memenuhi lantai kamar, terlepas dari keadaan kamarnya yang menjadi sangat berantakan tak beda dengan kapal pecah. Hal tersebut pula yang membuat tubuh Tiara mendadak sempoyongan dan nyaris terjatuh andai Athan tidak menahannya.
Sambil melangkah penuh kemenangan melewati Athan dan Tiara yang tampak sesak napas, Keinya berkata, “total berapa uang yang harus kubayar untuk semua ini. Mmm, tapi sepertinya enggak perlu bayar, deh. Kalian saja belum bayar ganti rugi pembelian rumah ini. Wah, omong-omong, kalian justru menumpang ke aku, ya? Hebat!” Keinya tersenyum sarkastis dan semakin tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan sekaligus kemenangannya.
Kemudian tatapan Keinya teralih pada Tiara. “Wanita hamil harus banyak-banyak senyum, biar anaknya enak dipandang, lho. Usahakan selalu bahagia karena wanita hamil sangat rawan. Keguguran atau penyakitan bahkan meninggal karena melahirkan, sudah lumrah. Jadi, siap-siap saja kamu ada di pilihan yang mana? Tentunya, wanita hamil tetap harus siap menghadapi kenyataan tubuhnya rusak tak secantik semula.” Keinya mengakhiri ucapannya dengan senyum sarkastis kemudian menaikkan kedua alisnya. Ia sengaja melakukannya untuk mengejek sekaligus menakut-nakuti Tiara yang ia ketahui selalu menomor satukan penampilan.
“Keinya ...!” jerit Tiara.
Sambil melangkah penuh kemenangan meninggalkan rumah yang ia kacaukan, jeritan Tiara yang terus memakinya, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Keinya. Apalagi, Tiara dan Athan juga sampai adu mulut disertai suara hantaman bahkan benda jatuh yang menyertai.
“Kalau kamu mencintaiku, kamu enggak akan melarangku membalasnya, Than!”
“Tiara ... Tiara sudah, Sayang. Cukup.”
“Keinya! Dasar wanita sialan! Wanita ******! Tunggu pembalasanku!”
Keinya menggeleng tak habis pikir. “Bukankah seharusnya semua itu sebutan untuknya? Dasar aneh!” gumamnya yang menjadi semakin bahagia bak diterbangkan ke awan tanpa ada yang bisa mengusiknya. “Padahal ini belum apa-apa. Ini baru permulaan karena aku baru main-main.” Rahang Keinya kembali mengeras. “Aku pastikan, mulai sekarang hidupmu tidak akan bisa tenang, Tiara. Hidupmu hanya akan dipenuhi penyesalan, bahkan kamu akan lupa dengan apa yang dinamakan bahagia! Tunggu saja pembalasanku!”
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
nah gt KEI jd strong mother 😘😘❤️❤️❤️
2025-02-28
0
S
Wahh pembalasan apa ya Key kayaknya serem bangett...benerqn ya bikin Athan muntah darah deh klo bisa 😄.
2024-05-14
1
Tri Nindiyah
dlm dunia nyata pelakor yg menang
2023-12-05
1