“Anggap saja mereka sampah yang nggak bisa didaur ulang.”
Bab 5 : Berbeda
Kainya memutus paksa hubungan Keinya dan Athan. Wanita itu hanya menyisakan Pelangi di antara keduanya. Bahkan sebelum kembali menjalani penerbangan ke Singapura, Kainya mengantar Keinya dan Pelangi tinggal di rumahnya, setelah turut memboyong barang-barang keduanya. Selain itu, Kainya juga mendaftarkan gugatan perceraian Keinya terhadap Athan, ke Pengadilan Agama. Namun ada beberapa diska lepas milik Keinya yang tak terbawa Kainya dari rumah bersamanya dengan Athan, padahal hampir sebagian besar data rahasia yang berhubungan dengan pekerjaan ibu satu anak itu tersimpan di dalamnya. Kenyataan tersebut membuat Keinya harus kembali ke rumah itu yang berarti, ia akan membuka lukanya yang bahkan masih menganga. Siap tidak siap, itulah yang harus ia lakukan terlebih hal tersebut merupakan tanggung jawab dari pekerjaannya.
“Kei, kita harus menemukan data itu secepatnya. Bagaimana jika pihak lawan justru menuduh kita sebagai penjiplak? Padahal itu karya kita, tapi tiba-tiba saja ada yang mengaku lebih dulu menerbitkannya dari kita.”
Dari seberang, suara Rara terdengar sangat cemas. Wanita tersebut sudah berulang kali mengatakan pernyataan bermaksud sama kepada Keinya; salah satu karya mereka diakui orang, sementara pihak yang menyewa jasa tulis mereka, sedang sangat terpojok dan menuntut mereka untuk segera menyelesaikan kasus tersebut.
Sebagai ghost writer yang sudah malang melintang di dunia tulis, baru kali ini mereka mengalami hal tersebut. Karya mereka diakui orang lain bahkan diklaim sudah lebih dulu ada sebelum mereka menuliskannya. Dan semua jawaban yang membuat Rara secemas sekarang, ada di benda penyimpan data tersebut.
“Sekarang keadaan Ryunana sedang sangat kacau. Gara-gara kasus ini nama baiknya sebagai penulis bestseller jadi diragukan. Bahkan banyak netizen yang mulai menyelidiki tulisan Ryunana.”
“Tapi kamu serius, kan, Kei, masih menyimpan data aslinya? Soalnya naskah itu sudah hampir berumur tujuh tahun, bahkan sebelum kamu dan Athan menikah.”
Keinya menghela napas dalam. Ketika nama Athan disebut, untuk beberapa saat wanita itu merasa menjadi manusia yang begitu lemah sementara sesak juga tiba-tiba saja memenuhi dadanya. Kemudian Keinya memainkan rahangnya yang sedikit ia buka, ke kiri dan ke kanan, beberapa kali. Pelangi yang ada di gendongannya tengah terlelap. Dengan kondisi anak itu yang menjadi sangat tenang dan jarang sakit termasuk menangis, Keinya memang jauh lebih cepat berpikir, kendati luka yang ia rasakan akibat pengkhianatan Athan seolah tidak pernah berakhir.
“Sebenarnya ini bukan perkara rumit. Karena kalau pun mereka mengklaim sebagai penulis yang telah menerbitkan karya tersebut jauh sebelum Ryunana menyewa jasa gost writer kita, bukankah keaslian itu bisa kita temukan melalui keaslian ISBN?”
“Masalahnya nggak sesederhana itu, Kei. Yang bersangkutan mengklaim menerbitkan cerita tersebut di web pribadi. Dan yang bikin keadaan makin rumit, dia sudah punya banyak penggemar!” Selain terdengar makin cemas, rasa kesal juga turut menyertai balasan Rara.
“Aku akan mengatasinya,” balas Keinya bak sedang belajar membaca bahasa asing, setelah terdiam beberapa saat dan jelas terlihat cukup berpikir keras.
“Kita sedang di posisi sulit, tapi kamu masih bisa setenang itu?”
“Terus, aku harus marah-marah dan panik sepertimu? Kalau begitu, siapa yang akan mengatasi masalahnya? Ryunana?”
“Kamu pikir, Ryunana akan benar-benar memikirkan masalah ini? Ra, dia bisa saja cuci tangan dan meminta bantuan orang lain, apalagi dia juga punya fans yang pasti membelanya.” Keinya terus berbicara panjang lebar.
“Ryunana itu tipikal yang memiliki kepercayaan diri tinggi bahkan boleh dibilang nggak tahu malu. Kalau nggak begitu, mana mungkin dia kerja sama dengan kita, kan?”
“Justru nama baik kita yang dipertaruhkan, Ra. Jika sekelas Ryunana meninggalkan kita, kita dapat penghasilan dari mana? Ingat, berapa nominal yang dia berikan ke kita bahkan hingga detik ini?”
“Kamu tenang saja. Selesaikan naskah yang kemarin saja. Aku akan mengurus masalah ini, karena aku juga nggak mau mengecewakan klien. Baiklah, aku sudah sampai. Aku akan menghubungimu secepatnya.”
Tanpa menunggu persetujuan Rara, Keinya mengakhiri panggilan telepon mereka kemudian menyimpan gawainya itu pada tote bag yang ia simpan di tempat duduk sebelahnya. Taksi yang ia tumpangi telah berhenti di depan rumah bersamanya dengan Athan. Jadi, dalam hitungan menit, ia akan melihat kedua sejoli yang telah memperlakukannya semena-manah. Membuangnya seperti barang yang sudah tidak ada gunanya, atau justru sampah yang memang harus secepatnya dibuang lantaran bisa membahayakan.
Keinya sulit mengungkapkan situasi hatinya saat ini. Namun, ia merasa jika dirinya telanjur mati rasa bahkan masa bodoh pada apa yang Athan dan Tiara lakukan asal itu tidak melukai Pelangi. Padahal sebelum pergi, Kainya wanti-wanti agar Keinya tidak memikirkan apalagi sampai bertemu Athan lagi. Kalau saja kembarannya itu tahu Keinya telah mati rasa pada pria itu, tentu kekhawatiran Kainya tak akan terus berlanjut. Lihatlah, baru saja disimpan, getar pesan masuk kembali menghiasi ponsel Keinya.
Kamu di mana? tulis pesan itu.
Pesan dari nomor baru dan Keinya yakin dari Kainya. Saudara kembarnya itu bekerja di luar negeri dan sering berpindah-pindah negara, jadi kebiasaan mengganti nomor ponsel telah menjadi bagian dari wanita itu. Saking seringnya, Keinya jadi tidak pernah memberi nama kontak nomor baru di ponselnya karena itu pasti dari Kainya. Hanya saja, karena kini ia sudah berdiri di depan gerbang rumah bersamanya dan Athan, Keinya hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya. Keinya tidak mau Kainya tambah pusing memikirkannya terlebih selain karena ia tipikal yang tidak pandai berbohong, Kainya juga begitu pandai membaca keadaannya.
“Pasang wajah serius dan sebisa mungkin bikin mereka yakin kamu nggak myesel membuang Athan untuk Tiara. Anggap saja mereka sampah yang nggak bisa didaur ulang. Dengan begitu, mereka nggak akan mikir kamu masih mengharapkan Athan. Gunakan otak “penulismu” untuk mengatasinya!”
Keinya teringat pesan Kainya. Sebagai seorang ghost writer, menyusun kebohongan di cerita memang keahliannya. Tetapi jika harus menjalaninya di kehidupan nyata terlebih kalau dipaksa main kasar pada Athan dan Tiara yang telah menyakitinya, Keinya tidak yakin bisa. Pun ketika pintu telah dibuka setelah ia menekan bel, sementara di balik pintu, Athan berdiri dan menatapnya dengan pandangan heran. Keinya tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya andai saja ia tidak teringat pesan-pesan Kainya yang memintanya memasang wajah serius bahkan bila perlu bengis.
“Ada apa?”
Di balik kaca mata beningnya, mata Athan bergetar. Pria itu menatap Keinya dari ujung kaki hingga kepala. Kemudian tatapannya teralih pada Pelangi yang ada dalam dekapan wanita tersebut. Tak biasanya Pelangi tidak rewel. Sama sekali tidak terdengar tangis yang memekak pendengarannya. Anak itu begitu tenang selain terlihat sangat sehat. Kenapa sangat berbeda dari ketika ia meninggalkannya?
“Ada beberapa barangku yang tertinggal.” ucap Keinya ketus. Gayanya terbilang santai tapi dingin termasuk ketika ia balas menatap Athan.
Bagi Keinya, cara Athan menatapnya terbilang berlebihan. Atau jangan-jangan, Kainya telah bertindak kelewatan hingga pria itu terkesan takut bahkan menghindarinya? Perlu Keinya tekankan, meski ia dan Athan sudah menikah, bahkan sebelumnya mereka juga sempat pacaran selama empat tahun, tapi pria itu tidak tahu kalau dia memiliki kembaran yaitu Kainya. Yang Athan juga orang-orang dalam hidupnya tahu, Keinya sebatang kara karena sejak kecil hidup di panti asuhan. Barulah selepas SMA, Keinya memilih pergi dari panti asuhan untuk mengejar beasiswa di universitas ternama sambil bekerja paruh waktu. Kebetulan, baik Keinya maupun Kainya memang sepakat untuk merahasiakan keberadaan satu sama lain dalam hidup mereka.
Setelah mendiamkan Keinya cukup lama hingga membuat wanita itu menunggu sambil menatapnya di bawah terik mentari yang mulai menyengat, Athan melangkah mendekat dan membuka gerbangnya.
Kaki dan tangan Keinya dihiasi banyak bekas luka gores, Athan memperhatikannya sambil menelan ludah dan terlihat iba. Mendapati itu, Keinya langsung menerobos Athan dan segera melepas sepatu talinya ketika akan memasuki rumah. Wanita itu nyaris membuka pintu lemari sepatu yang keberadaannya tepat di sebelah pintu masuk untuk meraih sandal rumah di sana. Hal tersebut memang sudah menjadi kebiasaannya di setiap pulang. Andai Pelangi tidak tiba-tiba menangis, tentu Keinya tidak menyadari bila meski ia memang kembali ke rumahnya, tapi semuanya telah berubah. Pun dengan Athan yang ia dapati sedang menatapnya. Mungkin pria itu juga tahu mengenai apa yang tengah ia rasakan dan sampai membuatnya turut terdiam. Perbedaan di tengah suasana yang masih sama. Suasana yang diam-diam menorehkan luka tak berdarah, tapi rasanya jauh lebih sakit dari luka yang berdarah-darah. Seharusnya Athan juga tahu, jika pria itu benar-benar manusia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
S
Yg satu server dg Kay harus banyak banyak sabar ya.Aku aja igit igit sama Key yg lebih banyak diem dan kalem kalem aja.Pantas Athan si setan itu nglunjak.
2024-05-14
1
Asih Widayanti
sdh bc Sampai bab ini ko blm mudeng to thorrrr...ak perlu Aqua kynya
2021-12-05
0
Fatma ismail
smoga smw wanita tettp.tangguh, walau badai menghalau ,,bingung mau komen apa ...
2021-10-09
0