Kelima duda tersebut pun berkumpul di gazebo rumah Nathan, mereka mengobrol apa saja. Kebanyaka memang obrolannya tentang pekerjaan dan klien masing-masing yang aneh dan membuat mereka pusing. Namun banyak juga mereka mengobrol tentang pasangan.
"Kira-kira, siapa yang akan lebih dulu dapat jodoh lagi?" tanya Jho.
"Aku tidak tahu, yang jelas aku malas berhubungan dengan wanita. Nanti dapat yang seperti itu lagi." kata Yudha.
"Kayaknya kita ngga dulu deh cari jodoh, tapi jika ada yang kecantol sama hati kita kurasa tidak masalah kan menikah duluan?" tanya David.
"Ooh, jadi lo mau menikah lebih dulu?" tanya Dion.
"Ya kali kalau ada jodohnya, gue akan menikah langsung. Tapi saat ini gue belum kepikiran untuk dapat cewek lagi." kata David.
"Eh, noh si Kikan Vid. Dia suka sama lo tuh." kata Nathan.
"Ogah bener, gue mau sama anak ingusan gitu." kata David kesal, kenapa Kikan yang suka sama dia.
"Jangan begitu, Kikan seperti itu sebenarnya dia anak yang penyayang kok. Sama Kevin aja dia sering belikan jajan." kata Nathan membela adiknya.
"Kalau Kikan itu pilihan kesekian, jika ngga ada yang mau lagi sama gue. Baru pilihannya Kikan, lagi pula dia cerewet banget kan? Gue ngga suka sama cewek yang cerewet." kata David.
"Eh, lo jangan menolak. Biasanya jodoh itu akan kebalik sama kita, jika kita kekeh ngga mau sama dia. Justru nantinya dia yang jadi jodoh lo itu." kata Jho menganggapi.
"Lo jangan nyumpahin gue dong, ah lo ngga asyik. Boleh aja kan kita punya kriteria sendiri untuk mencari pasangan hidup?" kata David.
"Boleh aja, tapi ngga harus meremehkan sesuatu yang bisa jadi itu adalah nanti jodoh kita. Justru semakin di hindari akan semakin di dekatkan lho." kata Dion ikut menanggapi.
"Sudahlah, jangan ribut masalah jodoh. Ayo kita rencanakan lagi liburan kemana kita? Pembahasan ini belum selesai sejak di kafe itu." kata Yudha.
"Ya terserah kalian, gue ikut aja." kata Dion, membuat semua sahabatnya heran.
Pasalnya, dulu dia kekeh ingin pergi ke kampung janda. Tapi sekarang jawabnya terserah, itu berarti rencana ke kampung janda tidak ada dalam daftar liburan kali ini.
"Lo yakin terserah kita?" tanya Nathan pada Dion.
"Iya, ke kampung janda lain kali aja." jawab Dion, membuat Nathan mengangguk pelan.
"Jadi kemana?"
"Bali."
"Ikuuuut!"
Suara teriakan Kikan dan Nisya temannya membuat kaget para duda tersebut. Nathan berdecak kesal dan menatap tajam pada Kikan.
"Apa sih lo, ngga usah iri pengen ikut liburan." kata Nathan.
"Ikut bang, ikut liburannya. Kan mau ke Bali, aku belum pernah pergi ke Bali bang Nathan." kata Kikan dengan manja.
"Ish, jangan mengada-ada lho. Kamu masih sekolah, udah sana pergi. Ngapain sih sampai kesin segala." ucap Nathan, membuat Kikan cemberut.
"Pokoknya harus ikut, aku bilang sama mama. Ikut liburan ke Bali sama abang semuanya ya...." kata Kikan dengan kedipan mata dengan lucu.
Nathan mendengus kasar, dia menatap semua teman-temannya. Namun, yang di tatap diam saja tanpa ada tanggapan sama sekali.
"Hei, lo nih bocah pengen ikut. Kalian mau dia ikut?" tanya Nathan pada David, beralih pada Yudha.
"Ya terserah lo Than, gue sih oke aja." kata Yudha seakan dia tidak repot membawa Kikan karena sudah besar.
"Haish, dia pasti ngerepotin aku. Bukan kamu, badannya aja gede dia tuh, pikirannya masih kecil seupil." kata Nathan lagi.
Kikan tidak terima, dia pun mendekat pada kakaknya itu dan menginjak kakinya dengan keras.
Duk!
"Aauuuw! Kikan! Apa-apaan sih? Sakit tahu!" kata Nathan dengan kesal dan menatap tajam pada Kikan.
"Bang Nathan kalau ngomong jangan sembarangan, kepala segede ini ngga ada otak di katain upil."
"Hahah!
Tawa ke empatnya membuat Nathan semakin kesal, dia lalu duduk bergeser. Kikan kembali merayu untuk ikut liburan para duda itu, dia juga tidak akan merepotkan. Janji katanya.
"Ya bang, aku ikut ya?" tanya Kikan lagi memelas.
"Udah sih, ngga apa-apa bro. Kikan ikut, biar ramai di jalan." kata Yudha malas melihat kedua kakak adik itu bertengkar.
"Iya, lagi pula. Siapa tahu dia berguna nanti di sana." kata Dion lagi, membuat Kikan tersenyum lebar.
Dalam pikirannya, dia akan mengajak teman-temannya juga. Karena perdebatan yang lama membuat teman-teman Kikan keluar dan menghampirinya.
"Lo lama banget sih, sedang apa?" tanya Winda.
"Ssstttt, gue mau ikut liburan sama tuh denk duda. Pada mau ikut ngga?" tanya Kikan dengan senyum lebarnya.
"Mau! Mau dong, gue mau ikut."
"Gue juga dong Kikan."
"Oke, semuanya boleh ikut. Tapi kalian harus nurut ya sama gue. Nanti kita ikut mereka diam-diam." kata Kikan.
"Oke!" jawab mereka serempak.
_
Hari liburan pun tiba, Nathan sudah bersiap untuk liburan selama tiga hari di Bali dengan ke empat sahabatnya. Karena Kikan juga ikut, dia pun membawa Kevin. Awalnya biasa saja, namun kini Kikan membawa koper besar.
"Kamu bawa apa aja?" tanya Nathan.
"Ngga banyak kak." jawab Kikan.
"Ya sudah, masukkan koper ke dalam bagasi. Kamu gendong Kevin, nanti di sana kamu jaga Kevin ya. Awas kalau tidak!" ancam Nathan pada adiknya itu.
Setelah memberi ultimatum seperti itu, Nathan masuk ke dalam mobilnya. Dia akan di antar oleh supir mamanya sampai di bandara, dan nanti bertemu ke empat sahabatnya di bandara nanti.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Kikan sibuk membalas chat wa dari sahabat-sahabatnya itu. Dia menjawab sudah naik mobil dan otewe menuju bandara. Nathan melihatnya heran, kenapa Kikan sibuk sekali membalas chat dari teman-temannya.
Setengah jam mereka sampai di bandara, lebih cepat dari ke empat sahabatnya. Tak lama di susul Yudha datang membawa koper kecil, lalu Jho kemudian David. Yang terakhir Dion.
"Kalian sudah siap liburan?" tanya Nathan.
"Siaplah, kita akan cari hiburan sekaligus cari jodoh." jawab Jho.
"Iya kali, jodohnya para bule yang berjemur di pantai pakai bikini doang."
"Hahah! Kalau bulenya cantik sih ngga masalah." kata Yudha.
"Kalau begitu, ayo kita masuk terminal. Pesawat sepertinya sudah ada tuh." kata Dion.
"Eh, tunggu bang Sebentar, Kikan tunggu teman di sini." kata Kikan, membuat semuanya heran.
"Kamu nunggu siapa?" tanya David.
"Tuuh, mereka." tunjuk Kikan dengan senang hati.
Segerombolan empat gadis seperti Kikan mendekat pada mereka dengan wajah senangnya. Teman-teman Kikan yang kemarin berkumpul di rumah Kikan itu sekarang ikut bergabung lagi dengan mereka.
"Apa?! Kamu mengajak mereka semua?" tanya Nathan tidak percaya, keempatnya juga tidak percaya akan berlibur bersama dengan teman-teman Kikan.
"Iya bang, mereka ingin ikut. Jadi aku ajak juga. Heheh!"
"Astaga! Kikaan!"
"Perhatian, kepada seluruh penumpang menuju Bali akan segera berangkat dalam lima menit lagi. Bagi para penumpang menuju terminal keberangkatan dan menukarkan tiketnya."
Suara operator di bandara membuat mereka harus bergegas menuju terminal pemberangkatan, rasa kesal dalam hati Nathan benar-bebar mereka simpan dulu sebelum memarahi Kikan.
Sekarang bukan waktunya marah-marah, meski kesal. Tapi kini semuanya, orang berjumlah sepuluh itu segera menuju ke terminal keberangkatan. Nathan benar-benar tidak habis pikir pada adiknya itu, dengan menggendong Kevin dia berlari menyusul teman-temannya.
_
_
♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments