Selama satu minggu itu belum ada yang memutuskan mereka akan ikut atau dengan Dion. Dion sendiri ingin pergi kesana meski tanpa sahabat-sahabatnya ikut. Berbeda dari ucapannya, Nathan justru ragu ikut atau tidak dengan Dion.
Jika hanya berdua yang kesana, Nathan tidak mau. Tapi kasihan juga pada Dion yang sudah antusias ingin datang ke kampung itu, meski tidak ada yang ikut nantinya. Rencananya memang bulan depan, banyak pertimbangan jika mau ikut atau pun tidak.
"Halo Kikan, ada apa?" tanya Nathan pada adiknya di seberang sana.
"Bang, teman Kikan ada yang mau main ke rumah abang. Boleh ya?" tanya Kikan.
"Mau apa sih?!" tanya Nathan kesal.
"Ish, ya mau mainlah. Mau ketemu Kevin juga bang." kata Kikan ngeyel.
Nathan tahu, mereka pasti ingin mengganggunya. Dia kesal jika teman-teman adiknya itu main ke rumahnya, belum lagi para gadis itu. Jika dia ada di rumah, sudah pasti akan membuat rusuh di rumahnya. Belum teriakan teman-temannya Kikan jika ada teman-temannya datang main juga ke rumahnya, mulailah cari perhatian dalam bentuk apa pun.
"Bang Nathan, gimana?"
"Terserah kamu!"
"Asyik, Minggu besok teman-temanku datang ya. Jangan protes!"
Klik!
Kikan menutup sambungan teleponnya dengan cepat tanpa mengatakan terima kasih. Membuat Nathan kesal sekali, lalu dia pun melanjutkan pekerjaannya. Hari ini dia sibuk sekali, karena proyek di daerah sebentar lagi di garap.
_
Sesuai ucapan Kikan, teman-temannya datang untuk main ke rumah Nathan. Nathan jengah sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi. Adiknya lebih galak dari pada abangnya, dulu mantan istrinya juga tidak suka pada Kikan yang asal kalau bicara. Juga selalu ingin main ke rumah Nathan seenaknya.
Ibunya Nathan sendiri kadang pusing dengan Kikan yang suka seenaknya di rumah Nathan, hingga mereka hanya bisa diam saja meski Nathan mengadu pada mamanya.
"Kikan selalu bawa teman-temannya ma, kalau ngga bawa teman-temannya sih aku juga ngga masalah dia mau menginap bahkan tinggal di rumahku." kata Nathan suatu ketika mengadu pada mamanya.
"Udah sih Nathan, lagian kamu juga sendiri kok sekarang. Kevin juga sering sama mama kalau kamu kerja, apa salahnya Kikan main di rumahmu menemani anakmu."
Begitu selalu ucapan mamanya, membuat Nathan kesal. Mau tidak mau, Nathan pun akhirnya pasrah saja. Seperti hari Minggu ini, Kikan dan genknya sudah datang sejak jam sepuluh pagi.
Itu waktu Nathan santai di pagi hari, justru sekarang mereka datang membuat keributan dengan tawa riangnya. Dari pada dia kesal, Nathan lebih baik fitnes di ruangannya sembari mendengarkan musik di ponselnya dengan headset.
"Hwuuaaa! Om-om ganteng pada datang nih, waaah jodoh kita om!" begitu teriak teman-teman Kikan ketika Jho dan David datang dan terlihat oleh teman-teman Kikan.
"Mana kakakmu, Kikan?" tanya David.
"Ada di atas bang David, mau Kikan antar?" tanya Kikan dengan gaya seperti anak kecil yang sedang merayu minta permen.
David mengerutkan dahinya, kemudian dia menggeleng cepat. Membuat Kikan cemberut tiba-tiba.
"Waaah, om David ganteng banget ya." ucap Nisya berkedip beberapa kali dengan senyuman lebarnya.
"Iya, apa lagi itu lho. Om Jho, wuuiiih macho banget." teriak Winda.
David dan Jho langsung naik ke atas mencari Nathan sambil memanggil nama Nathan. Keduanya bergegas berjalan cepat agar cepat sampai di lantai dua rumah Nathan.
"Nathan, lo di mana?!" panggil David.
"Gue di tempat fitnes!" jawab Nathan berteriak juga.
Jho dan David masuk ke ruang fitnes pribadi milik Nathan, dia melihat Nathan sedang treadmill dengan headset terpasang di telinga. Tapi anehnya, Nathan mendengar teriakannya. David heran.
"Lo di rumah lagi ada acara adik lo itu, kenapa ngga bilang?" tanya Jho.
"Lo mau datang kenapa ngga telepon gue dulu?" Nathan balik bertanya.
"Ish, biasanya juga gue datang ke rumah lo biasa aja." kata David duduk di sofa dengan meminum jus milik Nathan.
"Kenapa sih kalau kita datang ada adik lho di sini? Seru tahu, Than." kata Jho ikut duduk di sebelah David.
Nathan menghentikan aktifitasnya di treadmill. Dia mengelap keringat yang bercucuran di selurih wajah dan lehernya serta tangannya. Kemudian ikut duduk dengan dua sahabatnya.
"Kalau ada mereka tuh bawel banget. Apa lagi kalian datang kemari, udah tuh pada menggosip kalian semua." kata Nathan memgambil jus lagi dari teko.
"Kalau menggosipnya tentang kita yang positif, ngga masalah. Apa lagi bicara ketampanan kita, gue bangga Than." kata Jho, di cibir oleh David.
"Aaaah, dua duda ganteng datang lagiii!"
Kembali teriakan Kikan dan teman-temannya, mereka bersorak. David, Jho dan Nathan pandang. Nathan yang paling jengah, dia tahu yang datang itu Dion dan Yudha. Para pengusaha sukses dan mapan, tapi setiap hari libur selalu berkumpul.
"Lo ngajak mereka juga datang kemari?" tanya Nathan.
"Iyalah, kan ngga asyik kalau cuma kita bertiga yang pergi." kata David.
"Memang mau pergi kemana?"
"Ke klub malam aja."
"Ish, ini masih pagi. Jangan ngaco kita pagi-pagi kesana."
"Gue ganti baju dulu." kata Nathan.
"Ya udah, kita turun aja ke bawah. Meladeni para genk semut-semut kecil." ucap David, membuat Nathan tersenyum.
David dan Jho turun ke bawah, menghampiri Kikan dan teman-temannya yang sedang menggoda Yudha dan Dion. David dan Jho saling pandang ketika Yudha seperti memberi pengarahan pada klien tentang kriminal.
""Om Yudha."
"Jangan panggil om dong, aku masih muda dan tampan." kata Yudha.
"Heheh, iya pak Yudha." kata Sesil yang berkacamata membuat Yudha terpaku.
"Sil, bukan pak. Om Yudha bukan bapak lo." kata Nisya meralat ucapan Sesil.
"Hai semua." sapa Jho.
"Hai bang Jho hai bang David." jawab Kikan dengan senyum sumringah.
"Uuh, bang David ganteng banget deh." ucap Nisya.
"Ish, ganteng juga Om Dion." kata Winda membela Dion yang sejak tadi diam saja.
"Eh, mereka tuh ganteng semua. Tapi sayang, duda. Jiiiaaaah!" teriak Winda.
Membuat para genk duda itu hanya melongo dan saling pandang. Sindiran mereka membuat semuanya kesal, Yudha bangkit dari duduknya dan keluar dari ruang tamu itu. Di susul Dion juga David. Jho hanya tersenyum miris, dia pun menyusul.
"Eh bang Jho, jangan pergi dong." kata Kikan.
"Main aja sana, anak ingusan." ucap Jho yang ikut kesal juga.
"Jiiaaah, dia marah." kata Nisya lagi.
"Eh, lagian kenapa sih lo bilang duda. Mereka keren tahu." kata Sesil.
"Iya keren, coba lihat jalannya bang Jho tuh. Cool banget." kata Winda.
"Gue heran sama lo Win, katanya lo suka sama teman-teman abang gue. Tapi lo kenapa jadi nyindir mereka?" tanya Kikan.
"Eh, mereka kesindir apaan sama ucapan gue?" tanya Winda bingung.
"Tadi, lo bilang tapi sayang duda." ucap Nisya.
"Tapi benarkan mereka duda semua?" tanya Winda.
"Iya sih, ngga ada yang salah. Mereka semua duda kok. Duda keren yang meresahkan banget." kata Sesil.
"Kalian masih bocil, jangan mikir cinta-cintaan." ucap Nathan tiba-tiba lewat di depan mereka dan menuju keluar rumah.
"Yee, bocil gini juga bisa bikin bocil bang." jawab Kikan.
"Awas aja kalau kamu sampai bikin bocil sebelum waktunya, Kikan!" ucap Nathan mengancam adiknya itu yang bicara asal saja.
Tatapannya tajam ke arah Kikan, membuat teman-teman Kikan terdiam. Kikan sendiri malah kesal di kira akan seperti itu. Nathan pun akhirnya benar-benar keluar dari rumahnya untuk menemui sahabat-sahabatnya itu.
_
_
♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
wowww keren jg nihh persahabat siduda, kompak bangettt
2023-03-27
0