Yudha semakin di curigai oleh istrinya, setiap hari Marsya selalu bertanya dan menangis. Dia melihat di televisi kedekatan Yudha dan para artis itu, maka itu membuat pemicu di mana Marsya akan menangis. Membuat Yudha semakin pusing di buatnya.
Dia tidak tahu harus bagaimana, menjelaskan pada istrinya jika tidak pernah macam-macam meski terlihat di televisi itu akrab sekali dengan para artis.
Hingga suatu hari, Marsya pergi tanpa pamit pada Yudha. Yudha tidak tahu jika istrinya itu pergi, saat itu dia kelelahan pulang malam hari. Tidak melihat Marsya di rumahnya, dia tidak peduli. Dia senang Marsya tidak ada, artinya tidak ada penyambutan drama menangis dan marah dari Marsya malam ini.
Hanya sehari saja, mungkin Marsya sedang pulang ke rumah orang tuanya. Pikir Yudha, jadi membiarkan ranjang tidurnya kosong sebelah. Dia ingin istirahat dengan tenang.
"Mungkin Marsya ingin menenangkan diri di rumah mamanya." kata Yudha bicara sendiri.
Tanpa mau mencari tahu pada pembantunya atau satpam di depan rumahnya. Dia mau mandi dan segera beristirahat. Karena sudah makan malam di luar dengan sahabat-sahabatnya, tinggal istirahat saja.
Pagi hari, berjalan seperti biasa. Yudha bangun pagi dan segera bersiap untuk pergi ke kantor. Waktu dari hari ke hari terasa cepat. Hari ini dia akan bertemu dengan penyanyi dangdut yang meminta bantuannya untuk mengusut masalah pelecehan yang di terimanyaa dari sang produser rekaman.
Setelah berpakaian lengkap, Yudha turun dari tangga menuju meja makan. Di sana sudah tersedia roti bakar kesukaan Yudha. Ina pembantunya menyiapkan dengan cepat. Satu tangkap roti bakar selai kacang dan susu segar satu gelas.
Yudha duduk dan langsung melahap roti bakarnya, sambil memainkan ponselnya. Mengunyah rotinya dan bertanya pada Ina tentang kemana Marsya.
"Ina, nyonya pergi bilang tidak sama kamu?" tanya Yudha tanpa mengalihkan matanya dari ponsel.
"Ngga tuan, saya tanya tapi nyonya ngga jawab." kata Ina.
"Emm, mungkin ke rumah mama." kata Yudha.
Lima menit roti bakar satu tangkap habis di makan Yudha, dia lalu meminum susu segarnya itu. Kemudian dia pun segera keluar rumah dan menaiki mobilnya, pergi ke kantor firma hukum yang menaunginya bekerja.
_
Satu minggu sudah Yudha di tinggal Marsya, dia tahu Marsya ada di rumah mertuanya. Dan sialnya lagi dia belum sempat mendatangi Marsya atau menghubunginya melalui telepon. Dalam satu minggu ini justru dia sibuk sekali dengan artis dangdut itu, karena sang produser itu kini tidak terima dia di laporkan oleh penyanyi dangdut.
Penyanyi dangdut itu mencari bukti cctv sebelum laporannya turun ke kantor Yudha. Juga bukti chat tidak senonoh di ponsel sang biduan masih tersimpan rapi, jadi itu bisa di gunakan sebagai bukti jika dia benar-benar di lecehkan oleh sang produser.
"Bagaimana pak Yudha, apakah semua bisa di laporkan?" tanya sang biduan.
"Bisa, chat itu juga sudah masuk barang bukti. Tapi, apakah rekaman cctv juga ada?" tanya Yudha.
"Sebenarnya saya sedang mencari pak Yudha, saya menyuruh orang untuk melakukan itu." kata sang biduan.
"Hemm, kalau begitu kita tunggu bukti dari cctv. Jika sudah di dapat. Baru kita laporkan, karena jika di laporkan lebih dulu kemudian mencari barang bukti berupa cctv. Maka dia lebih dulu yang mengambilnya." kata Yudha memberi saran.
Begitu kira-kira obrolan minggu lalu, setelah mendapat semuanya bukti. Baru di laporkan, dan benar saja sang produser tidak terima dia di laporkan dengan dalih pelecehan pada sang biduan dangdut itu.
Hari demi hari terus berlalu, sampai waktu senggang pun tiba. Yudha pergi ke rumah mertuanya, dengan perasaan rindu pada istrinya itu dia melajukan mobilnya. Dia akan meminta maaf pada Marsya baru menjenguknya setelah Marsya pergi seminggu yang lalu.
Mobil terparkir di depan halaman rumah bercat biru langit. Mobil Marsya juga ada di sana, dia senang berarti Marsya ada di rumah mama mertuanya. Yudha bergegas keluar dari mobil dan memencet bel.
Ting tong
Ting tong
Dua kali Yudha memencet bel, dan pintu terbuka. Mama mertuanya yang keluar, Yudha menyalami tangan mertuanya itu. Sambutan hangat, tapi mama mertuanya hanya diam saja.
"Kenapa kamu baru datang?" tanya mama mertuanya.
"Maaf ma, aku sibuk banget minggu-minggu ini." jawab Yudha.
"Masuk Yudha, tapi kebetulan Marsya sedang tidak ada." kata mama mertuanya.
"Lho, kemana ma? Tapi mobilnya ada di depan." kata Yudha heran.
"Dia pergi dengan temannya,di ajak temannya entah kemana. Kata Marsya mobilnya kamu bawa aja, terus dia juga bilang jika kamu datang dia kasih amplop sama kamu." kata mama mertuanya yang polos itu.
Yudha heran, pikirannya sudah curiga. Pasti Marsya menginginkan sesuatu. Mama mertuanya pun pergi meninggalkan Yudha di ruang tamu dengan gelisah. Sebenarnya apa mau Marsya, dia memang salah tidak menjenguknya selama seminggu dan juga tidak menghubunginya.
Tak lama mama mertuanya membawa amplop besar berwarna cokelat dan du serahkan pada Yudha. Yudha diam, dia menebak itu adalah sesuatu yang sering dia lihat.
"Ini dari Marsya untuk kamu katanya. Entah itu apa, mama ngga berani buka-buka." katanya.
Yudha menerimanya dengan hati berdebar, kemudian dia membuka isinya. Dan betapa terkejutnya dia mengetahui isinya itu.
"Ma, mama tahu ini apa?" tanya Yudha.
"Apa?"
"Ini surat gugatan cerai ma, kenapa Marsya membuat gugatan cerai? Apa mama tahu kenapa?" tanya Yudha dengan nafas yang tidak teratur.
"Mama ngga tahu Yud, Marsya bilang dia ingin lepas dari kamu katanya. Mama menasehati dia, kenapa alasannya. Dia cuma ngga mau lihat kamu selalu dekat dengan artis-artis cantik. Selalu terlihat di televisi dekat dan membela artis itu, ya meskipun itu memang pekerjaan kamu sebagai pengacara. Tapi dia tetap seperti itu, pikir mama tidak akan ada gugatan cerai sama kamu." kata mama mertuanya.
Yudha geram sekali, kenapa Marsya tidak mengerti juga pekerjaannya. Dia mendengus kesal, dan tanpa berpikir panjang hanya dengan emosi Yudha mengambil penanya.
"Baik ma, aku setuju jika itu mau Marsya. Aku langsung tanda tangan sekarang untuk memudahkan dia lepas dariku. Mobil silakan saja untuk Marsya, tidak usah di kembalikan. Dan maafkan aku ma, jika selama ini aku telah menyakiti anak mama." kata Yudha dengan emosi.
Dia benar-benar geram dengan Marsya yang bertindak tanpa bicara lebih dulu dengannya. Satu tanda tangan dia bubuhkan ke kertas itu. Lalu dia menyerahkan amplop itu pada mertuanya yang hanya diam tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya.
Dia pikir itu main-main, tapi di lihatnya lagi surat itu. Dan dia ingin mencegah Yudha.
"Yudha, jangan gegabah. Batalkan semuanya, mama ngga ngerti tapi berpisah itu tidak baik." kata mama mertuanya.
"Tapi Marsya yang menginginkannya ma, bukan aku. Aku hanya mengabulkan permintaan Marsya saja." kataYudha.
"Tapi kamu berpikir dengan emosi, Yudha."
"Ngga ma, aku permisi dulu. Maaf jika aku jarang ke rumah mama." kata Yudha menyalami mertuanya yang bingung dengan Yudha.
Yudha pun segera menaiki mobilnya, dengan cepat dia melajukannya pergi meninggalkan rumah mertuanya. Wajah marahnya tak terbendung, dia berteria kesal.
"Aaaargh! Marsya, apa kamu memang ingin pisah dariku!"
Sepanjang jalan Yudha selalu berteriak, dia tidak menyangka nasibnya akan sama dengan Jho sahabatnya. Mobil memutar menuju kantor Nathan, biasanya dia akan pergi ke kantor David. Tapi David sedang berada di luar kota, jadi dia pergi ke kantor Nathan kali ini.
_
_
♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Yunita aristya
aku di posisi istri Yuda juga sedih paling ,pasti liat cwe2 dekat suami pasti rasa nya sakit meskipun itu kerjaan, salah satu nya juga komunikasi nya kurang perhatian nya ngak ada waktu berdua juga ngak ada jadi lebih baik lepas dari pada tertekan
2023-03-30
0
Pia Palinrungi
yah ginilah kalau cinta kerjaan, jd hancur keluarga
2023-03-27
0
Mita Karolina
Ya mana ada sih istri yg betah lama2 kayak gitu?sebaiknya ada porsinya,gak full time ke pekerjaan. Emang yg mau ngangkat jenasah situ kalau mati siapa? Keluarga kan?
2023-03-27
0