BAB3. Cahaya Nugroho Group.

"Felix! Pastikan wanita itu tidak mengacau di rumahku," ucap Bram pada Felix yang sedang menyetir.

"Baik, Tuan" sahut Felix tetap fokus mengemudi.

Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan menuju kantor. Didalam mobil, ada satu orang bodyguard yang duduk bersampingan dengan Felix didepan, semetara Bram duduk sendiri dikursi penumpamg. Dibelakang mereka ada satu mobil lagi yang berisi empat orang bodyguard di dalam nya.

Bram selalu membawa pengawal kemana pun saat ia pergi, bahkan di dalam kamar dan di kantor pun para pengawalnya akan stand by berjaga di pintu. Tujuan Bram hanya dua, yang pertama untuk menjaga keselamatannya dari orang-orang yang berniat jahat padanya dan yang kedua, Bram tidak ingin ada yang mengganggu ketenangannya saat bekerja ataupun saat sedang tidur.

Bramantyo Angkasa Nugroho, pria perfeksionis dalam segi penampilan maupun kebersihan. Memiliki tubuh tinggi tegap dan wajah tampan, siapa yang sangka Bram mengidap penyakit impote.

Tujuh tahun yang lalu, Bram mengiklaskan wanita yang sangat ia cinta menikah dengan pria lain karena penyakit yang ia derita. Bram rela menahan rasa sakit itu, asal wanita yang ia cintai bisa hidup bahagia. Bahkan Bram dengan tegar menghadiri acara pernikahan kekasihnya untuk memberi kenangan terakhir.

Sejak saat itu, Bram memilih fokus  bekerja dan mengembangkan bisnis keluarga Nugroho. Bram sengaja memasang semua foto mesranya dengan sang mantan agar para wanita yang didekatkan sang papa padanya menjauh tanpa diminta.

Meski divonis mengidap penyakit impoten dan selalu dipandang sebelah mata oleh keluarga besar Nugroho, Bram tampak tidak mempedulikan semua itu. Bram tetap menjalankan hidup sesuai versinya sendiri.

.

.

Beberapa menit menempuh perjalan, akhirnya mereka pun tiba di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Bram keluar dari mobil setelah seorang security membukakan pintu.

Sepanjang perjalanan menuju lift, semua karyawan menunduk memberi hormat termasuk yang sedang bekerja pun menghentikan aktivitas mereka untuk memberi hormat.

"Bacakan jadwalku hari ini," ucap Bram. Pria itu sigap duduk dikursi kebesarannya dan mulai membuka leptop.

"Jika Anda tidak ingin ikut acara makan siang itu, saya bisa membatalkannya sekarang, Tuan," ucap Felix setelah membaca keseluruhan jadwal kerja.

Bram terdiam sejenak, pria itu tampak mempertimbangkan undangan makan siang bersama dari rekan bisnisnya, apalagi ada dua sepupunya yang sudah pasti ikut hadir disana.

"Tidak perlu dibatalkan, kita kesana siang nanti,"

"Anda yakin, Tuan?" tanya Felix memastikan. Felix sendiri merasa geram harus bertemu orang-orang itu karena setiap ucapan yang keluar dari mulut mereka penuh sendirian pada Tuannya-Bram.

"Apa kau perlu mempertanyakan keputusaku, Felix?" tanya Bram membuat Felix tidak berani berucap apapun lagi. "Kembali lah ke ruanganmu, aku akan memanggilmu jika perlu," timpanya.

"Baik, Tuan" ucap Felix lalu melangkah keluar.

Bram menyandarkan punggung sambil menatap kepergian Felix. Bram paham maksud pertanyaan Felix tadi, tetapi Bram tidak ingin terlihat lemah didepan Felix terlebih lagi dimata orang-orang yang sering mencibirnya.

Tok, tok, tok.

Bunyi ketukan pintu dari luar membuat Bram menegapkan badan dan membenarkan posisi duduknya.

"Masuk!" ucap Bram. Pria itu mengerutkan dahinya melihat siapa yang datang. "Papa! Ada perlu apa Papa kesini? Kenapa tidak mengabariku dulu?" tanya Bram. Ia sigap menyambut sang papa.

"Hemmm, haruskah papa izin dulu jika ingin bertemu anak papa?" sahut Pras yang masih berdiri dipintu.

"Bukan begitu, Pah. Maksud Bram jika Papa memberitahukan Bram terlebih dahulu Bram bisa jemput Papa di bawah," jelas Bram. Pria itu berjalan menghampiri sang papa dan merangkul bahunya.

"Kau pikir papah ini udah uzur harus dijemput segala," Tuan Pras menatap sinis pada putranya. Namun yang ditatap tampak tidak peduli karena masih fokus melihat seseorang di belakangnya .

Untuk apa wanita ini disini? Bram terlihat mengeraskan rahangnya.

"Ayo Pah duduk dulu," ucap Bram mengajak sang papah duduk di sofa tamu.

Tuan Pras menurut dan mengikuti Bram yang masih merangkul bahunya.

"Rania! Kemarilah, Nak." panggil Tuan Pras. Pria paruh baya itu mengisiaratkan Rania agar duduk disampingnya.

Rania menurut dan duduk disamping Tuan Pras dengan sopan.

Melihat Rania yang duduk satu meja dengannya, Bram merasa sangat tidak nyaman. Jika saja tidak ada papanya disana, mungkin Bram sudah mengusir Rania keluar dari ruangnya.

Terpopuler

Comments

C2nunik987

C2nunik987

Bram yakin km impoten?

2025-02-12

0

Siti Aminah

Siti Aminah

ada beberapa tipo thor

2024-11-21

0

Samsia Chia Bahir

Samsia Chia Bahir

Org sombong disisi belati bram 😄😄😄😄😄

2024-04-19

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!