Satu minggu tak terasa berjalan begitu cepat. Entah karena Azri tidak mengharapkan tibanya hari pernikahan atau memang ia tidak mempedulikan hari sama sekali. Tahu-tahu hari ini, di tempat ini dan dalam balutan tuxedo hitam ia berdiri di balkon menatapi hiruk pikuk orang-orang yang hadir di pesta pernikahannya di bawah sana.
Keluarganya benar-benar menggelar pesta pernikahan untuk sang Putra Mahkota dengan sangat meriah. Diselenggarakan di sebuah resort mewah salah satu aset kebanggaan Pradipta Group.
Ratusan orang datang dengan antusias untuk menghadiri acara pemberkatan. Semuanya adalah orang-orang penting dalam perekonomian. Azri bahkan sempat melihat Menteri keuangan datang dan berbincang hangat dengan Ayah serta kakeknya.
Ballroom sudah berubah menjadi lautan orang-orang bergaun dan berjas mahal, pemandangan yang bisa membuat malu karpet merah di ajang penghargaan Piala Oscar.
"Azri, selamat."
Pandangan Azri tertoleh ke arah lain dan ia mendapati teman-temannya datang dengan wajah gembira.
"Kamu menikah mendahuluiku, dasar bocah tengik!" omel Bobby, tetapi dengan wajah cerah.
Azri tersenyum masam. "Terima kasih."
"Semoga kamu dan istrimu bahagia," kata gadis yang ada di samping Bobby, Hera. Mereka sudah bertunangan dua bulan yang lalu. Belum sempat ia menjawab, KiBum sudah merangkulnya erat.
"Tiba juga hari di mana aku datang ke pesta pernikahanmu. Kukira itu akan terjadi setelah kami semua menikah."
“Hahaha, lucu sekali.“ Azri tertawa kaku sambil melepaskan pelukan KiBum. Ia tertarik pada gadis yang berdiri di sebelah KiBum. "Siapa dia?"
"Oh, dia Selena, pacarku."
Lena langsung memperkenalkan dirinya. Bobby dan Azri berseru takjub.
"Pacar baru. Cepat sekali, kamu kemanakan gadis yang bernama Nora?" tanya Bobby. KiBum langsung memelototi pria itu. Konyol sekali mengungkit nama yang sudah menjadi mantan di depan kekasih barunya.
"Itu cerita lama," kilahnya sambil mengibaskan tangan.
"Aku tidak melihat Jhors dan Ryan." Azri mengedarkan pandangan.
"Jhors berkata akan datang terlambat karena harus menjemput Marleen terlebih dahulu. Tapi tenang saja, dia pasti sudah berada di sini sebelum acara pemberkatanmu dilangsungkan," jawab KiBum. "Kalau Ryan ...." Ia menoleh pada Bobby.
"Sepertinya dia tersesat," ucap Bobby sambil mengendikkan bahu.
Azri hanya mengangguk karena tahu satu-satunya kelemahan fatal Ryan adalah kemampuannya yang cukup buruk dalam mengenali arah.
Sementara itu di tempat lain seperti yang dikatakan Bobby, Ryan memang sedang tersesat saat ini. Ia menoleh kiri-kanan mencari sebuah tempat yang digunakan untuk merias pengantin wanita, itu rencana awalnya. Namun, setelah memutari gedung itu hampir dua kali dan tak kunjung ketemu, ia berniat kembali. Sialnya, ia justru lupa arah menuju ballroom.
"Di mana ruangannya?" tanyanya bingung seraya menggaruk kepala.
Sebenarnya niatnya baik hari ini. Ryan ingin sekali menemui calon istri Azri untuk memperingatkannya tentang rencana jahat Azri. Bobby sudah menceritakannya. Teman-temannya yang lain mungkin tidak mau ikut campur, tetapi ia tidak berpikir begitu. Ia tahu seseorang harus mencegah Azri melakukan kejahatan fatal seperti; menghancurkan hati seorang wanita. Ia harus memberitahu calon istri Azri untuk mencegah tragedi.
Sayang sekali skill navigasinya tidak mendukung. Ryan menyesalkan dirinya yang harus tersesat di saat penting seperti ini. Ia tidak terlalu memperhatikan jalan di depannya sehingga tanpa sengaja bahunya menyenggol seseorang dengan cukup keras.
"Aduh!"
Sebuah pekikan terdengar jelas di lorong yang sepi itu. Ryan terkejut dan pandangannya teralih pada sesosok wanita bergaun putih yang terduduk di lantai.
"Maafkan aku."
Ryan berjongkok panik dengan bibir terus mengucapkan kata maaf. Ia mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Ryan sempat terpaku selama beberapa saat ketika gadis itu menolehkan wajah ke arahnya. Pandangannya kemudian jatuh pada gaun putih dan sebuket bunga yang dipegangnya.
'Jangan-jangan dia calon istri Azri? Astaga, cantik sekali.' Pikirnya refleks.
"Jangan khawatir, tidak ada yang salah!" seru gadis itu menenangkan. Dia menerima uluran tangan Ryan dan berhasil berdiri.
"Ah, sial sepatuku!" Dia mengunpat melihat tali sepatu hak tingginya copot. “Kalau begini acara pernikahannya bisa kacau!"
Mendengar kata pernikahan, Ryan menyimpulkan hipotesanya benar. Gadis ini adalah calon istri Azri El Pradipta. Bagaimana ini, dia sudah membuat tali sepatunya lepas.
"Oh Tuhan." Gadis itu terkesiap ketika Ryan tiba-tiba saja jongkok lalu memasangkan kembali tali sepatunya yang terlepas. Gadis itu terkesan dengan sikap jantan yang pria itu tunjukkan.
"Terima kasih," ucapnya disertai senyum kagum. Ryan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. la segera mengutarakan isi pikirannya.
"Aku Ryan. Kamu Widya, bukan?“
"Aku--"
"Kuberitahu, setelah kamu menikah nanti, hati-hatilah dengan suamimu," potong Ryan sebelum gadis itu menyelesaikan kalimatnya.
"Maaf?" Gadis itu tidak mengerti.
"Aku tahu kamu pasti akan mengira aku gila. Tapi seseorang harus menghentikan niat Azri. Oh, kamu tenang saja. Aku sahabat baik Azri," cerocos Ryan panjang lebar. Ia berusaha bersikap se-cool mungkin di depan calon istri sahabatnya ini.
Gadis itu menahan senyum melihat tingkah Ryan. Ia menatap Ryan penuh arti, membuat pria itu balas menatapnya.
"Kenapa? Kamu tidak percaya padaku?“ tanyanya. Gadis itu menggeleng ringan.
"Jika kamu memang sahabat baik Azri, seharusnya kamu tahu bukan seperti apa wajah istrinya."
"Tentu saja aku tahu," aku Ryan. Bobby juga sudah cerita bahwa calon istri Azri adalah gadis yang mereka temui saat di kelab malam. Meskipun ia tidak melihat jelas wajahnya karena saat itu kondisi dalam ruangan yang remang-remang, ia tetap yakin.
Gadis itu tak disangka justru tertawa lepas.
Ryan mengedip kaget.
"Kamu lucu sekali," ucapnya membuat Ryan kebingungan setengah mati. Apa ia salah?
Gadis itu mengatupkan bibirnya berusaha menghentikan tawa. "Kamu sangat lucu. Kamu berkata tahu calon istri sahabatmu tapi kamu salah mengenalinya."
Ryan terkesiap. Ia memperhatikan baik-baik dan baru sadar bahwa gadis di hadapannya memang berbeda dengan gadis yang ia lihat di kelab malam waktu itu.
Sial! Sungguh memalukan. Ryan merona menahan malu. Gadis itu menambahkan.
"Aku bukan Widya. Aku Bella, sahabat Widya."
Ryan benar-benar merasa malu sampai ia ingin sekali terjun dari balkon gedung itu. Namun, tidak mungkin ia membiarkan dirinya dipermalukan di depan gadis karena itu Ryan berdehem dan memperlihatkan sikap keren plus tidak peduli andalannya.
"Saat itu aku memang tidak begitu memperhatikan. Jadi, kamu tahu di mana ruangan Widya?"
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
susi 2020
😍😍😘🙄
2023-04-06
0
susi 2020
🙄🙄🥰
2023-04-06
0