"Aku tahu seharusnya aku tidak datang kemari."
Widya merasa sangat menyesal sudah datang ke kelab malam elit yang menurut Bella tempat termudah untuk menemukan putra Mahendra itu. Sebenarnya apa yang dipikirkannya saat memutuskan untuk mengunjungi kelab ini?
Sederhana saja, karena Widya penasaran. Ia ingin memastikan dengan katanya sendiri seonar apa sosok calon suaminya itu. la pun melangkahkan kakinya masuk.
Tidak semua orang bisa masuk tempat ini. Hanya orang-orang yang memiliki kartu member VIP saja yang bisa masuk. Beruntung Widya meminta bantuan Mahendra sehingga ia bisa mendapat akses masuk berkat kartu VIP yang dipinjamkan calon ayah mertuanya itu.
Kelab itu merupakan kelab mewah di mana para anggotanya mayoritas dari kalangan berada. Interior kelas atas hingga dekorasi yang glamor membuat Widya merasa salah tempat. Ia melirik pakaiannya dan bersyukur karena hari ini ia memakai gaun semi formal yang cocok untuk segala situasi. Paling tidak ia tidak akan dipandang sebagai orang aneh. Orang-orang di sana saling bercengkrama memakai busana fancy yang menunjukkan status mereka dengan jelas. Berbagai minuman mahal disajikan oleh barista yang sedang bekerja di balik meja bar. Widya tidak berani mendekat apalagi mencobanya.
Di mana pria itu?
Widya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. la tidak menemukan sosok pria itu. Sekali lagi ia melirik layar ponselnya demi memastikan wajah Azri El Pradipta. Tadi Bella mengirimkan foto Azri padanya. Itu pun tidak begitu jelas. Ia pun memutuskan masuk lebih jauh hingga tiba di aula dansa dengan kursi-kursi set yang di tata mengelilingi pinggiran lantai dansa. Banyak orang yang berjoget di sana diiringi musik yang dimainkan oleh seorang DJ di panggung.
Pemandangan muda-mudi yang berdansa membuat Widya mengelus dada. Mereka bergerak dalam posisi yang berdekatan sampai orang-orang yang menari di dekatnya bisa saling bersentuhan. Ada pula beberapa pasangan yang memanfaatkan kesempatan itu untuk bermesraan. Mereka saling bercumbu dan lainnya. Widya seketika memalingkan pandangan. Ia tahu hal itu merupakan sesuatu yang lumrah terjadi di kelab malam, tetapi tetap saja ia tidak terbiasa melihatnya. Ia bergegas melintasi tempat itu dan memutuskan mendekati area barista.
"Permisi, apa kamu tahu pria bernama Azri El Pradipta? Apa mungkin kamu melihatnya?” tanya Widya pada salah satu bartender. Musik yang cukup keras membuatnya terpaksa agak berteriak.
"Azri El Pradipta? Ah maksudmu, Tuan Muda Pradipta, kamu bisa menemukannya di ruang VIP di lantai dua," ucapnya lalu sejenak memandangi Widya dari ujung rambut hingga kaki sebelum mengeluarkan senyum lebar yang terlihat mencurigakan di mata Widya. "Kamu pasti teman kencan barunya? Hmm, Tuan Pradipta mengubah seleranya ternyata."
"Apa maksudmu?" Widya mengeryit. Nada suaranya membuat ia tersinggung.
Apanya yang teman kencan baru? Jika Widya tidak sedang buru-buru ia sudah melempar bartender itu dengan buku tebal yang dibawanya. Bartender itu sadar sudah berkata hal yang tidak semestinya. Dia tidak mau mengambil resiko membuat wanita yang berhubungan dengan Azri marah. Pria itu berdeham lalu membungkukkan badannya.
"Maaf, Nona. Jalannya ada di sana," ucap bartender itu sopan.
Widya membalikkan badan lalu berjalan menuju arah yang ditunjuk bartender tadi. Ia menaiki perlahan sebuah tangga lebar yang akan membimbingnya menuju tempat Azri. Setiba di ujung tangga, ia langsung berhadapan dengan lorong panjang dengan penerangan yang temaram. Dinding lorong itu berwarna gelap memberikan nuansa yang asing. Widya mengusap lengannya yang tiba-tiba saja terasa dingin.
Apa aku pulang saja? Pikir Widya ragu. Ada beberapa pintu yang tertutup di sepanjang kiri dan kanan lorong. Ia tidak tahu di mana Azri berada. Mungkin sebaiknya ia memang pulang.
Tidak. Widya menghentikan tubuhnya yang sudah berbalik. Ia sudah melangkah sejauh ini. Seperti bukan dirinya saja jika ia menyerah dengan cepat. Ia hanya perlu memeriksa satu persatu ruangan itu dan melihat apakah Azri ada di antaranya atau tidak. Ia pun mengeluarkan tekad dan mulai menyusuri lorong itu. Ia berhenti di pintu pertama yang ditemukannya. Untung saja pintu itu dipasangi kaca sehingga ia bisa mengintip keadaan di dalam tanpa perlu membuka pintu.
Di dalam tampak beberapa pria paruh baya yang sedang mengobrol. Widya langsung pergi menuju pintu berikutnya. Pintu kedua pun berisi beberapa pria dan pasangannya, tidak ada seorang pun di antara mereka yang terlihat mirip Azri.
Pencariannya pun tiba di ruangan ujung yang membuat perhatiannya terkunci sejenak. Ruangan itu lebih luas dan mewah dibandingkan dengan ruangan-ruangan sebelumnya. Sepertinya tempat itu disediakan hanya untuk tamu yang benar-benar penting. Widya mengintip ke dalam. Jika di sini ia tetap tidak menemukan Azri, ia akan pulang.
Detik ketika Widya melihat keadaan di dalam, ia terkena culture shock. Mulutnya sampai menganga lebar. Di ruangan itu terdapat beberapa orang pemuda dan teman-teman kencannya. Di dalam sana mereka tidak hanya mengobrol, tetapi beberapa di antaranya bahkan ada yang bermesraan hingga melebihi batas. Mereka tampak tidak peduli perbuatan mereka disaksikan oleh orang lain dan tidak ada pula yang merasa malu.
What the—Mereka datang kemari untuk tujuan itu? Widya tidak sanggup menyaksikan lebih jauh. Ia sudah memutuskan untuk pergi ketika seseorang dari dalam membuka pintu dan membuatnya yang sedang bersandar pada daun pintu, terjungkal jatuh ke dalam ruangan.
"Aaaa ...."
Widya memekik tertahan ketika tubuhnya ambruk ke lantai yang dilapisi karpet tebal. Kejadian itu otomatis mengalihkan seluruh penghuni ruangan ke arah dirinya yang kini dalam posisi berlutut dengan ke dua tangannya menopang tubuhnya, seperti orang yang akan melakukan sujud penghormatan.
Bunuh aku saja, umpat Widya dalam hati. la masih bisa menahan sakit yang menyerang lututnya, tetapi tidak dengan rasa malu yang langsung mendera begitu ia menyadari semua orang menatapnya dengan berbagai ekspresi. la tidak sanggup mengangkat kepala. Mereka pasti menganggapnya penguntit. Ia berjanji jika ia bisa selamat malam ini ia tidak akan pernah mengintip ataupun masuk kelab malam lagi.
Widya berniat pergi dari ruangan tanpa mengangkat wajahnya ataupun itu meminta maaf pada orang-orang yang kini memperhatikannya. Namun, semuanya gagal total saat ia menyadari ada sepasang kaki yang dihiasi sepatu mahal berdiri di depannya.
"Kamu baik-baik saja?"
Pria itu tidak bertanya. Dari nada bicaranya Widya tahu pria itu sedang meminta agar ia menunjukkan identitasnya. Ya, ia sedang diinterogasi. Sambil menahan malu ia buru-buru bangkit.
"Aku baik-baik saja," ucapnya kaku disertai senyum yang dibuat-buat.
Widya merasa agak bersalah karena mengendap-endap seperti pencuri. Beruntung sinar ruangan yang temaram menyamarkan wajahnya yang memerah.
"Siapa kamu? Kenapa kamu berdiri di depan pintu begitu? Apa mungkin kamu ada perlu dengan seseorang di sini?" Pria di depannya bertanya penasaran.
"Aku sedang mencari seseorang. Sepertinya aku salah ruangan." Widya tidak mau berada di sana lebih lama. Ia menundukkan kepala berniat pergi. Namun, pria itu mencegahnya dengan menghalangi jalan keluar.
"Ke mana kamu pergi? Setelah tertangkap basah mengintip begitu kamu pikir kami akan membiarkanmu? Cepat katakan, apa maumu sebenarnya?"
Kenapa pria ini tiba-tiba gigih? Tidak bisakah dia membiarkan Widya pergi saja? Nada arogan dan memerintahnya membuat ia tidak nyaman. Sekarang ia benar-benar menjadi pusat perhatian orang-orang di ruangan itu. Mereka pun ikut penasaran. Tindakannya memang mencurigakan, sih.
"Aku tidak bermaksud buruk. Sudah kubilang aku hanya ingin mencari seseorang."
"Siapa? Kamu yakin dia ada di ruangan ini?"
"Itu ...." Widya melirik sekilas ke arah orang-orang yang berada di sana. Karena mulai didera rasa panik ia tidak memerhatikan dengan benar. Selain itu rasanya canggung juga menatap wajah mereka di situasi semacam ini. "Aku mencari Azri."
"Azri?" Pria di depannya mengangkat alis sebelah. Dia memandangi Widya dari ujung kepala hingga kaki, heran sekaligus takjub.
Apa-apaan tatapannya itu? Widya merasa seperti sedang dipindai dan dinilai. Sungguh membuatnya risih. Ia benar-benar harus pergi.
"Tapi sepertinya dia tidak ada di sini. Maaf sudah mengganggu. Kalau begitu aku pergi." Sekali lagi Widya menundukkan kepalanya.
"Sepertinya kamu tidak tahu wajah Azri," cegah pria itu lagi, membuat Widya berhenti lalu menoleh padanya. Pria itu melipat tangannya dan dengan angkuh berkata.
"Aku Azri.“
A-apa?
Mulut Widya menganga menatapi sosok tinggi tegap di depannya. Tanpa diperintahkan matanya langsung memindai keseluruhan penampilan pria yang mengaku Azri itu. Jika diperhatikan, dia memang mirip dengan pria dalam foto yang dikirim Bella. Cahaya temaram dan kepanikan membuat Widya tidak bisa mengenalinya tadi.
Jadi pria ini adalah Azri El Pradipta? Apa yang terjadi pada dunia ini? Pria di hadapannya adalah pria paling tampan dan mempesona yang pernah ia lihat seumur hidup. Mata hitam setajam mata elang yang menatapnya tegas, bentuk tubuhnya yang tinggi tegap, dan komposisi wajahnya yang dibentuk begitu rupawan membuat Widya jatuh terpesona. Ia tidak menyangka bisa menemukan gambaran pria idamannya pada diri Azri dalam durasi beberapa detik saja.
"Siapa kamu? Untuk apa mencariku?” Suara Azri menarik Widya kembali ke dunia nyata.
Widya mendapati mulutnya gagu ketika akan menjawab pertanyaan Azri. "Aku-itu.“
Azri mengamati Widya baik-baik dan ia yakin tidak pernah bertemu dengan gadis ini sebelumnya. Untuk apa dia mencarinya? Hanya ada satu alasan kenapa para wanita mencarinya.
"Ah, begitu rupanya. Kamu tertarik padaku.“
Kesimpulan yang masuk akal. Sudah bukan pemandangan langka jika ada seorang gadis mengejarnya hingga segigih ini.
"Tertarik?" Widya kaget dengan tuduhan itu. Namun, memang tidak salah juga. Ia memang mencari Azri dengan alasan penasaran, itu saja. Tidak kurang, tidak lebih.
"Iya, tentu saja." Azri mendekati Widya dan mata elangnya seperti panah yang menusuk jantungnya.
Aku tidak boleh goyah karena tatapannya. Widya Lovarza Anindita, kuatlah!
Bersambung ....
Aku ganti judul and cover.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
susi 2020
🤣🤣🤣😂🤣
2023-04-06
0
susi 2020
🤣🤣😂
2023-04-06
0
Juno
widya yg kegep..gw yg lemez
2022-09-19
1