Matahari hampir tenggelam Dan langit mulai gelap. Dan akhirnya duel pun dilakukan di belakang Kafe milik Tifa. Cukup luas. Tapi tidak ada jaminan untuk tetap utuh setelah kami selesai duel nanti. Sebenarnya aku tidak ingin melakukannya tapi demi membuktikan perkataan Tifa maka aku mau tidak mau harus melakukannya.
"Jadi bagaimana cara menentukan pemenangnya?" Tanya Reina. Tifa kemudian menoleh ke arahku seperti sedang menentukan standar yang tepat untuk duel ini. Kemudian dia baru mendapatkan ide.
"Buat lawanmu sampai tidak bisa bergerak tapi tidak boleh membunuhnya. Yang tidak bisa bergerak ataupun menyerah maka dia kalah. Bagaimana?" Jelas Tifa. Mantap! Standarnya susah banget. Kami sama-sama tidak diuntungkan disini.
"Terdengar bagus untukku. Baiklah, sepakat." Kata Reina bersalaman dengan Tifa. Lah pendapatku bagaimana? Tifa kemudian mengedipkan satu matanya ke arahku. Wah, sudahlah....
"Eh, tunggu dulu! Apakah anjingmu bisa paham dengan peraturannya? Meskipun dia nampak pintar sekalipun." Ujar Reina. Mantap, aku fisik boleh seekor anjing tapi otakku masih manusia, sialan.
"Jangan khawatir, Kit tahu apa yang dia harus lakukan." Jawab Tifa dengan santai. Kemudian Tifa mendekatkan bibirnya ke arah telingaku untuk membisikkan sesuatu.
"Jangan menahan diri atau kau akan mati." Bisiknya kepadaku. Firasatku langsung tidak enak. Aku segera berpikir bagaimana cara lolos dari situasi ini. Bagaimana cara memenangkan duel ini. Aku sempat melihat kemarin ketika Raid, Reina tidak menggunakan senjata apapun.
Apakah dia seorang pengguna sihir? Atau seorang pengguna tangan kosong? Tapi tidak mungkin juga kalau dia pengguna tangan kosong karena tubuhnya saja normal seperti wanita umur 17 tahun pada umumnya.
"Siap?"
Tapi dia kan ras beastman kucing. Apakah dia seorang assassin atau ninja?
"MULAI!" Tifa mengumumkan duel untuk di mulai. Sejak kapan kita sepakat kalau dia wasit nya?!!!
Reina tanpa kusadari sudah berada di atas udara dengan dua kepalan tinjunya yang sudah dia siapkan untuk memukulku. Kecepatannya tidak secepat dugaanku.
"Rasakan ini!" Tepat sebelum kepalan tinjunya mengenaiku, aku bergeser ke arah kananku. Suara ledakan menggelegar merambat dari udara ke telingaku.
"Guk! Guk!" (Apa itu woi??!!!!!) Tanyaku dengan terkejut. Tempat berdiri ku tadi setelah di tonjok oleh Reina menjadi sebuah kawah berdiameter 5 meter.
"Wah, aku meleset." Ujar Reina menggenggam kepala tangannya kemudian membunyikan jari-jarinya. Meleset bapakmu!!!!!! Orang normal pasti mati, bodoh!!kalau terkena pukulanmu itu apalagi aku!!!!
Karena terlalu panik melihat kekuatan penghancur seperti gorilla milik Reina, aku menjadi cukup lengah. Karena aku berada di sisi kiri Reina dan jarak kami cukup dekat. Dengan cepat dan kuat Reina menendang ku menggunakan kaki kirinya sehingga membuatku terpental menabrak dinding rumah sekaligus Kafe milik Tifa hingga meninggalkan bekas retak.
Dan kalian tahu yang lebih kampretnya lagi? Tifa cuma menonton kami seolah seperti melihat topeng monyet. Woi anjingmu sekarat bodoh! Ditendang wanita berkekuatan fisik pemain WWE!!!
Aku mencoba untuk berpikir dengan tenang. Aku hampir lupa kalau aku memiliki kekuatan penguasaan mutlak dari dewi brengsek itu. Kupanggil makhluk hitam ber perban itu dari bayanganku. Semoga sesuai dengan dugaanku!
"Guk! Guk!" (Kuperintahkan untuk jadikan seluruh tubuhku segar dan sehat kembali!) Tanpa menunggu lama, Kabel dan kawat yang meliliti makhluk hitamku meliliti ku dengan perlahan. Dengan instan, tubuh menjadi segar dan normal kembali. Dugaanku ternyata benar. Tidak hanya benda disekitarku, tapi tulang dan organ-organku juga bisa kuperintahkan untuk beregenerasi.
"Mustahil...!" Reina melihatku tidak percaya kalau aku bisa sembuh kembali. Tifa tersenyum tipis melihat reaksi Reina yang terkejut.
"Kau ini apa sih?! Monster ya!" Reina berlari ke arahku kali ini dia menggunakan kakinya untuk menendang ku dengan tendangan searah jarum jam. Aku bisa membaca gerakannya. Aku pun melompat untuk menghindari tendangan tersebut. Tapi Reina tidak sebodoh itu. Dengan aku yang berada di udara maka mustahil untuk mengelak. Reina dengan secepat kilat menonjokku.
"Guk!" (Kuperintahkan pengerasan ke seluruh badan!) Tepat ketika Reina memukulku, Tubuhku menjadi sekeras baja. Walaupun begitu tetap terasa sakit walaupun tidak sesakit tendangannya tadi. Aku pun menjaga jarak dengan melompati Reina sehingga posisinya Reina memunggungiku.
"Guk!" (Dasar otak otot!) Mendengar itu Tifa bahkan sampai menahan tawanya.
"Apa-apaan ini?! Serasa memukuli baja yang sangat tebal." Reina mengebaskan tangannya karena sepertinya cukup sakit. Reina kemudian berjalan mendekati Tifa yang sepertinya cukup menikmati duel kami.
"Padahal dia dengan mudah teracuni lo sehari sebelum kita Raid." Kata Reina heran sambil memegangi pergelangan tangannya. Tifa hanya terkekeh mendengar Reina yang bergumam dengan sebal.
"Bagaimana? Mau menyerah setelah melihat kemampuannya?" Tanya Tifa dengan nada sedikit mengejek. Reina membalasnya dengan tatapan sebal.
"Aku tidak akan kalah maupun berhenti sebelum anjing putih ini membuatku tidak bergerak atau begitu juga sebaliknya seperti ketentuan yang kau berikan tadi." Kata Reina. Yah orang kuat memang gengsi untuk mengakui kekalahannya. Tifa hanya mengangkat bahu dengan wajahnya yang secara tersirat bilang yah terserah saja.
Aku pun berlari ke arah Reina dan menabrakkan diriku ke arah dadanya sehingga membuatnya mundur beberapa langkah.
"Guk! Guk!" (Menjalar lah dan ikat tubuhnya!) Kataku. Makhluk hitam yang muncul dari bayanganku menancapkan 6 sulur kawatnya ke tanah dan dengan cepat, Sulur-sulur dan akar-akar dari bawah tanah pijakan ku keluar dan mengikat Reina dengan sangat kencang. Membuat Reina sulit bergerak.
"Bagaimana bisa....?!!" Reina kebingungan bagaimana bisa tumbuhan bisa tumbuh dan merambat secepat ular kobra menyerang dan melilit.
Kemudian aku teringat apa kata-kata Athena terakhir kali kami bertemu di mimpi :
"Mungkin bisa jadi dari kekuatan penguasaan mutlakmu itu. Kekuatanmu pada dasarnya sangat umum. Arti dari menguasai sangat luas. Bisa jadi kau tanpa sengaja membuatnya bisa bahasa anjing hutan."
Aku jadi mendapatkan kesimpulan dan jawaban. Alasan kenapa Tifa bisa paham apa yang kukatakan meskipun aku seekor anjing hutan adalah karena aku tidak sengaja mengigit tangannya ketika Raid untuk menyelamatkannya dari membuat kontrak dengan Wildrider. Sama seperti makhluk hitam itu perlu menyentuh kan perban ataupun kawat nya sebelum akhirnya perintah ku dieksekusi.
Tepat sebelum Reina membebaskan diri dari ikatan sulur-sulur dan akar-akar yang kubuat, aku melompat ke arahnya dan mencoba mengigitnya. Tapi aku cuma bisa mengigit ujung telinga kucingnya yang teksturnya mirip seperti pangsit rebus.
"Waaaaaaaa!!!!! Aduh-duh-duh!!!!! Sakit!!!! Lepaskan dasar anjing sialan!!!" Reina baru merasakan gigitan ku ketika aku berayun-ayun menggunakan telinga kucingnya yang lebar. Aku pun melepaskan gigitan ku dan mendarat membelakangi Reina sekali lagi.
"Kuperintahkan kau tidak bisa bergerak meskipun ujung jari sekalipun." Perintah ku. Makhluk hitam itu pun merespon ku dan menusukkan banyak sekali kawat berkarat nya ke tubuh Reina. Bahkan sampai Reina melolong kesakitan. Matanya dipenuhi dengan air mata.
"Sekarang kau paham, Reina? Kenapa aku Tifa sampai mau repot-repot merawatku." Tanyaku berjalan ke arah tubuh Reina yang terbaring lemas tidak menggerakkan badannya satu inci pun. Reina kemudian melihat ke arah Tifa.
"Pantas saja kau berani menyimpannya. Aku tidak akan curiga atau pun heran jika makhluk yang ditakuti para Kardinal di gereja memiliki kemampuan segila ini." Kata Reina.
"Sepertinya ramalan nya sudah mulai terjadi." Kata Tifa.
"Hah? Ramalan apa? Apa yang kau bicarakan?" Tanyaku kebingungan.
"Oh iya, Aku lupa belum memberitahumu ya? Akan ku jelaskan kenapa anjing putih begitu dibenci." Kata Tifa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments