Athena kemudian mengajakku ke bagian beranda istananya. Benar-benar indah dan sangat menyejukkan mata. Pepohonan sangat rindang dan sangat hijau, kicauan burung sangat merdu ditelinga. Ini bahkan terlalu indah jika disebut mimpi. Athena kemudian berhenti di bagian pembatas beranda istananya. Aku melompat dan duduk di bagian pembatas disamping Athena.
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Tanyaku penasaran sekaligus waspada. Athena mungkin bisa jadi mendorongku dari beranda istananya jika dia perlu untuk melenyapkan jiwaku.
"Tidak perlu takut begitu. Aku tahu kau sedang waspada. Sebagai dewi kebijaksanaan di wilayah Yunani, aku memakluminya." Ujarnya menyandarkan kepalanya ke tangannya. Meskipun dia bilang begitu aku mencoba untuk tidak mengalihkannya.
"Sebagai dewi perang dan siasat Yunani kau cukup pandai membaca mimik wajah lawan bicaramu." Kataku dengan nada menyindir.
"Itu sudah jadi keahlianku. Mengenai ramalan yang kau sebutkan tadi... " Athena bahkan cukup kesulitan dalam menyampaikan apa yang ingin dia bicarakan. Sepertinya ramalannya tidak berarti baik.
"Itu ramalan yang paling tabu untuk didengar dan dibicarakan. Bahkan kami kalangan para dewata sekalipun." Kata Athena. Sudah kuduga tidak berarti bagus.
"Alasannya?" Tanyaku.
"Jika kau membicarakan sebuah ramalan maka kau akan siap membuat berbagai kemungkinan dari ramalan itu. Dari yang terbaik bahkan hingga yang terburuk. Karena sajak dan bait ramalan bersifat dan tertulis secara rancu sehingga bisa diartikan dengan cara yang berbeda-beda. Kau beruntung jika mendapat hasil yang baik tapi beda cerita jika kau mendapatkan hasil yang buruk." Jelas Athena. Oh jadi begitu, itu alasan dari kekhawatiran semua pihak jika membicarakan masalah ramalan. Jika kita mencoba menebak-nebak maka hasil ramalannya akan melenceng dari hasil yang sudah ditetapkan walaupun satu arah.
"Lalu kenapa kalian membuatnya? Aku dengar kalau kalian para dewa lah yang membuatnya." Aku masih penasaran. Jika seumpama mereka membuat kiamat secara terjadwal kenapa harus dengan bahasa yang rancu dan kenapa itu dibuat?
"Bukan kami yang membuatnya. Tapi sang Oracle lah yang membuatnya. Dia tidak terikat oleh apapun." Kata Athena. Mantap, istilah baru. Apa itu Oracle?
"Dan apa itu Oracle?" Tanyaku dengan tidak antusias.
"Oracle atau peramal adalah orang atau badan dianggap sebagai sumber prediksi nasihat atau kebijaksanaan kenabian atau untuk mengetahui masa depan yang belum terjadi, terinspirasi oleh para dewa. Dengan demikian itu adalah bentuk ramalan. Dan ramalan yang kau sebutkan tadi adalah ramalan terakhir dan ramalan yang paling mengerikan yang terakhir kami dengar sebelum Oracle menghilang secara misterius." Jelas Athena.
"Jadi begitu. Cara kerjanya sama seperti takdir hanya saja lebih privasi." mendengar celetukan ku Athena terkekeh. Tapi setelah itu Athena memasang wajah serius nya yang anggun.
"Kau sama sekali tidak takut? Akan ramalan itu?" Tanya Athena dengan wajahnya yang serius.
"Aku tidak peduli sekalipun aku terlibat. Kita cukup menjalani nya saja. Siapa yang tahu kalau itu yang terbaik untuk kita." Jawabku dengan nelangsa dan pasrah. Athena menatapku dengan tatapan mengamati seolah aku ini barang yang sangat langka hanya saja berharga murah.
"Cara berpikirmu sangat unik. Tapi entah kenapa aku jadi lega kalau itu tanggapanmu." Kata Athena yang akhirnya tersenyum lega. Mirip seperti orang yang lega sehabis buang air.
"Aku cuma mencoba berpikir positif dan optimis. Selama masih hidup, pasti selalu ada namanya harapan sekecil apapun itu." Mendengar ucapanku seperti itu membuat Athena tertawa lepas. Keanggunannya langsung hilang dibenak dan dimataku.
"Berarti kekhawatiranku sia-sia. Aku salah menilaimu Kit. Dengan cara berpikirmu yang unik seperti itu, aku tidak akan khawatir jika yang menggunakan kekuatan penguasaan mutlak adalah kau." Ujar Athena. Tiba-tiba aku terbangun. Aku sudah kembali di tempat tidur Tifa. Tifa masih tidur dan aku masih dipelukan nya.
Reina sudah bersiap-siap mengenakan pakaiannya kembali. Sepertinya baru saja mandi. Terlihat dari rambut dan telinga kucingnya yang basah.
"Sudah mau pergi?" Tanyaku kepadanya. Reina kemudian berbalik badan menghadap ku.
"Iya. Bilang ketika Tifa bangun, untuk rencana menangkap Louch aku akan mencarinya dari setiap misi atau quest yang diberikan di guild. Terserah kalian akan pakai cara seperti apa." Katanya. Aku baru ingat kalau kami tadi malam juga membahas hal yang penting yang lain yaitu cara menangkap Louch.
"Kupikir kalian akan segera berputar balik melawan Yeager setelah kalian tahu aku punya potensi." Ujarku dengan nada sarkastik. Reina memberikan tatapan galaknya kepadaku. Entah kenapa aku sudah terbiasa dan tidak pernah menganggapnya serius.
"Itu yang membuat umur kita menjadi lebih pendek, anjing pintar. Yeager tidak bodoh. Itu sudah terbukti dengan hampir seluruh dataran ini sudah dikuasai oleh Dragon Task miliknya. Sampai jumpa." Katanya yang akhirnya keluar dari kamar. Jika Yeager hampir sesempurna itu, aku jadi penasaran jika aku melakukan kontak dengannya secara langsung sebagai sesekali yang bisa membaca ramalan tabu itu.
Matahari sudah semakin naik. Ku jilati Tifa untuk membangunkannya.
Kupukulkan kaki depanku ke pipi Tifa.
"Bangun, peri tidur. Sudah pagi." Kataku. Tifa mulai membuka matanya meskipun dengan pelan-pelan. Aku tahu rasanya. Perlu mengumpulkan nyawa terlebih dahulu untuk bangun.
Tifa kemudian melepaskan pelukan nya dariku. Aku pun segera turun dari kasur untuk merenggangkan tubuhku beberapa kali. Tepat ketika Tifa mengikat rambutnya. Tiba-tiba muncul retakan dimensi di depan ranjang. Aku dan Tifa segera waspada sekaligus terkejut. Benar-benar kejutan di pagi hari.
Gimmick item yang ada di kantong pakaian Tifa bereaksi. Tifa menarik dari kantong bajunya. Kemudian dia menatapku dengan khawatir sekaligus dia mencoba meminta izin kepadaku.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanyaku.
"Ingat ketika kau marah tentang item ini?" Kata Tifa sambil menunjukkan gimmick item nya kepadaku. Ditengah plat putih terdapat ukiran emas membentuk ukuran kepala antelop. Perwujudan dari Wildrider.
"Ya, karena kau melakukan hal bodoh seperti menjalin kontrak dengan Wildrider." Katanya. Tiba-tiba di pinggang Tifa terpasang sebuah sabuk dari energi yang dialirkan dari gimmick item yang dia pegang. Tiba-tiba aku dan Tifa seolah kami satu pemikiran setelah melihat sabuk itu muncul di pinggang Tifa.
Dari portal keluar beberapa monster. Mereka berbentuk seperti campuran humanoid kadal dan kuda. Mereka juga mencoba memperlebar portal nya.
"Kit, maafkan aku." Katanya sambil memasukkan plat putihnya ke dalam slot yang ada ditengah sabuk. Dari belakang Tifa muncul kepala raksasa Wildrider transparan seolah kepala itu terbentuk dari hologram. Mulutnya terbuka lebar seolah siap melahap Tifa dari belakang. Wildrider pun melahap Tifa dan menghilang.
Setelah kepala Wildrider menghilang tubuh Tifa sudah di selimuti zirah. Dari ujung rambut hingga ujung jari tertutup dan diselimuti armor berwarna putih. Seluruh zirah nya bermotif dengan Wildrider. Dengan bagian kedua bahu yang tertutup bulu berwarna putih. helm fullfacenya juga bermotif kepala antelop. Dan memiliki ekor jubah dengan motif gambar sama seperti yang ada di gimmick itemnya. Ditangan kirinya terdapat pelindung tangan berkepala antelop bertaring berwarna emas. Bahkan zirah itu juga tahu kalau Tifa adalah perempuan, dengan memberikan pelindung lengkap dan sepatu berhak.
Aku hanya bisa geleng-geleng kepala ketika Tifa menggunakan zirah itu seperti.... seperti..... seperti.....
"Woi! Bukannya itu pahlawan bertopeng?!!!!" Komentarku dengan suara keras. Tanpa mempedulikan komentarku Tifa segera mendorong monster-monster itu masuk kembali kedalam portal beserta Tifa di dalamnya.
"Astaga, baru bangun tidur sudah dapat siaran pahlawan bertopeng!!depan muka lagi!!! Tunggu aku Tifa!!!" Kataku mengikuti Tifa ke dalam portal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments