Tifa dan Reina berjalan menyusuri pasar dan bazar. Pasar tampak sepi dan terasa mati. Itu bukan tanpa alasan.
"Dulu tempat ini ramai sekali." Kata Tifa mengambil topik secara asal.
"Dulu... " Kata Reina dengan nada sedikit kecewa.
"Setelah Dragon Task menjajah tempat ini. Rakyat terkena pajak yang cukup tinggi untuk setiap distrik. Itu terjadi 7 tahun lalu." Kata Reina seolah dia bernostalgia. Pada saat Dragon Task melakukan penjajahan di kota ini, kota yang awalnya ramai karena keceriaan menjadi neraka yang penuh darah.
Saat itu Reina dan Tifa masih berumur 10 tahun. Kota dihancurkan dan dibakar habis bagaikan bara api yang menyala-nyala. Orang-orang yang melawan dan melarikan diri dibunuh dengan cara yang sangat kejam. Dan salah satunya adalah kedua orang tua mereka berdua.
Setelah dirasa kota ditaklukan, pemimpin mereka mengumpulkan para warga yang selamat ke alun-alun di tengah kota. Itu pertama kalinya Tifa, Reina, dan Louch bertemu. Pemimpin Dragon Task akan mengampuni mereka jika mereka bersumpah untuk setia. Kesetiaan dinilai cukup mudah dengan :
Pajak yang murah.
Menghormati semua anggota, Dragon Task.
Bila ada yang menemukan seseorang pengguna gimmick item maka orang tersebut harus memberitahunya kepada Dragon Task.
Membunuh setiap anjing putih yang mereka lihat.
Demi bertahan hidup, Louch, Reina, dan Tifa bersepakat untuk saling melindungi. Tapi siapa sangka kalau pemimpin Dragon Task tertarik kepada mereka. Sehingga Reina, Tifa, dan Louch terpaksa ikut dengan Dragon Task. Mereka bertiga mendapatkan pelatihan ketat sehingga bisa menjadi assassin, fighter, healer, magic caster, dan tanker yang cukup memumpuni dalam membunuh dan menjalankan misi secara sempurna.
4 tahun mereka lalui selama berlatih di Grave City. Bahkan pemimpin Dragon Task juga tidak menyangka mereka bertiga memiliki bakat yang luar biasa dalam membunuh. Reina, Tifa, dan Louch pun dimasukkan ke dalam satuan khusus dalam Dragon Task yang istimewa dimana setiap anggotanya mendapat perintah langsung dari pemimpin Dragon Task. Nama satuannya adalah Dark Apocrypha.
Reina dan Tifa sama sekali tidak dendam dengan Dragon Task. Karena mereka berpikir bahwa itu termasuk dari "seleksi alam" dimana yang kuat menghabisi yang lemah. Tidak ada gunanya menangis ataupun bersimpati jika mereka lemah. Berbeda dengan Louch yang sangat dendam kepada Dragon Task. Louch selalu mengingatkan kepada mereka berdua untuk mengingat apa yang Dragon Task perbuat kepada kampung halaman mereka. Tapi Tifa dan Reina tetap tidak mendengarkan Louch. Itu penyebab kenapa Louch mengambil jalan inisiatif sendiri dengan menjadi buronan dan menghianati Dragon Task, itu terjadi 2 hari yang lalu. Sedangkan Tifa dan Reina diperintahkan untuk menyamar menjadi mata-mata di lampung halaman mereka. Reina menjadi petualang terbaik dengan rank tertinggi sedangkan Tifa membuka kedai kafe dan itu sudah 3 tahun lalu.
...****************...
Mereka akhirnya sampai di alun-alun kota. Disana sudah banyak sekali petualang yang menunggu. Ada satu petualang yang tidak sengaja menyenggol Tifa ketika berjalan. Petualang itu mengenakan jubah hitam tanpa lengan, bertopi koboi, dan memakai topeng penyaring gas dari besi berkarat.
"Eh, maaf kami buru-buru." Kata Tifa segera membungkuk. Tapi petualang bertopi koboi itu mengacuhkannya kemudian pergi menuju ke kerumunan petualang.
Tifa tahu dia adalah anggota Dari Apocrypha. Tifa pun mengambil selembar kertas kecil yang terjepit diantara buah dadanya yang diberikan oleh petualang yang menabraknya tadi.
"Apa tulisannya?" Tanya Reina.
"Sebuah sandi. " Pastikan kalian untuk tidak membunuh bos monster di dungeon break ini. pemimpin ingin menambah kontraknya. Jika ada petualang yang ingin membunuhnya maka kita diperbolehkan untuk bertindak " Katanya." Jawab Tifa.
"Padahal dia sudah mendapatkan monster kontrak yang kuat. Bukankah akan merepotkan jika dia mengurusi 2 monster sekaligus?" Tanya Reina sedikit heran.
"Baiklah semuanya perhatian!!!!" Kata seseorang yang berada di dekat monumen. Dia adalah pemimpin Raid. Dia adalah ketua dari party Tifa dan Reina. Seorang laki-laki paruh baya, berambut biru tua, dengan jenggot tipis, tubuh kekar dan besar, mengenakan armor putih dengan garis tepi berwarna emas, bersenjatakan tameng raksasa dan kapal bermata ganda, mengenakan helm yang memiliki tanduk seperti rusa kutub.
"Terima kasih atas kedatangan kalian kemari. Kalian adalah para pemberani yang rela meninggalkan segalanya untuk melakukan Raid kali ini. Para Kardinal dari gereja mengatakan pada hari ini akan ada Dungeon Break. Dan kalian semua tahu kalau semua Kardinal memiliki ramalan yang akurat. Karena itu kami dari pihak asosiasi petualang memohon kepada kalian untuk partisipasinya." Setelah pemimpin Raid itu selesai berbicara tepat di belakangnya muncul retakan dimensi. Ya, itu adalah Dungeon Break.
"Seperti biasa, Para Kardinal memang cakap dalam hal seperti ini. Walaupun kesannya munafik." Kata Tifa menggenggam sesuatu di sakunya.
"Baiklah, semoga dewa melindungi dan memberkahi kita semua. Ayo!!!" Kata si ketua Raid.
Mereka pun memasuki retakan dimensi itu secara bergerombol. Setelah mereka masuk hanya ada satu kata untuk menggambarkan isi Dungeon. Gelap. Meskipun begitu mereka tetap tenang dan waspada dengan sekitar.
"Dungeon kali ini sangat gelap. Biasanya akan ada serangan kejutan jadi waspadalah." Kata Tifa mengeluarkan pedangnya.
"Tak perlu mengingatkan. Aku juga tahu." Bisik Reina. Tiba-tiba lantai pijakan mereka menyela terang dengan warna-warna mozaik yang berpola secara berurutan. cahaya mozaik menyala bagaikan air sungai hingga akhirnya tepat diujung terdapat sosok yang sangat mirip dengan kambing raksasa.
Sosok itu masih terlihat seperti siluet karena sosok tersebut masih berada di belakang cahaya. Tapi ketika sosok siluet itu bangun, sosok itu dengan perlahan berjalan menuju ke arah kami. Tingginya bahkan 4 meter. Seekor monster Antelop berbulu putih, dengan lapisan zirah yang melindungi organ vitalnya, di bahu kaki depannya terdapat sepasang semacam cerobong, matanya berwarna emas yang dipenuhi kebencian, dan yang paling mengherankan adalah antelop ini bertaring seperti sabertooth.
"Astaga... " Kata salah satu peserta Raid. Sang monster pun mengaum sangat keras. Saling keras dan dahsyatnya antelop ini mengaum, beberapa dari peserta raid terpental karena tidak sanggup menahan hembusan auman dari sang antelop.
"Tanker! Segera maju ke barusan depan! Gunakan perisai kalian!!! " Kata si ketua Raid. Semua tanker termasuk si ketua Raid itu maju dan menancapkan tameng mereka seolah mereka siap di tabrak oleh si antelop. Sang Antelop pun berlari ke arah para peserta Raid. Tanduknya yang seperti mata bor sudah ia arahkan ke arah para peserta.
"Gunakan manna kalian untuk memperkuat pertahanan tameng!!! " Perintah Sang ketua. Semua tanker pun melapisi tameng mereka dengan manna. Ledakan pun terjadi begitu dahsyat. Asap mengepul bagaikan badai. Sang Antelop pun berhasil dihentikan tapi itu tidak akan lama.
"Para Mage! Sirami monster brengsek ini dengan sihir!!!" Kata si Ketua. Para mage termasuk Tifa mulai merapalkan mantra untuk menembakkan sihir jarak jauh. Sang antelop terkena banyak sekali serangan dari para mage di sekujur punggungnya. Tandukan nya kini melemah.
"Para assassin!!! Ikat sekarang!!!! " Dengan dipimpin Reina, para assassin mulai ke posisi kaki si antelop.
"Tebas kakinya!" Perintah Reina sambil memberi contoh. Assassin lain pun mengikuti teladannya.
setelah menerima serangan sihir sekarang sang antelop merasakan puluhan tebasan di setiap kakinya. Sang antelop pun mulai terguncang dan ambruk. Para assassin yang tersisa mulai mengikatnya menggunakan rantai yang sudah dialiri manna. Sang antelop pun berhasil dikalahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments